T I G A P U L U H

13.2K 1K 41
                                    

Sebulan sudah terlewat sejak insiden penembakan tak sengaja yang Afran berikan pada Cia, Cia masih nyenyak dalam komanya. Tak ada niatan untuk sadar.

Afran dilarang keras untuk mengunjungi Cia, dia hanya boleh menatap Cia dari balik pintu luar, keluarga Cia melarangnya agar tidak masuk kedalam.

Pagi ini raut wajah Afran pucat pasi, seakan tak ada darah diwajahnya. Bibirnya pucat, dia terlihat lesu sekali hari ini.

"Bunda...Cia bangun kapan..kangen Afan.." lirihnya sedih, dia memandangi Cia dari luar. Ingin sekali Afran menyentuh Cia dan mengelus rambut serta wajahnya.

Tapi keluarganya melarang Afran, sakit hati Afran. Harga dirinya sebagai suami Cia terluka sangat dalam. Bibirnya bergetar pelan, dan air mata mulai menetes kembali.

"Tunggu Cia sadar ya sayang, mungkin beberapa hari lagi."

"Kangen..Cia..hiks..Afan kangen Cia...kapan Cia bangun-hump!" tiba-tiba rasa mual menghampiri Afran, seakan ada sesuatu yang mengaduk perutnya dan mendorongnya keluar dari kerongkongan.

Afran melepas bekapan dari mulutnya, dia menghela napas panjang guna menetralisir rasa mualnya. Afran kenapa sih, kok rasanya pengen mangga muda.

Tapi yang dikupas langsung oleh tangan Cia, eh tapi Afran juga kepengen makan salak pondok, dikupas langsung dari tangan Cia.

"Bunda, Afan..muntah..mau-Hoeekk!"

Nara tersentak kaget, Afran berjongkok di dekat kursi tunggu dan menumpahkan semua isi perutnya, tapi sayang yang keluar hanyalah cairan putih saja.

"Hahhh..eung..hiks..bunda..Afan muntah mau-hoekkk!!"

Mau tak mau Nara membawa Afran masuk kedalam ruang inap Cia, mereka harus ke kamar mandi. "Kenapa dia masuk!?" seru Licei seketika saat melihat Afran masuk.

"Afran mau mun-"

"Hoekkk!!"

Licei mengerut jijik saat cairan putih keluar dari mulut Afran, dia melengos geli. Nara langsung membawa Afran ke kamar mandi guna membuang rasa mualnya.

*****

Afran duduk dengan lemas disofa kamar inap Cia, Dokter kandungan dipanggil keruangan ini atas suruhan Nara. Tanda muntahnya Afran itu salah satu morning sickness orang hamil.

"Selamat, Nona Cia sedang mengandung. Usia kandungannya baru 3 minggu." ujar Dokter Riky.

Kedua orang tua Cia dan Afran bersyukur, akhirnya mereka akan segera menimang cucu. "Bundaaa..." rengek Afran kembali, dia bangkit dengan cepat sembari membekap mulutnya.

"Dan suaminya lah yang mengalami Morning sickness nyonya-nyonya"

"HOEEKKKK!!"

Kasihan sih, tapi sepadan. Cia istirahat dan Afranlah yang akan mengalami semua gejala morning sickness serta ngidamnya.

"Kita harus memperketat penjagaan, jangan sampai si gila Fahmi masuk keruang inap Cia." usul Lizi pada Nara, Nara mengangguk. Dia pasti akan memperketat penjagaan pada menantu dan calon cucunya.

Tak akan dia biarkan ada masalah yang menerpa Cia selama masa kehamilannya ini.

"Belikan vitamin dan segala jenis kebutuhan ibu hamil."

"Susu hamil?"

"Beli!"

"Siapa yang akan minun?"

"Afranlah. Siapa lagi"

Hayo, Afran bakalan simulasi jadi Ayah-Ayah niiiii.

*****

Bulan ke 2.

Afran menelungkupkan kepalanya dipinggir ranjang Cia, dia tertidur sebenarnya. Afran sangat bahagia saat Bundanya mengatakan jika Cia hamil anaknya.

Berarti nanti Afran bakalan punya baby dong.

Afran merasa nyaman, hanya dengan tidur disebelah Cia saja sudah membuatnya senang. "Mmnn..." gumamnya saat merasakan sentuhan dikepalanya.

Seperti dielus-elus, dipijit-pijit gitu.

"Afran..."

"Mnn..iya?"

"Mau sampai kapan tidur?"

"Sampai bangun Cianya.."

"Aku udah bangun ni."

Afran membuka matanya, dia segera mendongak dan melihat kearah Cia. Tapi raut bahagianya kembali berganti dengan raut kecewa.

Cianya masih memejamkan mata dengan damainya. "Cia..Cia kata udah bangun..tapi..merem masih Cia.." bisik Afran parau, dia kembali menelungkupkan kepalanya dipinggir kasur.

Bahunya kembali bergetar. Bukan sekali Afran merasa Cia sudah sadar dan mengelus kepalanya, berbicara padanya. Tapi saat Afran membuka mata, itu semua hanya mimpi dan khyalan.

"Cia bangun kapan..hiks..Afan baby sama nunggu Cia bangun..hiks..Cia hamil loh..hiks..Cia bunda bakalan jadi..hiks..Afan Ayah bakalan jadi..hiks.."

Afran hanya berharap Cia segera bangun dan kembali bersamanya, dia sangat menyesal karena sudah menembakan peluru itu kearah Cia.

"Maafin Afan..." isaknya lagi.

Afran berharap, Cia segera bangun.





































Tbc.

Syalalala.

My Idiot Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang