Hyunsuk mengulurkan sebelah tangan dan mengangkat ibu jarinya. Sedari tadi, ia berusaha menghentikan taksi yang lewat. Sudah tiga menit ia menunggu, tetapi tetap tak ada yang berhenti. Semua taksi yang melewatinya penuh oleh penumpang.
Hatinya yang sudah gusar sejak awal pun semakin tak tenang. Ia menyerah, tak mau menunggu lagi lebih lama. Dilihatnya jarum di jam tangannya sambil menghitung waktu di kepala.
SMA Hanlim berada sekitar lima blok dari tempatnya sekarang. Jaraknya hanya sekitar satu kilo. Jika ia berlari, mungkin akan sampai dalam waktu sepuluh menit.
Ya. Lebih baik ia berlari saja. Sudah tidak ada waktu. Ia pun mulai menurunkan tangan dan berlari ke sebelah timur jalan.
Jantungnya semakin terasa berdebar seiring larinya yang kian kencang. Ia tak tahu apakah itu disebabkan karena dirinya yang kelelahan atau karena perasaannya yang waswas. Yang jelas, Hyunsuk merasakan dadanya mulai pengap.
Ia lantas berhenti sebentar untuk mengambil napas. Berusaha mengumpulkan kekuatan untuk kembali berlari. Namun, Hyunsuk teringat. Ia tak bisa menghabiskan waktu terlalu lama. Ia harus segera menemukan adik-adiknya dan kembali ke rumah sakit untuk menemani sang istri.
Hyunsuk pun kembali berlari.
Tak sampai sepuluh menit, Hyunsuk akhirnya sampai di depan SMA Hanlim. Ia memandangi gerbang di depannya sambil terbatuk dan bernapas tersengal-sengal.
Apakah adik-adiknya ada di dalam sana? Ia tak yakin, tapi tetap ingin mencobanya.
Hyunsuk baru saja berjalan beberapa langkah untuk memasuki gerbang sekolah. Namun, tiba-tiba ia mendengar suara tabrakan yang begitu keras, disusul dengan suara orang-orang yang memekik dan berteriak.
Entah kenapa, tiba-tiba Hyunsuk merasakan sesuatu. Seperti ada dorongan di hatinya yang seakan menyuruh untuk menghampiri sumber suara. Ia pun mulai berbalik arah dan berlari menjauhi area sekolah.
Beberapa meter di depannya, terlihat keramaian dan kepulan asap. Ia juga mendengar orang-orang meneriakkan kata 'ambulans'.
Hyunsuk yang semula berlari pun memelankan langkah. Hingga akhirnya, ayunan kakinya benar-benar terhenti beberapa meter dari lokasi kecelakaan. Matanya melihat sebuah scarf berwarna gelap yang tergeletak di tepi trotoar.
Jantungnya yang sedari tadi berdebar pun semakin memompa darah dengan kencang. Tubuhnya terasa kaku. Ia membungkuk perlahan-lahan, mengambil benda itu dengan tangan yang bergetar.
Hyunsuk memperhatikan detail scarf tersebut. Kain panjang itu berbahan wol dan berwarna gelap. Ada campuran warna maroon, navy, dan juga cokelat tua. Garis-garis kuning gelap yang saling berpotongan menjadi motifnya.
Matanya kini berkaca-kaca.
Ia mengenali scarf itu. Itu scarf edisi terbatas yang dibelinya dari sebuah toko pakaian bermerek sepuluh tahun yang lalu. Itu adalah benda yang ia berikan untuk Asahi sebagai hadiah ulang tahun.
Firasat Hyunsuk pun menjadi sangat buruk. Ia mulai menatap kerumunan orang di depan dan kembali berjalan dengan cepat.
Tidak ....
Jangan ....
Jangan ... jangan Asahi ....
Hyunsuk terus berusaha menerobos kerumunan. Hingga pandangannya mulai menangkap dua sosok yang menjadi korban kecelakaan. Seorang pemuda dengan mantel panjang berwarna abu-abu tergeletak di pinggir jalan raya. Dan seorang lagi, anak berseragam SMA yang tampak tidak sadarkan diri tak jauh dari tubuh si pemuda.
Pemandangan Hyunsuk kembali beralih ke pemuda bermantel panjang. Meski terhalang oleh kerumunan, tetapi ia dapat melihat wajah pemuda itu sekilas.
Tidak ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Sloth Bear | Asahi [END]
Fanfic⚠️ Trigger Warning! Depictions of mental illnesses (PTSD, GAD, depression, etc), manipulation towards minor, guilt tripping, bullying, self-harm, suicide, abuse, and murder. 🍃 Cover by haloviu_ 🍃 All illustrations in this book are owned by avogado...