Bagian 6

12.5K 1.4K 80
                                    

19

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

19.2.2022

Hari ini adalah hari dimana Syaki bisa bertatap muka kembali dengan ayahnya. Pertemuan kali ini bisa dikatakan sebagai pertemuan ketiga mereka mengingat jika ayah kandungnya tersebut kerap bepergian ke luar kota.

Menurut penjelasan ibunya, hal ini tidak akan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Karena, memang kebetulan saat mereka membawa kembali dirinya ke rumah, sang ayah juga sedang memperluas cabang bisnis mereka. Selebihnya, dia akan sering melihat ayahnya lagi karena masa-masa penuh dalam perjalanannya itu sudah usai pada kemarin sore.

***

Saat ini Syaki sedang duduk bersama sang ayah di ruang keluarga. Dimana di tempat ini, mereka bisa menghabiskan waktu untuk bersantai sambil menonton siaran di televisi.

"Gimana sama kuliahnya, Nak?" Tanya ayahnya saat melihat Syaki sedari tadi hanya diam menatap siaran berita terkini di sebuah saluran televisi.

Syaki menoleh sejenak ke arah ayahnya itu, lalu saat ayahnya juga menatap balik ke arahnya, dia langsung mengalihkan pandangannya ke arah televisi. Rasanya masih sangat canggung walau hanya sekedar berbagi cerita. Berbeda dengan ayah asuhnya, dia pasti tidak akan segan untuk bermanja.

"Lancar, Pa. Sampai sekarang Syaki belum merasa kesulitan apapun." Jawabnya dengan kaku.

"Gimana dengan rumah ini, kamu nyaman tinggal di sini?"

Syaki sedikit menunduk dengan kaki yang mulai bergerak-gerak kecil. Andai dia bisa mengatakan isi hatinya, sudah pasti dia akan menggelengkan kepala pertanda dia tidak cukup nyaman. Namun, dia tidak memiliki nyali sebesar itu untuk jujur pada ayahnya yang masih terasa asing ini.

"Nyaman, Pa. Rumahnya besar, semua yang Syaki mau ada didalamnya. Mbak Lin juga selalu ada di dekat Syaki. Jadi berasa ada temannya."

"Kecuali, kehangatan keluarga. Di sini sama sekali nggak tersedia untuk aku." Lanjutnya di dalam hati.

"Wajah kamu kok bilang yang sebaliknya, ya?"

Sontak saja Syaki langsung menoleh ke arah ayahnya dengan mata membulat. Dia menjadi cemas jika ayahnya itu bisa membaca raut wajahnya yang jelas sangat tidak bagus ini.

"Apa ada yang membuat kamu nggak nyaman?"

Syaki hanya menatap ayahnya tersebut dengan wajah bingung. Dia kehilangan kata untuk menjawab.

"Apa Mama kamu?"

Syaki bertambah membelalakkan matanya saat sang ayah bisa menebak isi hatinya.

Dia bisa melihat jika ayahnya tersenyum begitu teduh.

"Sini, duduk lebih dekat sama Papa." Ujar ayah Syaki sambil menepuk sisi sofa disebelahnya.

Dengan canggung Syaki mematuhi perintah itu lalu duduk tepat di samping sang ayah.

Melodi Yang BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang