Bagian 7

12.5K 1.3K 17
                                    

20

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

20.02.2022

Sarapan pagi ini terasa berbeda bagi Syaki. Jika biasanya di meja makan hanya diisi olehnya dan juga sang ibu, kini sudah ada ayahnya yang ikut menemani mereka.

Suasana yang biasanya cukup sepi, kini berubah menjadi hangat. Syaki yang biasanya selalu mencoba menahan diri dengan segala perlakuan ibunya yang selalu menyamainya dengan Melody, kini bisa sarapan dengan nyaman ditemani oleh pertanyaan seputar perkuliahan oleh ayahnya.

"Dulu Papa juga suka pelajaran sama Kimia. Bahkan, dulu Papa pernah mau lanjut kuliah di teknik Kimia. Tapi, ternyata malah lulus di akuntansi." Ujar ayahnya setelah sejak tadi mereka bercerita seputar perkuliahan Syaki.

"Dan sekarang Papa malah jadi pengusaha di bidang makanan." Celetuk Syaki sambil menunjukkan cengirannya.

Baik dia maupun ayahnya hanya terkekeh sambil melanjutkan sarapan mereka.

"Jangan banyak ketawa, Mel. Habiskan itu nasinya, nanti kamu telat masuk kuliah."

Syaki menyurutkan kekehannya saat mendengar ibunya berbicara. Dia tidak membantah atau berdecak kesal. Dia hanya mengangguk kecil sambil terus melanjutkan sarapan.

"Ma, jangan terlalu kaku, ah." Canda ayahnya.

Syaki diam-diam menyembunyikan senyumnya. Rasanya, sarapan kali ini menjadi sarapan pertama paling nikmat yang dia rasakan selama kembali pulang ke dalam keluarga kandungnya. Tentu saja berkat ayahnya.

***

Pada malam hari, Syaki menghabiskan waktu bersama ibu dan ayahnya di Aceh melalui sebuah aplikasi video call untuk melepas rasa rindu karena sudah hampir dua bulan tidak bertemu.

Dia terlihat begitu leluasa bercerita dan bersenda gurau hingga tertawa lepas bersama kedua orang tua asuhnya tersebut.

Rasa rindu juga kumpulan cerita baru di kehidupannya saat ini menjadi topik paling seru untuk mereka bahas hingga dua jam lamanya. Andai Syaki tidak diganggu oleh panggilan ibunya dari luar kamar, mungkin Syaki akan melanjutkan ceritanya hingga dia benar-benar merasa puas.

Dengan langkah lesu dia turun ke lantai bawah. Matanya membulat saat melihat ada sosok Yasa sedang berbincang dengan kedua orangtuanya. Sontak, hal tersebut membuat Syaki berlari secepat mungkin ke dalam kamarnya. Diraihnya jilbab instan yang tersangkut di ujung lemarinya, lalu dia kembali keluar dengan mengusap dadanya. Di dalam hati, dia mencoba meyakinkan diri jika Yasa belum melihat dia yang tidak berjilbab.

"Melody, kemari." Panggil ibunya.

Syaki berjalan mendekat lalu duduk disamping ibunya.

"Nah, Yas. Tanya langsung aja sama Melody, ya."

Syaki mengerutkan keningnya sambil menatap Yasa. Dia juga melihat ayahnya yang tampak menggelengkan kepalanya.

"Kenapa jadi Yasa, Ma? Kan tadi Mama yang mengusulkan duluan." Ucap ayahnya.

Melodi Yang BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang