Bagian 40

10.8K 939 50
                                    

09

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

09.06.2022

Mata itu terus menatap ke arah dua orang yang sedang bercakap ria di depan sana. Pemandangan yang seharusnya tidak seperti yang terlihat saat ini sungguh mengganggu pikirannya.

"Takdir memang nggak bisa ditebak."

"Memang. Baru tau?"

Syaki mencebikkan bibirnya. Dia merasa kesal dengan Yasa yang mengganggu aksinya tadi. Padahal masih banyak spekulasi yang berkelebat di pikirannya tentang dua orang di depan sana.

"Abang ganggu ih."

Yasa tidak memperdulikan kekesalan Syaki. Dia malah ikut duduk dan mengamati dua orang di depan mereka tersebut.

"Kenapa ikut duduk?"

Yasa menoleh ke arah Syaki. "Mau ikut mengamati. Siapa tau Abang bisa kasih kamu penjelasan."

"Mengamati apanya? Abang pasti udah tau kalau bang Dani sama Kak Mia nikah 'kan?" Tuduh Syaki.

Yasa menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar tidak tahu menahu masalah Dani yang tiba-tiba saja sudah menjadi suami Mia.

"Bohong. Pasti Abang udah tau pas kita ke acara nikahannya Tiara tahun lalu."

Yasa menghembuskan napasnya. Bagaimana mungkin dua orang itu sudah menjalin hubungan enam bulan yang lalu. Sedangkan Mia baru ditinggal tunangannya empat bulan yang lalu.

"Beneran, Syaki. Abang baru tau H-1 acara nikah mereka. Itu pun Dani kabari Abang tengah malam."

Syaki menatap kembali Mia dan Dani yang terlihat masih cukup kaku untuk ukuran pengantin baru. Aneh saja rasanya tiba-tiba mendapati kedua orang yang dulunya begitu santai mengobrol bisa se kikuk itu.

"Kok bisa sih mereka nikah? Bukannya Kak Mia udah punya tunangan ya?"

Syaki melebarkan matanya sembari menoleh ke arah Yasa.

"Atau jangan-jangan Kak Mia senasib sama Syaki? Ditinggal calon suami gitu."

Yasa menoleh dengan wajah datarnya. Dia paling tidak suka jika Syaki menyinggung masalah itu. Darahnya masih mendidih kala mengingat Akbar yang berjiwa pengecut. Dia bahkan menutup mata dan kupingnya saat orang tua Akbar menawarkan kerja sama dengan anak mereka. Dia belum mampu bertemu lebih sering dengan bocah itu meskipun keuntungan dari kerja sama tersebut sangat besar.

"Kenapa kamu suka sekali mengungkit masa lalu?" Kesal Yasa.

Syaki mengerutkan keningnya.

Melodi Yang BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang