22.0 | The Truth

2.7K 576 169
                                    

“Sayang, lihatlah, anakmu semakin pintar sekarang.”

Lelaki paruh baya yang tengah merapikan jasnya itu mulai menoleh ke arah istrinya dan tersenyum. Matanya kini beralih menatap sang anak yang berada dalam gendongan wanita itu. Pria itu membungkukkan badan, berusaha mensejajarkan tatapannya dan mengusap pipi sang bayi.

“Itu karena aku ayahnya, dia juga tampan sepertiku. Lihat saja, saat besar nanti gadis-gadis akan mengantri untuknya sepertiku dulu.”

Wanita di hadapannya mulai tertawa kecil. “Kuharap dia tak besar kepala sepertimu.”

“Tapi itu benar, kan? Kau juga ikut mengantri waktu itu.”

“Kau yang mendekatiku lebih dulu, kau lupa?”

Sang pria menatap atasnya dan menyipitkan mata, seolah tengah mengingat sesuatu dengan keras.

“Ah, iya-iya. Baiklah, kalau begitu kuharap dia akan mendapat wanita secantik ibunya juga nanti.”

Pria itu mulai mengecup kepala sang anak, tak sadar bahwa pipi istrinya tengah memerah, wanita itu mati-matian menahan senyumnya.

“Kenapa senyum-senyum begitu? Kau mau kucium juga?”

“Aku--”

Satu kecupan kecil mendarat di pipi sang wanita.

“Seunghyun!” Wanita itu mendorong suaminya yang kini hanya terkekeh.

“Anggap itu sebagai permintaan maafku karena sudah marah-marah padamu kemarin.”

Wanita itu menggeleng. “Aku baik-baik saja.”

“Syukur kalau begitu. Baiklah, aku berangkat dulu. Kau istirahat yang banyak hari ini, jangan terlalu memikirkan pekerjaanmu.”

“Iya, kau hati-hati.”

Lelaki itu memeluk tubuh sang istri serta anaknya.

“Aku mencintaimu.”

“Aku juga.”

Sang wanita kini menatap suaminya yang mulai melepas peluk itu dan beranjak pergi. Mereka saling melambai kecil pada satu sama lain sebelum sang pria akhirnya masuk ke dalam mobil. Senyum istrinya tak berhenti terukir.

Tepat setelah mobil itu melaju pergi, wanita itu menghentikan senyumnya dan lekas menutup rapat pintu.

Ia meletakkan anaknya di atas karpet, tak peduli walau bayi satu tahun itu kini mulai menangis dan berusaha menjangkau sang ibu.

Wanita itu melangkahkan kakinya memasuki suatu ruangan yang tak jauh dari sana. Menarik surai panjang seseorang dan menyeretnya keluar dengan kasar. Rintihan kecil kini keluar dari mulut gadis yang baru saja diseret paksa itu.

“Aku tahu kau memperhatikanku dan Seunghyun sedari tadi di sini. Apa yang kau lakukan, ha?!” Wanita itu semakin menguatkan cenkramannya.

Sang gadis tak menjawab, ia berusaha menahan tangisnya dari sakit pada kepalanya yang tak berhenti ditarik.

“Berhenti macam-macam! Suamiku terlalu baik dengan menampung jalang sepertimu di sini. Jangan memanfaatkan rasa kasihannya. Aku tak akan segan menendangmu dari sini kalau kau terus berulah. Mengerti?”

***

Angin musim semi menghantarkan langkah pelan seorang anak yang menatap kosong pusara-pusara di depannya. Anak itu kembali ke sini, mengunjungi peristirahatan terakhir sang ibu untuk yang kesekian kali.

Sloth Bear | Asahi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang