Bagian 25

7.7K 646 17
                                    

25

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

25.03.2022

Wajah Syaki tidak bisa menyembunyikan raut wajah syoknya. Hal yang semula dia pikir hanya tentang berkunjung untuk menghadiri acara di rumah Akbar ternyata tidak sesederhana itu. Kenyataan yang ada di depannya saat ini lebih terlihat seperti suasana orang yang ingin meminang seorang gadis. Bedanya, ini terjadi di rumah keluarga pihak laki-laki, bukan perempuan.

"Saya nggak nyangka ujung-ujungnya kita bakalan besanan."

Ucapan itu keluar dari mulut ibu Akbar yang malam ini terlihat sangat cerah sekali. Beliau pasti sudah di iming-imingi perkara jodoh oleh Akbar sehingga beliau terlihat sangat yakin jika Syaki dan Akbar akan menikah.

"Saya juga. Masih nggak percaya mereka bisa kenal dan saling suka begini."

Itu suara ibu Syaki. Beliau awalnya sedikit terkejut mendengar jika anak dari temannya itu merupakan kekasih Syaki.

"Jadi, acara malam ini untuk kami, ya?"

Syaki menoleh ke arah Akbar. Jika pertanyaan seperti itu yang dilontarkan Akbar, itu artinya laki-laki itu juga tidak tau pasti perihal acara ini.

Awalnya Syaki pikir dia akan berangkat sendiri ke rumah Akbar, namun orang tuanya tiba-tiba saja turun dari lantai atas dengan setelan rapi. Mereka tanpa basa basi langsung mengajak Syaki ke rumah Akbar. Ketika ditanya, orang tuanya hanya mengatakan jika mereka juga mendapatkan undangan dari orang tua Akbar.

"Syaki berapa lama lagi kuliahnya?" Tanya ibu Akbar.

"Insya Allah tahun depan selesai Tante."

"Itu artinya nggak lama lagi dong?"

Syaki tersenyum tipis menanggapi ucapan ibu Akbar.

"Kalau begitu, kita sudah harus memikirkan tanggal tunangan, ya?"

Syaki sontak melotot ke arah Akbar. Dia dibuat terkejut dengan ucapan tersebut. Pasalnya, dia belum sejauh itu membicarakan hubungan mereka.

"Ma, sabar. Akbar ngobrol dulu sama Syaki tentang masalah itu."

Diam-diam Syaki menghela napas leganya. Sudah seharusnya mereka membicarakan ini secara personal tanpa orang tua terlebih dulu.

"Loh, kalian belum bicarakan masalah itu?"

Baik Syaki maupun Akbar serentak menggelengkan kepalanya.

"Ya ampun. Kalau begitu kalian obrolkan dulu, ya. Kami tunggu di sini."

Syaki menoleh ke arah Akbar. Dia masih bingung dengan ucapan ibu Akbar tersebut.

Melodi Yang BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang