14.06.2022
Syaki memulai karirnya di dunia kerja sebagai salah satu Apoteker di sebuah rumah sakit swasta yang ada di ibu kota. Sudah tiga bulan lamanya dia beradaptasi dengan staf lain yang ada di dalam instalasi Farmasi rumah sakit. Sejauh ini, dia merasa senang-senang saja. Karena rata-rata temannya bersikap baik dan peduli. Pekerjaannya yang tidak jauh dari berbagai macam racikan obat membuat Syaki merasa nyaman saat bekerja. Dia memang lebih suka bagian meracik obat dari pada yang lain. Meskipun sebenarnya dia juga harus mengerjakan pekerjaan yang lain juga.
"Dek Syakilla, udah mau pulang?"
Syaki menoleh ke arah sampingnya. Mungkin, ini menjadi penyebab satu-satunya hal buruk dari semua hal baik yang dia dapatkan di dalam pekerjaannya saat ini.
"Iya, Mas Akmal." Jawab Syaki seadanya. Dia hanya sedang menghormati seniornya saja. Meski sebenarnya dia tidak terlalu suka dengan gelagat Akmal.
"Pulang sama siapa?"
Pertanyaan itu membuat Syaki semakin tidak nyaman. Namun, dengan ramah dia meladeni laki-laki itu.
"Sendiri, Mas. Soalnya Saya bawa kendaraan."
"Jangan formal gitulah."
Syaki diam saja tanpa membalas. Sepertinya dia harus segera pergi dari sini.
"Nggak apa-apa, Mas. Saya lebih nyaman bicara seperti ini. Permisi ya, Mas Akmal. Saya duluan."
Syaki langsung berjalan cepat untuk keluar dari gedung rumah sakit. Tidak dilihatnya lagi wajah laki-laki yang menyapanya tadi. Entah mengapa dia takut bercampur risih bila di dekat laki-laki itu. Auranya terasa tidak bagus saja bagi Syaki.
Semakin lama, dia semakin dibuat risih oleh Akmal yang terlihat seperti masih mengejarnya. Sudah sebulan berlalu dari penolakan Syaki saat Akmal mengutarakan perasaannya. Dia pikir, laki-laki itu tidak akan mengganggunya lagi. Namun, sepertinya laki-laki itu masih punya pendirian tetap.
Syaki tidak menerima pernyataan Akmal bulan lalu karena dia merasa tidak suka dengan kepribadian Akmal yang terlalu mudah berdekatan dengan perempuan. Laki-laki itu dekat dengan hampir seluruh staf di instalasi mereka. Bukan hanya dekat, laki-laki itu juga tidak bisa membedakan mana laki-laki dan mana perempuan. Hingga memperlakukan mereka secara sama. Seperti, merangkul bahu. Bahkan terkadang Akmal juga duduk berdekatan tanpa jarak dengan perempuan seolah-olah ingin menempel erat. Syaki sungguh tidak suka dengan laki-laki seperti itu. Ramah tentu saja memiliki batasan, pikir Syaki.
Pulang ke rumah. Syaki langsung mencari keberadaan Mbak Lin. Dia ingin menceritakan kekesalannya hari ini di rumah sakit. Mungkin dengan begitu hatinya bisa lebih lega.
Namun, sepertinya hari ini rumah terlihat lenggang. Hanya Mbak Sur yang terlihat di pekarangan tadi.
"Orang-orang pada kemana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodi Yang Berbeda
Romanzi rosa / ChickLit(END) "Nama aku ujungnya pake 'i' bukan 'y'. Me-lo-di. Bukan Melody, Bang!" "Aku itu Syakilla Melodi bukan Aluna Melody. Ngerti nggak, sih?" "Aku nggak bisa nyanyi! Nggak bisa main piano juga, apalagi biola. Karena aku bukan Melody, tapi Syaki!" "Ja...