Jeongwoo memandangi sosok pucat yang masih terbaring dengan tenang pada tempat tidur di depannya. Saudaranya itu belum juga bangun.
Lekat-lekat ia memandangi kulit Asahi yang terekspos baju longgarnya. Ada banyak luka memerah hingga memar kebiruan di sana.
Jeongwoo tahu jelas bahwa semua itu bukan lain berasal dari perbuatan sang ayah, tapi ia juga tak memungkiri bahwa dirinya ikut berkontribusi pada hal tersebut.
Ia, Doyoung, dan juga Haruto dulu rutin merisak Asahi hingga babak belur atau setidaknya hingga cedera ringan, Asahi juga mungkin telah sangat membenci mereka.
Belum lagi semenjak kematian Haruto.
Bukannya membuat beban Asahi berkurang, kematian Haruto justru menambahkan banyak luka baru.
Asahi menjadi sasaran tuduhan banyak orang termasuk dari Jeongwoo sendiri. Dirinya menjadi lebih sering merisak Asahi semenjak itu karena percaya bahwa memang Asahilah yang membuat sahabatnya jatuh hingga mati dari sana, sebelum Doyoung dengan tiba-tiba mengajaknya untuk bicara dan mengatakan sesuatu yang membuatnya tertegun.
"Asahi tidak melakukannya."
"Ibunya yang meminta Haruto untuk mati."
Kata-kata Doyoung saat itu membuat Jeongwoo tersadar, bahwa ternyata dirinya tak benar-benar mengenal Haruto.
"Aku sudah menjadi teman Haruto sejak kecil, ada banyak hal yang kau tak tahu tentang dia, masa lalunya, dan juga keluarganya."
Jeongwoo mengingat bagaimana raut sedih Doyoung saat mengucapkan itu.
"Dia hanya anak adopsi orang tuanya, tapi aku tak menduga kalau saudara tirimu itu adalah anak kandung ibu angkatnya sendiri. Kau bisa membayangkan, bagaimana rasa bersalahnya saat mengetahui bahwa orang yang biasa ia risak adalah anak kandung dari orang yang selama ini sangat ia sayang."
"Aku semakin membenci Asahi saat pertama kali mengetahuinya, apalagi saat melihat Haruto yang semakin murung sejak saat itu. Itu membuka luka lamanya lagi dan membuatnya terus teringat bahwa ia bukanlah anak kandung ibunya."
"Kau tahu? Sejak dulu Haruto selalu berkecil hati karena asal usulnya dan takut kalau orang lain mengetahui itu. Belum lagi Bibi Hana juga sering kali mengingatkan Haruto bahwa ibu kandungnya hanya seorang wanita malam dan tak menginginkan kelahirannya, karena itu ibu kandungnya membuang Haruto ke tempat pembuangan hingga ia berakhir di panti asuhan."
"Entah itu benar atau hanya karangan Bibi Hana saja agar Haruto bisa terus bergantung padanya, yang pasti Haruto selalu mempercayai itu."
"Selama ini Haruto selalu percaya bahwa ibu kandungnya sangat jahat karena membuang anak kandungnya sendiri seperti sampah, sedangkan Bibi Hana justru dengan baik hati mengangkatnya sebagai anak dan memberinya kasih sayang yang melimpah."
"Aku tahu sekecewa apa Haruto saat mengetahui bahwa Bibi Hana-orang yang selama ini sangat ia hormati dan kagumi, ternyata tak lebih jahat dari ibu kandungnya karena sama-sama telah mengabaikan anak kandung sendiri."
"Asahi mengingatkan Haruto dengan dirinya sendiri karena sama-sama sebagai anak yang dibuang, Haruto marah pada Bibi Hana karena itu."
"Ia cerita padaku bahwa ibunya melarang untuk mengatakan perihal Asahi kepada ayah angkatnya. Haruto tidak menyukai itu dan berniat untuk tetap mengatakannya, tapi Bibi Hana malah mengancam."
"Ibunya itu juga meminta Haruto untuk mati saja karena telah menjadi anak yang tidak tahu diri, ia juga mengatakan bahwa ia tak pernah benar-benar menyayangi Haruto selama ini, ia hanya mengadopsi Haruto untuk memenuhi permintaan suaminya. Bibi Hana mengancam akan membuat Haruto seperti Asahi juga kalau ia tetap nekat memberitahu ayahnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sloth Bear | Asahi [END]
Fanfiction⚠️ Trigger Warning! Depictions of mental illnesses (PTSD, GAD, depression, etc), manipulation towards minor, guilt tripping, bullying, self-harm, suicide, abuse, and murder. 🍃 Cover by haloviu_ 🍃 All illustrations in this book are owned by avogado...