Saya siap menjadi pelengkap imanmu. Menerimamu baik suka maupun duka. Menerima kekurangan dan kelebihanmu. Bimbinglah aku menuju jannah-Nya, bersama kita meraih surga.
***
Pagi yang cerah menyambut kedatangan sang mentari yang menyapa bumi. Kicauan burung yang saling bersahut-sahutan terasa menyejukkan sekaligus menenangkan.
Tok tok tok!
"Mas! Bangun udah siang!" Gedoran pintu disertai teriakan seorang wanita mulai menggema. Ia menghembuskan napasnya kasar. Tau nggak dikunci, lebih baik langsung masuk tadi, gerutunya dalam hati.
Nafisa memasuki kamar yang bernuansa monoton milik kakaknya. Mendekati ranjang tempat sang kakak bergelung dengan selimut tebalnya. "KEBAKARAN! TOLONG! MAS, SELAMATKAN DIRI!" teriaknya lagi tepat di telinga Alvaro.
Alvaro terkesiap, menyibak selimutnya kasar dan kemudian berdiri di atas kasurnya. "Mana kebakaran? Gue belum nikah, tolong!!!" ucapnya keras.
Suara tawa seseorang menghentikan aksinya. Ia menatap pelakunya datar. "Mau dihukum apa, Sayang?" tanya Alvaro sinis sembari turun dari atas kasurnya.
Nafisa menghentikan tawanya, melengos saat sang kakak menghampirinya, pelan namun pasti. "Apaan, sih. Habisnya tidur kaya kebo, nggak bisa dibangunin. Terus nggak pakai baju pula," ujarnya menantang.
"Bawaan lahir kalau itu, mah, terus juga, Mas kan udah biasa tidur nggak pakai baju. Sini, jangan jauh-jauh, mau Mas hukum," cibir Alvaro saat melihat Nafisa memundurkan langkahnya, bersiap untuk lari.
"HUAAAA, AYAH! MAS JAHAT!!!" teriak Nafisa saat tubuhnya dibekap Alvaro, dan dijatuhkan di atas ranjang.
"Ampun, Mas! Nggak lagi deh, tapi nggak janji, haha," ucap Nafisa disela tawanya. Ia paling sensitif saat perutnya digelitik.
"Oh, gitu? Nggak janji? Rasain, nih!" Alvaro semakin menggelitiki adiknya hingga napas mereka tersenggal-senggal. Suara deheman menginterupsi keduanya. Alvaro yang menjatuhkan kepalanya di leher Nafisa kemudian berdiri tegak.
"Astaghfirullah, Nafisa lagi nggak pakai jilbab," ujar Alvaro heboh saat mengetahui ada orang lain yang berada di belakang ayahnya. Buru-buru ia langsung menutupi seluruh badan sang adik dengan selimut tebalnya, menyisakan wajah Nafisa yang memerah.
"Kenapa, Yah? Kok ada Mas Alger?" tanya Nafisa yang berada di pelukan Alvaro. Mereka berpelukan dalam posisi berdiri karena Nafisa yang masih menggunakan baju tidur lengan pendeknya.
"Kalian heboh banget kalau bareng-bareng begini ... Ini, Nak Alger katanya mau ngasih kamu sesuatu. Turun dulu, gih. Siap-siap juga, berangkat ke kantor kan? Kita tunggu di bawah," ucap Reagan.
"Kenapa nggak dititipin Ayah aja?" ujar Alvaro penasaran.
"Ada yang mau saya bicarakan dengan Nafisa, Mas," balas Alger menunduk pelan. "Yasudah, cepat ke bawah." Reagan berbalik dan mengajak Alger untuk ikut serta bersamanya.
Selepas kepergian mereka, Nafisa dan Alvaro saling tatap. Nafisa menatap kakaknya bingung, hingga sentilan pelan mendarat di dahinya. "Dasar, loading lama. Buruan ganti baju, terus turun ke bawah menemui kakanda," ujar Alvaro mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Captain! [End]
Ficção AdolescenteAlmaika Nafisa Putri Almortaza, seorang gadis cantik yang bekerja sebagai Human Resource Department atau lebih dikenal HRD di perusahaan ayahnya, terpaksa menikah dengan seorang kapten pilot yang membuatnya selalu percaya bahwa ini akan menjadi jala...