Bagian 44

10.4K 876 21
                                    

23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

23.06.2022

Yasa tidak main-main dengan ucapannya. Setelah pertemuannya dengan Syaki minggu lalu, dia benar-benar melamar Syaki secara resmi dengan membawa keluarganya datang ke rumah Syaki.

Dekorasi yang saat itu dikatakan oleh Yasa ternyata sudah diurus oleh ibunya. Sehingga Syaki dibuat ternganga berkali-kali karena semuanya seperti sudah disiapkan. Ternyata, ucapan Yasa yang mengatakan jika laki-laki itu sudah percaya diri diterima oleh syaki bukanlah tipuan. Laki-laki itu membicarakan apa yang memang ingin dia lakukan.

Lamaran kali ini terlihat amat sangat berbeda dengan lamarannya terdahulu. Kali ini Syaki meminta agar acara lamaran mereka dilaksanakan secara sederhana dan tertutup. Dia malah tidak mengizinkan orang-orang yang datang ke acara itu untuk mempublikasikan acara tersebut. Dia ingin lamaran ini menjadi hal pribadi yang nantinya akan dia publikasikan sendiri setelah resmi menjadi istri Yasa. Hal ini dia lakukan agar kejadian seperti dulu tidak terulang kembali.

Dulu, dia sudah pernah menahan malu sebab gagal menikah. Bukan perkara dirinya sendiri. Namun juga perkara perasaan orang tuanya. Dia tidak ingin membuat orang tuanya malu untuk kedua kalinya. Meskipun dia yakin jika Yasa tidak akan melakukan itu padanya.

Hal penting lain yang Syaki utarakan adalah hari pernikahan. Dia mengatakan jika dia setuju dengan Yasa yang ingin melaksanakan pernikahan sebulan setelah lamaran. Yasa yang awalnya memberikan usulan itu ikut terkejut seperti yang lainnya. Karena dia tidak menyangka jika Syaki akan setuju dengan ucapannya begitu saja.

"Syaki nggak mau terlalu lama karena takut kejadian dulu terulang lagi. Jadi Syaki setuju aja." Ucap Syaki saat Yasa menanyakan keyakinan Syaki.

Cara bicara Syaki memang terlihat santai, namun Yasa tau jika gadis itu merasa trauma dengan masa lalunya.

"Bukan karena nggak sabar jadi istri Abang?" Goda Yasa.

Syaki mengerucutkan bibirnya. Tangannya yang sedang memegang buku catatan menepuk bahu Yasa dengan sebal. Dia menjadi malu sendiri mendengar godaan Yasa tersebut.

"Ya udah. Tahun depan aja." Kesal Syaki.

"Jangan dong. Abang maunya bulan depan. Kalau bisa minggu depan juga boleh." Goda Yasa lagi.

Syaki menatap Yasa dengan kesal. Namun, setelah itu wajahnya menjadi penuh dengan senyuman.

"Buru-buru amat, Bang. Nggak sabar ya mau jadi suami Syaki?"

Yasa yang tadi asik menggoda Syaki menjadi berbalik malu. Dia tidak tau jika Syaki bisa menggodanya balik seperti itu. Dia menikmati tawa Syaki yang tampaknya puas melihat wajah malunya.

Melodi Yang BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang