Bagian 22

8.5K 858 31
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


20.03.2022

Cinta itu adalah sebuah rasa yang tidak bisa ditebak keberadaannya. Cinta bisa hadir untuk siapapun dan dari manapun. Walaupun terkadang tersembunyi dibalik sebuah ego, namun perlahan cinta pasti akan tetap memperlihatkan dirinya.

Beruntung apabila cinta yang didapatkan adalah cinta seutuhnya. Tetapi, terkadang rasa cinta yang diagungkan nyatanya hanya rasa semu yang perlahan berubah lalu hilang.

Bagi Syaki yang masih sangat awam dalam merasakan cinta, kecemasan akan salah menentukan perasaan adalah hal yang lumrah. Dia terlalu banyak melihat tantangan dalam sebuah kisah cinta. Sehingga dia merasa takut saat dia merasakannya nanti, dia tidak akan bisa melaluinya.

Terlebih lagi kini dia sudah memiliki seseorang yang tidak bisa dia katakan sebagai kekasih, namun seakan sudah ditetapkan akan menjadi calon suami masa depannya.

Selepas wisuda Akbar dua bulan lalu, Syaki memutuskan untuk mencoba menerima Akbar dalam hidupnya. Mereka juga sudah mulai dekat dan tidak canggung lagi. Perlahan, perasaan gamang Syaki yang selalu merasa tidak nyaman saat bersama Akbar berganti. Sekarang, dia sudah begitu nyaman dengan laki-laki itu dan segala perhatiannya.

Syaki tersenyum saat mengingat bagaimana kesalnya Akbar pada seorang laki-laki yang tidak sengaja menabrak dirinya ketika mereka sedang berjalan di sebuah pusat perbelanjaan. Akbar terus saja menggerutu sambil melihat Syaki yang masih terkejut karena hampir saja terjengkang bila Akbar tidak sigap menangkap tangannya.

"Gila, ya. Ternyata efek jatuh cinta sampai bisa jadi begini."

Syaki tersentak kaget saat melihat Tiara yang sudah duduk di depannya.

"Udah siap konsulnya, Ti?"

Tiara mengangguk pelan lalu mengeluarkan ponsel dari dalam tas ranselnya.

"Udah. Parah banget emang itu cewek-cewek. Semuanya dilimpahin ke aku. Sampai konsul aja mesti aku yang temui dosennya." Gerutu Tiara.

"Emang Pak Ibrahim mau kalo kamu cuma konsul sendirian?"

Tiara menyengir sambil menutup ponselnya.

"Mau sih. Tapi nanti tetap balik lagi untuk konsul ulang bareng yang lainnya."

Syaki tertawa kecil. Kali ini mereka tidak berada dalam satu kelompok yang sama. Jadi, dia tidak tau bagaimana keadaan Tiara yang harus satu kelompok dengan para gadis yang ternyata cukup menjadi beban untuknya.

Dia mengeluarkan kumpulan kertas yang sudah dijilidnya di depan Tiara.

"Aku udah mulai, nih. Kamu gimana?" Tanya Syaki yang kemudian dibalas helaan napas oleh Tiara.

"Udah mulai buat skripsi aja, ya kita, Sya. Cepat banget waktu berlalu."

Syaki tersenyum sambil mengangguk. Kini mereka memang mulai disibukkan dengan skripsi.

Melodi Yang BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang