Pintu depan dari rumah besar itu dibuka dengan kasar oleh Seunghyun. Pria itu pun mendorong punggung Yedam untuk segera masuk ke dalam rumah. Ia tak peduli bahwa anaknya itu baru saja lepas dari infus beberapa jam yang lalu.
"Seunghyun! Sudah!" Sandara membentak.
Sandara melihat Yedam telah sangat lemas. Anaknya itu juga hampir jatuh di depan matanya karena terus didorong sang suami dengan keras. Yedam pun kini perpegangan pada tangannya dengan takut, sedang ia dan Seunghyun kembali berdebat dan meneriaki satu sama lain.
Jeongwoo yang mendengar keributan orang tuanya di lantai bawah itu lekas turun ke sana. Ia bingung bukan main saat melihat Yedam tertunduk gemetar sedang orang tuanya terus berteriak-teriak.
Suara tamparan pun terdengar keras.
Jeongwoo menegang, tangan ayahnya itu melayang ke wajah pucat saudaranya.
Rahang ayahnya kini mengeras dan kembali mengcengkram lengan Yedam. "Kau telah melakukan apa?! Kenapa kau memiliki penyakit itu?! Kenapa kau menjadi bodoh seperti ini?!"
"Cukup, Seunghyun!" teriak Sandara, berusaha menjauhkan sang anak dari suaminya.
Hyunsuk dan Asahi yang juga mendengar keributan itu kini sudah ada di sana, mereka menatap canggung satu sama lain selama sesaat. Mereka pun kembali terfokus pada keributan di depan mereka begitu melihat Jeongwoo berlari ke arah Yedam.
Jeongwoo menghentikan ayahnya yang hendak kembali menampar Yedam.
"Appa! Sudah!" Jeongwoo berusaha menarik sang kakak ke belakang.
"Menjauh darinya!" Seunghyun membentak. Ia menarik Jeongwoo dengan paksa hingga mendekat ke sisinya. "Mulai sekarang kau dan yang lain tidak boleh lagi mendekati Yedam!"
Jeongwoo tak mengerti, ia menatap bingung sang ayah. "Kenapa? Dia saudaraku, Appa! Ada apa sebenarnya?!"
"Dia memiliki HIV! Kakak bodohmu itu memiliki HIV! Kau mau tertular? Kau mau tak memiliki masa depan sepertinya juga?!" Seunghyun berteriak sambil menggucang kedua lengan Jeongwoo.
Sontak, ketiga anak lain yang ada di sana terkejut mendengar itu.
Sandara kini kembali menangis mendengar ucapan Seunghyun, ia mencengkram rambut panjangnya dengan frustasi.
"Apa?" tanya Jeongwoo tak percaya.
Ia lekas menggelengkan kepalanya dan menatap sang kakak. "Tidak, itu tak mungkin, Hyung, katakan itu tak benar."
Anak yang lebih tua itu hanya menunduk, tak berani untuk menjawab atau sekedar membalas tatapan sang adik.
Jeongwoo kini mulai meneteskan air matanya, ia beralih menatap sang ibu yang telah terisak. "Eomma ... Katakan itu tak benar."
Sandara tak menjawab itu, ia semakin menangis dan mencengkram rambutnya.
Asahi yang melihat betapa kacaunya sang ibu hendak melangkah untuk mendekatinya, tapi tangan miliknya tiba-tiba ditahan oleh Hyunsuk.
Asahi menatap Hyunsuk yang masih meluruskan pandangannya ke arah Yedam. Yedam yang masih menunduk dan berdiri menyamping itu juga sesekali mencuri pandangnya ke arah Hyunsuk dengan takut.
"Tidak! Appa berbohong!" Jeongwoo terisak. "Tidak mungkin! Bagaimana bisa Yedam Hyung memiliki itu?!"
"Kau tanya sendiri saja padanya!" Sang ayah kini kembali menatap Yedam dan mencengkram kemeja sekolah sang anak.
"Katakan! Apa yang sebenarnya telah kau lakukan? Kau baru kelas 1 SMA, Yedam! Apa yang kau lakukan? Kau menggunakan narkoba? Kau melakukan seks bebas? Kau memperkosa?!! Bagaimana bisa Appa memiliki anak sepertimu?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sloth Bear | Asahi [END]
Fanfiction⚠️ Trigger Warning! Depictions of mental illnesses (PTSD, GAD, depression, etc), manipulation towards minor, guilt tripping, bullying, self-harm, suicide, abuse, and murder. 🍃 Cover by haloviu_ 🍃 All illustrations in this book are owned by avogado...