Bagian 28

6.4K 662 18
                                    

20

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

20.04.2022

Rutinitas Syaki setelah pulang dari Aceh menjadi lebih padat dari biasanya. Jika dulu dia disibukkan oleh mata kuliah, kini dia malah disibukkan oleh skripsi yang rasanya tidak akan kunjung selesai.

"Syaki, rencana lanjut Apoteker dimana?"

Syaki menoleh ke arah Mia yang bertanya kepadanya.

"Rencananya di situ juga, Kak."

Mia melihat wajah kusut Syaki. Matanya kini beralih pada tangan Syaki yang sedari tadi hanya mencoret abstrak kertas putih di atas meja kasir.

"Kamu kenapa? Kusut amat wajahnya."

Syaki hanya manyun tidak menjawab. Dia merasa kesal berlapis kali ini. Sudah ditinggal Tiara yang mengebut skripsi, Akbar yang masih sibuk mengurus restoran ayahnya yang terkena musibah dan ditambah Yasa yang kini sedang berada di luar kota. Lengkap sudah kesendirian Syaki. Hanya Mia yang saat ini tersisa sebagai tempat berbicaranya.

"Skripsinya mampet, ya?"

Syaki menoleh ke arah Mia lagi.

"Nggak juga sih, Kak. Walaupun nggak selancar Tiara, tapi aku termasuk banyak progressnya kok."

"Jadi?"

"Lagi suntuk aja. Semua pada sibuk sendiri."

Mia mengulum senyumnya.

"Kangen calon suami, ya?" Godanya.

Syaki sontak langsung berseru malu.

"Apaan sih, Kak Mia. Syaki nggak sampai segitunya juga kali."

"Atau kangen Abang Yasa kesayangan kamu?"

Syaki berdecak kesal.

"Itu juga nyebelin. Menghilangnya nggak kira-kira, sampai di telpon pun susah amat di jawab."

Mia hanya bisa terkekeh geli. "Abang kamu 'kan perginya sama Mas Dani, hubungi aja manajer kita itu. Pasti kamu dapat info tentang Yasa."

"Males. Abang Yasa nggak asik, mulai kasih jarak ke Syaki."

Mia tidak lagi melanjutkan perdebatan mereka. Dia hanya bisa mengulum senyum. Rasanya dia belum bisa menerima jika Syaki akan menikah dengan Akbar. Batinnya selalu merasakan jika Syaki akan berakhir bersama Yasa. Namun, dia juga meragu, pasalnya Yasa tidak menunjukkan ketertarikan lebih pada Syaki selain sebatas adik.

***

Malam harinya, Syaki turun ke lantai bawah untuk menikmati makan malam bersama keluarga. Dia turun dengan semangat menghampiri ayah dan ibunya.

"Mama!! Abang Yasa lusa balik dari luar kota." Teriak Syaki.

"Ya ampun, Killa. Ngapain lari-lari di tangga. Nanti jatuh, loh."

Melodi Yang BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang