D U A L A P A N

11.2K 934 26
                                    

Ini book kesekian yang aku buat banyak chapternya. Biasanya chapter 15, chapter 20 uda end aja, ini chapter 28 masih panjang ceritanya. Lagipula aku belum mau namatin Afran-Cia. Mereka terlalu ghemoy😥.

Author Pov.

Cia terus berlari ke arah sebuah rumah tua yang terbengkalai, dia semakin panik ketika tadinya tak menemukan Afran ditaman sekolah.

Dan satpam disana mengatakan jika Afran tadinya ditarik orang asing menuju mobil Tesla hitam. Mulutnya dibekap kuat agar tangisan kesakitan Afran karena kakinya tak akan terdengar.

Cia sudah meminta Nara untuk melacak keberadaan Afran, ternyata jaraknya sangat amat jauh. Butuh waktu 2 jam agar segera sampai dilokasi yang dituju.

Cia membawa beberapa orang suruhan Nara, namun hanya Cia sajalah yang akan masuk kerumah terbengkalai itu.

"Semoga kamu baik-baik aja Afra.." bisiknya cemas, dia hanya berharap Afran tak terluka parah.

Cia tak menemukan adanya pengawal atau penjaga disekitar rumah, dia memelankan langkahnya menuju kesebuah ruangan berpintukan cat warna putih kilat.

Dapat Cia dengar, teriakan pilu dari suaminya dari dalam sana.

"ARGHHH!! SAKIT!!..j-jangan tekan..luka sakit..hiks..jangan tekan..hiks.." rintihnya menyayat hati Cia yang mendengarnya dari balik pintu.

Afran duduk dikursi besi, tubuhnya diikat kuat dengan rantai berduri yang sudah melukai setiap inchi tubuh mulus Afran. Dia tak berani bergerak banyak, tapi luka dilututnya sangat sakit.

Apalagi Fahmi baru saja menuangkan lilin cair panas keatas luka lututnya, membuat Afran menggeliat kesakitan.

Wajahnya sudah basah dengan air mata, teriakan demi teriakan Afran keluarkan. Dia tak bisa menahan rasa sakit yang Fahmi berikan, sakit sekali.

"Hiks..sa..kit..hiks..huhuuuu..hiks..Cia...hiks.." Afran terus merintihkan nama Cia. Fahmi mendecih tak suka lalu menjambak kuat rambut pirang Afran.

Sampai membuat Afran mendongak dan menatap benci wajah angkuh Fahmi. "Bibirmu terus memanggil nama Cia, asal kau tau jika Cia itu adalah milikku brengsek!. Aku yang duluan mengenalnya, aku yang duluan dekat dengannya, DAN AKU DULUAN YANG MENCINTAINYA!!"

BUAGH!

Fahmi menarik kuat kepala Afran sampai membuat tubuh terikatnya jatuh dan menghantam lantai, duri-duri kecil dirantai itu semakin menusuknya.

"Erghh..g..ila..kau.." desis Afran sembari meringis kesakitan. Kepalanya berdenyut nyeri akibat terbentur lantai keramik yang dingin.

Fahmi mendengus dingin, dia kembali menjambak rambut Afran "Kau harus mati, KAU HARUS MATI AFRAN!! CIA HANYA MILIKKU!! DIA HANYA MILIKKU DAN BUKAN MILIKMU BRENGSEK!! CIA MILIKKU!!" teriak Fahmi kencang.

BUAGH!

BUGH!

DUGH!!

Fahmi menghantukan kepala Afran berulang kali ke lantai yang dingin, sampai membuat kepala Afran mengeluarkan darah yang tak sedikit.

Afran meringis kuat, kepalanya sakit, hidungnya nyeri dan yang terpenting, hatinya sesak mendengar semua ucapan Fahmi. Segitu tidak pantaskah Afran bila bersanding disamping Cia?.

Fahmi berdiri dengan puas didepan Afran yang tergeletak dilantai, perlahan Fahmi melepas rantai yang mengikat Afran. Membuatnya tergeletak lemas seketika.

Seluruh tubuhnya mengeluarkan darah, bahkan dari sudut bibirnya sudah mengalir darah yang sangat banyak.

"Kau tau? Aku sengaja membiarkan Cia tanpa adanya aku disebelahnya, aku bekerja untuk menjadi layak bagi Cia. Tapi apa? Bahkan setelah dia mendapat undangan palsu itu..dia masih tak melirikku..dia..MALAH MENIKAH DENGAN IDIOT SEPERTIMU!!"

DUAGH!

Fahmi menendang kuat tubuh ringkih Afran, dan saat Fahmi hendak meraih pistol dari balik saku jasnya. Dia dikejutkan dengan suara seseorang.

"Sudah, bisakah kau hentikan kegilaan ini Fahmi?." Fahmi segera berbalik, dia menatap bahagia Cia yang ternyata datang ketempat tersembunyinya.

Fahmi berjalan mendekati Cia, dia sampai tak sadar sudah menjatuhkan pistolnya tadi.

"Cia datang? Hehe kamu kenapa sampai kemari? Ada urusan apa?" tanya Fahmi semangat.

Cia menghela napas panjang. "Aku ingin menjemput Afran yang sudah kau culik dan kau siksa. Hentikan semua ini Fahmi, selamanya kau tak akan bisa mendapatkan hatiku." ujar Cia tenang namun menusuk.

Fahmi tertawa sarkas. "Siapa bilang!?." serunya kesal.

Cia mengedik. "Nenek ijat." celetuk Cia asal, Nenek Ijat yang jual cekodok di Tk Tadinya Mesra.

Fahmi mendelik tak suka, masih bisa maen-maen Cia disaat genting seperti ini. "Aku bisa milikin kamu! Kalau aku gabisa, maka semua orang juga gabisa!!." seru Fahmi emosi.

Cia menaikan sebela alisnya. "Siapa bilang?" tanya nya.

"Abang Saleh." celetuk Afran dari belakang yang sudah berdiri dengan pistol ditangannya. Diarahkan tepat ke arah Fahmi.

Cia terkekeh pelan, sedangkan Fahmi sudah pucat.

Afran hendak menarik pelatuknya, namun raut pucat Cia membuatnya tak fokus. Cia mendorong tubuh Fahmi dari depannnya sampai membuat pria itu jatuh ke samping.

"Cia-"

"AFRAN AWAS!!"

"Apa-"

BRUAGH!

DOR!

DOR!!

Dua tembakan terlepas dari pistol Afran dan seorang pengawal yang datang dari sudut ruangan. Mengenai 1 sasaran yang sangat tepat.

Afran meringis perih saat Cia mendorongnya sampai jatuh, dia melihat sekilas pada pistolnya. Wajahnya pucat seketika, dia baru saja menembakan 1 tembakan.

Brugh!

Afran semakin pucat. Tangannya bergetar hebat melihat pemandangan mengerikan yang ada didekatnya. Afran...sudah menembak tubuh Cia dengan pelurunya..

Afran...sudah melukai Cia..

Cia terluka karenanya.

Air mata mulai memupuk dipelupuk mata.

"Hiks..tidak..hiks..CIAAAAAAA!!!"

Kolam darah menggenangi tempat Cia terbaring tak sadarkan diri dengan 2 luka tembakan ditubuhnya.































Tbc.

Syalalala.

My Idiot Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang