Asahi menatap lembar hasil ulangan matematikanya dengan gelisah. Tangannya yang berkeringat mulai meremas pelan kertas yang digenggamnya itu.
"Yaa! Kau mendapat 100 lagi?" tanya Jaehyuk. Ia menatap kagum hasil ulangan Asahi.
"Tak perlu berteriak, Jaehyuk."
Jaehyuk tak peduli itu. Ia yang tak peka dengan raut gelisah Asahi pun lanjut menyerocos. "Kau tahu? Aku bahkan tak membolos les untuk ini dan nilaiku tetap di bawah KKM. Ini kau yang terlalu pintar atau aku yang terlalu bodoh?"
"Keduanya."
"Isshh!"
Jaehyuk memukul kepala Asahi dengan penggaris. Asahi pun hanya berkedip tak bergerak.
"Sahi-ya, apa Yedam membantumu belajar? Keluargamu memang benar-benar berisi orang jenius. Prestasi Yedam sudah tidak diragukan, Jeongwoo yang terlihat seperti berandal itu bahkan bisa masuk ranking pararel juga di semester kemarin."
"Jangan biarkan mereka mengetahui nilaiku."
"Aku tahu, kau selalu menyuruhku begitu. Kapan kau akan berhenti menyembunyikan nilai-nilai bagusmu? Kau harus sesekali membiarkan mereka mengakui kecerdasanmu."
"Aku tak butuh itu."
"Jeongwoo dan teman-temannya mungkin akan berhenti merendahkanmu jika kau memberitahunya, atau kau memang sepertinya suka ditindas Jeongwoo? Kalau aku jadi dirimu, aku akan memamerkan nilai itu ke semua orang."
"Kau bukan diriku, jadi berhentilah sok tahu."
Jaehyuk berdecak sebal. "Yaa! Kenapa dari kemarin kau terus bicara menyebalkan seperti itu? Aku tahu aku bodoh, apa kau mulai bosan berteman denganku?"
Asahi tak menjawab atau sekedar menoleh ke arah Jaehyuk. Kini, Jaehyuk tak tahu harus sesabar apa lagi pada temannya itu.
"Yujin-ah!" panggil Jaehyuk kepada gadis yang duduk di bangku paling depan. Gadis itu pun langsung menoleh.
"Ayo ke kantin!" Jaehyuk bangun dari tempat duduknya dan berjalan ke depan.
"Bagaimana dengan Asahi?"
"Biarkan saja, ayo." Jaehyuk menarik tangan gadis itu.
Asahi kini memandangi Jaehyuk yang benar-benar telah keluar dari kelas. Ia pun menarik napasnya dalam dan mulai memejamkan mata.
'Kalau aku jadi dirimu, aku akan memamerkan nilai itu ke semua orang!'
Oh, andai ia bisa. Andai ia punya keluarga yang mau membanggakannya, andai ia tak harus dipukuli saudaranya jika ketahuan mendapat nilai lebih dari 90, andai ia hidup sebagai anak yang normal.
Andai saja.
"Annyeong...."
Asahi seketika membuka matanya dan tersentak saat mendengar suara berat itu.
Tak begitu jauh di depannya, mata Asahi menangkap sosok anak lelaki bertubuh jangkung. Anak itu kini melebarkan senyumnya dengan sinis dan mulai berjalan menuju tempat duduk Asahi.
Asahi tahu bahwa dirinya dalam masalah, ia pun lekas memasukan kertas hasil ulangannya ke dalam tas dan meremat benda itu kuat-kuat di belakang tubuh.
Kini Asahi bisa mendengar tawa remeh dari anak laki-laki yang hanya berjarak beberapa senti dari tempatnya itu.
"Menyembunyikan apa lagi? Apa kau mau main petak umpet denganku?"
Rasa-rasanya Asahi ingin sekali menghilang sekarang juga. Ia semakin meremat tas hitam di belakang punggungnya dengan kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sloth Bear | Asahi [END]
Fanfiction⚠️ Trigger Warning! Depictions of mental illnesses (PTSD, GAD, depression, etc), manipulation towards minor, guilt tripping, bullying, self-harm, suicide, abuse, and murder. 🍃 Cover by haloviu_ 🍃 All illustrations in this book are owned by avogado...