Sudah seminggu sejak Asahi kembali dari rumah Jaehyuk, tidak ada yang berbeda. Ibunya hanya memperingatkan Asahi untuk tidak lagi membuat masalah dan membuat ayahnya marah.
Kini, Asahi kembali melakukan tugas-tugasnya dan diganggu Jeongwoo seperti biasa. Tugas-tugasnya menjadi semakin berat karena sudah memasuki waktu libur musim dingin. Hampir setiap saat seluruh saudaranya ada di rumah dan ia harus melayani segala keperluan mereka.
Sejak pagi Asahi tak juga dapat beristirahat atau sekedar duduk, ia bahkan melewatkan makan siang karena harus melakukan beberapa pekerjaan.
Keluarganya terus bergantian menyuruhnya melakukan ini dan itu. Baru selesai mengerjakan yang satu, ia sudah dipanggil kembali untuk melakukan yang lain. Asahi bahkan harus berkali-kali naik turun tangga rumahnya karena kebanyakan saudaranya tinggal di lantai atas sedangkan orang tuanya di bawah, mereka tak berhenti memerintahnya.
"Apa orang-orang mendadak lumpuh saat musim dingin?" Gerutunya dalam hati.
Pasalnya, semua orang terus memintanya melakukan hal yang seharusnya bisa dilakukan sendiri. Jeongwoo bahkan sempat memanggilnya hanya untuk menyalakan lampu kamar.
Asahi kini duduk di lantai dapur dan meluruskan kakinya yang mulai sakit, ia baru saja membawa kembali piring dari kamar Jeongwoo yang tiba-tiba ingin makan di kamar. Sakit tulang punggungnya yang belum sembuh sejak dipukuli minggu lalu itu juga entah kenapa tiba-tiba kembali terasa nyeri. Asahi pikir ia harus bersiap untuk menghadapi lebih banyak penderitaan selama musim dingin ini.
"Apa yang kau lakukan?"
Asahi segera mendongak dan kembali berdiri.
"Salju mulai menebal di depan dan kau masih bersantai di sini, apa yang kau lakukan sepanjang hari?"
"Maaf, Appa."
Asahi tak bisa mengatakan hal lain selain maaf, akan kembali menjadi masalah jika ia membela diri.
"Seunghyun, ayo, kita harus berangkat," ucap wanita yang baru saja memasuki dapur.
Seunghyun hanya mengangguk sekali pada sang istri dan kembali menatap Asahi.
"Aku dan Sandara akan membawa Junghwan ke rumah sakit untuk kontrol, kau harus selesai mengeruk salju di depan sebelum kita pulang, mengerti?"
Asahi mengangguk paham.
"Jangan hanya memakai sweater seperti kemarin, pakai mantelmu," ucap Sandara.
Asahi kini mulai menatap ibu tirinya itu. "Mantelku sudah tidak muat."
Mantelnya itu adalah mantel rusak milik Jeongwoo yang diterimanya 2 tahun lalu. Berat badan Asahi memang tak banyak bertambah, tapi tetap saja tubuhnya semakin bertumbuh.
"Pinjam mantel Jeongwoo atau Yedam dulu, Eomma akan membelikanmu yang baru nanti," ucap Sandara.
"Jangan membuang-buang uangmu, Yedam dan Jeongwoo masih menyimpan banyak pakaian bekasnya, mereka punya mantel yang tak terpakai, biar dia menggunakan yang ada," ucap ayahnya ketus.
Asahi hanya menundukkan kepala, takut-takut ayahnya kali ini kembali marah karena merepotkan ibunya.
"Baiklah, minta tolong pada Yedam untuk mencarikanmu itu. Setelah membersihkan luar jangan lupa juga untuk mengecek Hyunsuk di kamarnya, dia masih belum mau keluar."
"Iya, Eomma." Asahi mengangguk patuh.
Asahi pun bergegas menemui Yedam di kamarnya. Jika dihitung, ini telah keenam kalinya Asahi masuk ke dalam kamar itu sejak pagi. Pertama untuk membangunkannya, kedua untuk mengambil pakaian kotornya untuk di-laundry, ketiga untuk membersihkan kamarnya, keempat untuk mengantarkan cemilan-cemilan yang dipesan, kelima untuk mengantarkan susu, dan ini yang keenam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sloth Bear | Asahi [END]
Fanfiction⚠️ Trigger Warning! Depictions of mental illnesses (PTSD, GAD, depression, etc), manipulation towards minor, guilt tripping, bullying, self-harm, suicide, abuse, and murder. 🍃 Cover by haloviu_ 🍃 All illustrations in this book are owned by avogado...