Bagian 31

6.9K 615 30
                                    

05

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

05.05.2022

Hari berganti hari, tidak terasa perjuangan Syaki dalam menyusun skripsi kini sudah hampir mencapai akhir. Namun, sebelum melaksanakan sidang, Syaki malah lebih dulu mengadakan acara pertunangan seperti permintaan keluarga Akbar. Meski nyatanya tetap  lewat dari yang diharapkan. Karena butuh waktu dua bulan untuk menyiapkan semua keperluan acara tersebut hingga hari yang cocok agar kehadiran keluarga bisa utuh.

"Killa jadi sidang minggu depan, Nak?" Tanya ibu Syaki saat mereka sedang sarapan.

"Jadi, Ma. Delapan hari lagi Syaki sidang skripsi."

"Wisudanya kapan, Sayang?"

"Kalau urusan skripsinya cepat selesai, empat bulan lagi bisa wisuda, Ma."

"Semoga urusan skripsinya lancar, ya Sayang."

Syaki mengaminkan doa ibunya. Dia juga berharap jika selesai sidang nanti tidak akan ada revisi berlebihan hingga membuatnya harus menunggu wisuda gelombang berikutnya.

"Nanti, habis dari kafe Killa langsung pulang, ya."

"Iya, Ma."

Permintaan ibunya tersebut memang wajar. Karena besok dia akan melangsungkan pertunangan dengan Akbar di rumah ini. Hari ini pun rumah sudah mulai dihias untuk acara esok hari.

***

Pertama kali menginjakkan kaki di kafe, Syaki langsung dihadiahi pertanyaan beruntun oleh para karyawan di sana.

"Syaki ngapain ke sini? Bukannya besok tunangan?"

"Loh, Dek. Kok malah ke kafe."

"Lah, ngapain ke sini Syakil?"

"Eh, calon manten malah keluyuran."

"Syaki, ada apa datang ke sini?"

Pertanyaan terakhir itu datang dari Yasa yang sedang mengobrol bersama Mia.

"Kenapa emangnya, nggak boleh?"

"Bukan. Tapi besok 'kan udah acara lamaran. Kenapa nggak istirahat di rumah aja?" Ujar Yasa.

"Bosan, Bang. Syaki mau menghirup udara segar. Lagian mikirin acara untuk besok bikin Syaki mules terus."

Yasa terkekeh mendengar penjelasan Syaki. Mungkin gadis itu merasa cemas untuk acara pentingnya esok hari.

"Ya udah. Mau makan nggak?"

Syaki mengangguk dengan antusias.

"Tapi Abang yang buatkan, ya?"

Yasa langsung menoleh ke arah Syaki kembali.

"Gimana?" Tanyanya dengan mata menyipit.

Syaki cengengesan saja. Dia hanya merasakan sedang ingin makan mie goreng pedas buatan Yasa. Makanan yang memang sering Yasa buatkan untuknya.

Melodi Yang BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang