Jangan terlalu mencinta, bisa saja endingnya berbeda. Mencintailah seperlunya, jangan berlebihan dan jangan kekurangan. Hatimu akan tenang pada akhirnya.
***
"Jadi, kapan kalian akan melangsungkan pernikahan?" tanya Reagan menatap Alger dan Nafisa bergantian.
"Kalau bisa sih, secepatnya. Gimana kalau dua minggu lagi?" usul Alan dengan meletakkan cangkir kopinya.
"Satu minggu lagi, Alger yang urus semuanya." Satu kalimat yang keluar dari mulut Alger berhasil membuat Nafisa melebarkan matanya.
Uhuk uhuk!
"Minumnya pelan-pelan, Nafisa. Nggak ada yang minta juga," ledek Alvaro mengulurkan tangannya untuk memijat tengkuk sang adik.
"Nggak kecepatan, Mas?" ucap Nafisa pelan. Matanya terus menatap wajah laki-laki yang sudah resmi menjadi tunangannya. Alger mengangkat bahunya samar. "Nggak, lebih cepat lebih baik, nggak menimbulkan banyak dosa."
"Betul juga, ya, sudah, satu minggu lagi pernikahan akan dilangsungkan. Besok kalian usahakan untuk fitting baju pengantin, bisa?"
Keduanya mengangguk menyetujui. Setelah menghabiskan waktu bersama dengan cukup lama, mereka memutuskan untuk menyudahi acara. Bersiap-siap untuk pekerjaan esok.
***
"Nafisa, saya ada di depan, cepatlah keluar," ucap seseorang dari balik telpon. Saat ini, Nafisa sedang mengemasi barang-barangnya, bergegas untuk menuju butik, mengurus baju pengantinnya.
"Iya, ini Nafisa mau ke bawah, tunggu sebentar ya, Mas," jawabnya mulai melangkahkan kaki ke lantai bawah.
Sesampainya di tempat parkiran, Nafisa menolehkan pandang ke kanan dan kiri, hingga atensinya berhasil menemukan seseorang yang ia cari. "Assalamu'alaikum, Mas?" ucap Nafisa sembari menepuk pundak Alger pelan.
Merasa ada seseorang yang menepuk pundaknya, Alger menolehkan kepalanya ke samping, tepat calon istrinya berada. "Wa'alaikumussalam, ayo," ujar Alger, tanpa basa-basi ia melangkahkan kaki menuju mobilnya berada, meninggalkan Nafisa yang langkahnya jauh tertinggal.
Nafisa hanya mengedikkan bahunya acuh, memang sifat Alger seperti itu. Jadi, harus diapakan? Ia mengikuti langkah lebar laki-laki tersebut yang mengarah pada mobil pajero sport hitam milik Alger.
Alger yang hendak membuka pintu mobilnya, menatap perempuan yang berada di seberangnya tengah menatap mobilnya seperti orang ragu. Alger paham apa yang dipikirkan calon istrinya, ia berjalan ke arah pintu samping kemudi. Membantu Nafisa untuk naik.
"Eh, ngapain?!" pekik Nafisa saat tubuhnya terangkat. Pelakunya tak lain adalah Alger, calon suaminya.
"Kamu pakai rok span ketat, pasti susah buat naik. Jadinya saya bantu," jawab Alger santai.
"Harus dengan cara seperti ini?" tanya Nafisa, namun tak urung tangannya melingkar di leher Alger. Tatapan mereka saling beradu. Mata yang indah, batin Nafisa tanpa mengalihkan perhatiannya pada laki-laki yang tengah membopongnya ala bridal style.
Alger berdeham pelan. "Kamu calon istri saya, sudah menjadi tanggung jawab saya untuk memperlakukanmu dengan baik. Dan perlu diingat, apa yang saya lakukan ke kamu, pasti itu yang terbaik," jawab Alger dengan memberikan kode kepada Nafisa untuk segera membuka pintu mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Captain! [End]
Teen FictionAlmaika Nafisa Putri Almortaza, seorang gadis cantik yang bekerja sebagai Human Resource Department atau lebih dikenal HRD di perusahaan ayahnya, terpaksa menikah dengan seorang kapten pilot yang membuatnya selalu percaya bahwa ini akan menjadi jala...