Bagian 29

6.6K 692 52
                                    

25

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

25.04.2022

Suara riuh di kantin kampus tidak membuat Syaki berhenti menatap Tiara yang sedang mengoceh dengan kening berkerut. Pasalnya, sejak dari rumah, Syaki berpikir akan menemukan Tiara dalam keadaan sedih atau menangis seperti malam kemarin. Namun, ternyata gadis itu terlihat baik-baik saja. Bahkan lebih banyak bicara dari biasanya.

"Habis ini aku bakal konsul yang terakhir. Pokoknya, sebelum ganti tahun aku udah harus kelar semua masalah kuliah."

Syaki menumpukkan kedua tangannya di atas meja. Dia hanya mengamati saja tanpa mau menggubris berlebihan. Kali ini dia membiarkan Tiara mengoceh seperti tidak akan ada ujungnya.

"Nih, ya... Ki. Pokoknya setelah urusan kuliah beres, aku mau langsung cari kerja di kota aku. Terus nabung buat buka usaha dan modal nikah."

Pernyataan terakhir Tiara sedikit mengusik atensi Syaki.

"Modal nikah? Kamu udah punya calon ya di kampung halaman kamu, Ti?"

Tiara menggeleng dengan cepat.

"Belum ada. Tapi abis ini aku bakalan cari orang sana. Pokoknya harus."

Syaki mengangguk-anggukkan kepalanya. Karena pada kenyataannya, dia lebih antusias untuk mengetahui kenapa  kemarin malam Tiara menangis.

"Sebelumnya, maaf nih, Ti. Tapi aku penasaran banget sama obrolan singkat kita malam kemarin." Pancing Syaki.

Tiara sejenak terlihat sendu, sebelum akhirnya menghela napasnya.

"Aku cuma lagi kalut aja, Ki. Aku takut akan menghancurkan sesuatu kalo aku nurutin ego aku."

"Maksudnya?"

Tiara tampak enggan untuk menjelaskan kepada Syaki. Namun dia tidak bisa juga membiarkan Syaki penasaran akibat kelakuannya tadi malam.

"Aku lagi berusaha buat jadi sisi yang paling waras. Ternyata susah, Ki."

Syaki mendengus kesal.

"Nggak paham aku, Ti. Kenapa sih kamu?"

Tiara terkekeh pelan. Bagaimana bisa dia menjelaskan secara gamblang jika yang terjadi itu ada hubungannya dengan Syaki. Dia tidak mungkin bisa meruntuhkan apa yang akan segera terbangun.

"Intinya, semalam aku lagi mengeluarkan semua beban di hati aku, Ki. Kebetulan aja kamu telpon aku, jadi ya gitu deh."

Syaki menatap Tiara dengan mata menyipit. "Nggak ada rencana curhat gitu, Ti?" Tanya Syaki seolah penuh pengharapan.

Melodi Yang BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang