Bagian 20

10.4K 932 20
                                    

15

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


15.03.2022

Cinta itu terkadang tidak menunjukkan dirinya dengan pasti. Ada kalanya, seseorang akan tersadar akan sebuah rasa cinta jika ada orang lain yang membantu untuk menyadarkannya.

Ambisi atau obsesi sering kali berhasil memanipulasi rasa. Terkadang, cinta yang sesungguhnya bisa tertutupi oleh sebuah ambisi yang nyatanya bukanlah hal yang dibutuhkan. Hanya sekedar nafsu untuk mendapatkan. Lalu, pada akhirnya, seseorang akan sadar siapa yang sebenarnya dia harapkan.

Saat ini, setidaknya itulah persepsi yang berhasil ditangkap oleh Syaki. Setelah melihat reaksi sekilas Akbar minggu lalu saat mengetahui Tiara pulang lebih dulu dari acaranya, Syaki menjadi sedikit sadar jika Akbar sedang bermain rasa. Apalagi setelah mendengar penuturan ibu Dina tentang anaknya yang dulu sempat jatuh hati pada mendiang Melody, Syaki semakin yakin jika Akbar hanya menganggap Syaki sebagai sosok Melody yang berbeda.

"Dulu, ya. Akbar ini suka sekali dengan Melody. Sampai katanya, nanti kalau udah dewasa mau jadi pasangannya. Eh, tau-tau nya malah dapat kabar Melody tunangan sama Yasa. Patah hati berat dia."

Syaki kembali tertawa saat mengingat cerita tersebut. Bukannya sedih atau kecewa, dia malah lebih merasa lega. Setidaknya, kini dia tidak perlu lagi menjaga perasaan Akbar. Karena dia sudah menemukan jawaban untuk pernyataan Akbar beberapa minggu yang lalu. Laki-laki itu hanya terpana sesaat karena melihatnya yang tampak serupa dengan mendiang Melody.

Sejauh ini, Syaki terlihat lebih leluasa saat berbincang bersama Akbar dan Tiara. Dia tidak lagi merasa kikuk atau risih. Karena kini dia tau, rasa suka Akbar yang sesungguhnya bukanlah untuknya, melainkan untuk Tiara, perempuan yang sampai saat ini tidak sadar jika kedekatannya dengan Akbar bukan lagi sebatas teman biasa.

"Ngapain senyum-senyum sendiri?"

Syaki tersentak kaget saat tiba-tiba Yasa menjentikkan tangan didepannya.

"Apaan sih, Bang. Ganggu aja."

Yasa mengerutkan keningnya.

"Beneran lagi mengkhayal, kamu?"

Syaki meluruskan bibirnya sambil memotong telur dadar menjadi potongan-potongan kecil. Karena saat ini dia sedang menyantap makan siang buatan koki di kafe mereka.

"Makan yang banyak, biar cepat besar."

Syaki mendengus kesal saat Yasa menggoyangkan kepalanya dengan menggunakan kepalan tangan besar milik laki-laki itu. Terlebih lagi, setelahnya Yasa pergi begitu saja ke dalam kafe.

***

Setelah makan siang gratis di kafe, Syaki diantar ke kampus kembali oleh Yasa. Karena hari ini, dia memang memiliki satu mata kuliah di siang hari.

Melodi Yang BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang