38.5 | Sorry

2.8K 417 162
                                    

NOTE: Aku post 2 part. Jangan lupa baca part 38.0 dulu, jangan terlewat yaa^^

TW// Violence, child abuse, suicide, murder

Asahi terdiam menatap anak tangga di depannya yang mengarah ke lantai utama. Sungguh, ia menyesali nasib sialnya karena memiliki kamar di basement rumah. Keberadaannya di sini benar-benar membuat situasi yang ia hadapi terasa dua kali lipat lebih mencekam. Ia merasa, ayahnya akan muncul dari atas sana kapan pun.

Satu, dua ...

Asahi berusaha menghitung di dalam hatinya.

Jantungnya berdebar kencang, ia hampir tak bernapas.

... empat, lima ....

Masih tak ada tanda-tanda seseorang mendekat.

Ya, ia yakin.

Setelah yakin bahwa ayahnya tidak akan muncul lagi--setidaknya untuk sementara waktu--ia mulai membulatkan tekad. Asahi mulai menapaki kakinya ke anak tangga.

Baru selangkah, tiba-tiba anak tangga yang terbuat dari kayu itu berderit keras. Ia bersumpah, jantungnya benar-benar terasa ingin lepas sekarang.

Kini anak itu ragu untuk melanjutkan langkahnya lagi. Ia tak tahu apakah harus kembali masuk ke dalam kamar atau justru melesat pergi, karena itu ia hanya mematung di sana.

Setengah menit hampir berlalu, tetapi tetap tak ada suara langkah-langkah seseorang yang mendekat. Itu pertanda bagus, pikirnya.

Karena itu, kali ini Asahi melepas kaus kakinya sebelum kembali menaiki tangga. Ia berusaha membuat tubuhnya seringan mungkin agar derit tangga kayu itu tidak terdengar keras. Anak itu bahkan sampai membekap mulut dan hidungnya sendiri untuk meredam suara napasnya yang memburu.

Asahi terus melangkah sambil berpegangan pada handrail di sampingnya. Tubuhnya masih lemas, tangannya juga gemetar, tapi ia berusaha sekuat tenaga untuk tetap melangkah naik.

Hingga tepat di anak tangga terakhir, Asahi menghentikan langkahnya dan mulai mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Keadaan ruangan itu sepi, ia tak menemukan tanda-tanda keberadaan ayahnya di sana.

Ya, ayahnya tak ada di sana, ia aman, dia bisa pergi.

"Appa akan menyakitimu lagi kalau kau berusaha pergi."

Tidak!

Asahi menggeleng panik, ia spontan melangkah mundur menuruni satu anak tangga.

Ancaman ayahnya itu entah kenapa kembali terngiang di kepala. Tangannya kini semakin gemetar tak terkendali, rasa takut itu kembali menyerang dirinya.

Tidak. Tidak.

Tidak. Ia tak boleh takut. Ini satu-satunya kesempatan untuk pergi. Ia tak boleh mundur dan membiarkan sang ayah berusaha membunuhnya untuk yang kedua kali.

Kemarin ia memang putus asa karena merasa tak memiliki harapan lagi, tapi kali ini ia telah sadar masih memiliki Yoshi. Kakak sepupunya itu bisa menolongnya.

Asahi kini menarik napasnya dalam. Ia bertekad untuk melangkahkan kakinya lagi.

Kali ini, Asahi bergerak menuju pintu belakang. Langkahnya semakin cepat dan ringan saat ia menyadari bahwa sang ayah benar-benar tidak terlihat di mana pun.

Pintu belakang itu kini terlihat. Secercah harapan muncul pada dirinya.

Ini adalah kesempatannya. Ia bisa kabur. Ia akan bertemu Yoshi. Ia bisa bertemu dengan Jaehyuk lagi. Ayahnya tak akan menyakitinya lagi. Ia bisa kabur. Ia--

Sloth Bear | Asahi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang