Dulu, sewaktu kecil, Asahi sering bertanya pada Hyunsuk. Kenapa ia berbeda dengan anak-anak yang lain?
Asahi sering bertanya, kenapa hanya ia yang selalu memakai pakaian sobek bekas saudara-saudaranya? Kenapa hanya ia yang disuruh bekerja dulu agar boleh makan? Kenapa hanya ia yang dipaksa tidur di ruang bawah tanah? Kenapa hanya ia yang dipukuli? Kenapa hanya ia yang tidak disayang orang tuanya?
Hyunsuk tak pernah bisa memberikan jawabannya saat itu. Ia juga tak mau mencari tahu. Sebab menurutnya, apapun alasan itu, tak ada yang bisa membenarkan perlakuan yang terima sang adik. Tidak ada satu pun alasan yang membuat anak sekecil Asahi pantas dibuat menderita seperti itu.
Hyunsuk selalu berdoa pada Tuhan, ia berharap takdir adiknya akan berubah membaik seiring berjalannya waktu. Ia berharap orang tuanya akan sadar perlahan-lahan dan mau memperlakukan adiknya dengan lebih baik. Ia berharap, Asahi akan merasakan kebahagiaan seiring ia tumbuh.
Namun, sepertinya takdir terlalu jahat pada Asahi. Adiknya itu seperti tak diberi kesempatan sama sekali untuk merasakan kebahagiaan yang lama. Asahi menderita di masa kecil, tapi saat anak itu baru saja memasuki usia dewasa, Asahi justru harus meninggal dengan begitu cepat. Padahal Asahi belum benar-benar merasakan kebahagiaannya, masih ada banyak hal yang bisa dicapai di dalam hidupnya. Hyunsuk bahkan belum sempat memenuhi janji-janjinya pada anak itu.
Ia sangat menyesal. Ia benar-benar sangat menyesal. Asahi tak pantas memiliki takdir seburuk itu.
Saat Asahi dinyatakan meninggal, Hyunsuk pikir dunianya telah berakhir saat itu juga. Ia tak akan memiliki kesempatan lagi untuk memperbaiki semuanya. Tak akan ada yang bisa ia ubah lagi. Semuanya sudah berakhir. Benar-benar berakhir. Ia sempat berpikir untuk menyudahi semuanya saja. Ia sempat berpikir untuk menyusul sang adik daripada harus melanjutkan hidup dengan diliputi rasa duka untuk yang kedua kalinya.
Namun, ia kemudian mengingat bahwa masih ada satu permintaan Asahi yang harus ia teruskan. Dan ia harus bertahan demi Asahi untuk melakukan itu.
Ya, ia harus merasakan memiliki keluarga utuh yang bahagia. Itu satu-satunya permintaan Asahi yang masih bisa ia usahakan.
Hyunsuk berusaha keras menguatkan dirinya. Karenanya, saat itu ia memutuskan untuk tetap melihat bayinya yang baru lahir meski masih diliputi duka. Namun, saat melihat sang anak, hatinya justru terhenyak. Ia seperti menyadari sesuatu.
Ia seperti melihat kembali mata Asahi di mata anaknya. Ia juga seperti merasakan memeluk tubuh Asahi kembali saat ia memeluk tubuh anaknya. Saat sang anak menggenggam jemarinya, ia juga seperti merasakan tangan Asahi yang menggenggamnya kembali. Ia pun sadar, putranya itu lahir pada jam dan menit yang sama persis dengan waktu kematian sang adik.
Katakanlah dirinya telah gila, tapi hatinya merasa, Asahi seperti terlahir kembali dalam wujud anaknya.
Hyunsuk tahu, ia sudah hilang akal. Seharusnya ia tak berpikir seperti itu. Pikiran dan perasaannya itu mungkin hanya terpengaruh dari rasa dukanya yang luar biasa. Ia tak boleh melihat sang anak dengan bayang-bayang mendiang adiknya.
Selama berbulan-bulan pun ia berusaha menyangkal perasaan dan pemikiran itu. Namun, perasaannya justru semakin kuat seiring berjalannya waktu. Sebab semakin lama, semakin sang anak bertumbuh, anaknya itu semakin menunjukkan kemiripannya dengan mendiang sang adik.
Hyunsuk memiliki foto bayi Asahi yang dikirimkan Bibi Yuri saat Asahi masih berusia dua tahun, wajah Asahi di umur tersebut sama persis dengan wajah anaknya di umur yang sama. Sekarang, anaknya telah berusia empat tahun, dan wajahnya juga benar-benar sama dengan wajah Asahi di umur tersebut. Wajah itu persis dengan wajah Asahi kecil yang ada di ingatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sloth Bear | Asahi [END]
Fiksi Penggemar⚠️ Trigger Warning! Depictions of mental illnesses (PTSD, GAD, depression, etc), manipulation towards minor, guilt tripping, bullying, self-harm, suicide, abuse, and murder. 🍃 Cover by haloviu_ 🍃 All illustrations in this book are owned by avogado...