"Jangan katakan kepada Allah aku punya masalah besar, tapi katakanlah kepada masalah bahwa aku mempunyai Allah yang Maha Besar."
[Ali bin Abi Thalib]***
Satu minggu sejak kepulauan Nafisa dari rumah sakit, ia kembali disibukkan dengan berbagai macam urusan pekerjaan. Sedangkan Alger sedang melakukan flight bersama timnya, termasuk Aina, terhitung sudah empat hari. Kembali bekerja setelah sekian lama meminta izin untuk cuti, kali ini ia mengendarai burung besinya ke luar negeri.
Nafisa memaklumi pekerjaan yang dilakukan suaminya. Bahkan, ia merasa semakin kagum saat melihat suaminya mengenakan pakaian khas seorang pilot. Menambah kharisma dari seorang Alger. Yang bahkan saat-saat mengucapkan ijab kabul, banyak wanita yang masih saja mengaguminya.
"Non, duduk aja, atuh. Biar Bibi yang lanjutin," ucap seseorang dari belakang yang membuat Nafisa sedikit terjingkrak, akibat terkejut. Ia tengah mengepel lantai, meskipun sempat dilarang oleh Yuni, tetapi ia tetap memaksa. Berdalih merasakan bosan.
Nafisa mengusap keringat yang menetes di keningnya, dan berucap, "nggak apa, Bi. Bibi bisa lanjutin nyuci baju. Ini biar Nafisa aja."
"Aduh, nanti Bibi yang dimarahin sama Den Alger. Non Nafisa, ayo, istirahat," ujar Yuni dengan cepas. Pasalnya Alvaro sudah mewanti-wanti Alger untuk melarang istrinya melakukan pekerjaan rumah yang berat. Alger yang diberi amanat tersebut hanya menyanggupi, dan memberitahu kepada Yuni untuk menjaga istrinya semasa ia tak ada di rumah. Lebih tepatnya, melarang istrinya melakukan pekerjaan rumah.
Flasback on
Siang hari di rumah sakit tampak begitu ramai. Banyak orang yang berlalu lalang. Hari ini, Nafisa sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah.
Alvaro baru saja menyudahi kegiatan bincang-bincangnya dengan dokter Shella dan dokter Sheren. Yang Alger tahu, dokter Sheren merupakan salah satu dokter dari bagian kandungan.
"Udah selesai?" tanya Alvaro menghentikan percakapan Alger dengan Nafisa. Di tangan kanan Alger ada sebuah tas, berisikan pakaian milik Nafisa.
"Sudah, Mas. Tinggal pulang. Semuanya juga sudah dibereskan, dibantu sama perawat tadi," jawab Alger sembari mengulurkan tangan, membantu istrinya turun dari duduknya di atas brankar.
Alvaro hanya mengangguk, kemudian melangkahkan kaki untuk keluar dari ruangan, menuju dimana mobilnya terparkir. Alger dan Nafisa hanya mengikuti dari belakang. Dengan tangan Alger yang terus menggandeng tangan Nafisa, sedangkan tangan satunya ia gunakan untuk menyangking tas.
Sampai di rumah, Alvaro dan Alger langsung mengantar Nafisa ke kamarnya untuk kembali istirahat. "Alger," panggil Alvaro, saat ini mereka tengah berada di depan pintu kamar.
"Iya, Mas. Gimana?" tanya Alger setelah menutup pintu. Alvaro hanya bersandar di dinding ketika Alger membantu istrinya ke ranjang sekaligus meletakkan tasnya.
"Untuk saat ini, jaga Nafisa baik-baik. Kalau ada apa-apa langsung hubungi saya. Dan jangan biarkan dia kelelahan dengan mengurus urusan rumah yang terasa memberatkan. Tapi, tetap biarkan dia melakukan kewajibannya mengurus rumah, selagi itu tidak menguras tenaganya," pesan Alvaro sembari melangkah menuruni tangga, disusul Alger di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Captain! [End]
Teen FictionAlmaika Nafisa Putri Almortaza, seorang gadis cantik yang bekerja sebagai Human Resource Department atau lebih dikenal HRD di perusahaan ayahnya, terpaksa menikah dengan seorang kapten pilot yang membuatnya selalu percaya bahwa ini akan menjadi jala...