Peluh terus mengucur deras dari dahi anak yang tengah terlelap di atas meja usangnya. Tangannya yang terlipat di atas sana gemetar sedang napasnya memberat, memori traumatis miliknya tengah menguasai mimpi buruknya lagi kali ini.
Dalam mimpinya, netra hitam anak lelaki bernama Haruto itu kembali bertatapan dengannya dari jauh, ia kembali melihat bagaimana anak itu berdiri di tepian gedung dengan tubuh yang terguncang.
"Maaf ...," ucap anak lelaki itu, sekali lagi.
Asahi kini kian sulit bernapas, seseorang yang persis menyerupai dirinya tiba-tiba muncul di sana dan berdiri tepat di depan Haruto.
"Maaf ...." Haruto kembali mengucapkan kata itu, namun tatapan yang ditunjukkannya, itu bukan tatapan penuh kesedihan yang terakhir kali Asahi ingat. Netra hitam yang menatap sosok di depannya itu lebih mengisyaratkan rasa takut.
"Maaf ..., Asahi." Haruto memohon pada orang itu. Tidak, itu bukan Asahi, itu bukan dirinya.
Asahi menyaksikan keduanya tanpa dapat melakukan apapun, mulutnya seakan terkunci sesuatu dan tubuhnya kaku di tempat, hingga sekian detik berikutnya, sosok itu dengan cekat mendorong jatuh tubuh Haruto dari sana.
"Pembunuh!"
"Kau membunuhnya!"
"Kau pembunuh!"
"Kau membunuhnya, Asahi!"
"Tidak, bukan," lirih Asahi, kepalanya berusaha menggeleng sedang air matanya kini mengalir deras seiring dengan napasnya yang kian tercekat.
"Jangan kembali pada ibumu lagi."
"Ibumu membunuh Haruto."
"Tidak ...," isak Asahi.
"Hyung."
"Hyung!"
"Asahi Hyung!"
Asahi terbangun. Anak yang masih kesulitan bernapas itu membuka lebar matanya dan lekas menegakkan tubuh dengan paksa.
Itu mimpi, itu hanya mimpi.
Asahi mulai menatap sekelilingnya dengan panik, berusaha meyakinkan diri bahwa ia baru saja bermimpi dan berada di kamarnya.
"Hyung?"
Asahi tersentak dan segera menoleh ke sampingnya.
Itu Junghwan, anak kecil yang baru saja memanggilnya itu kini mulai menggenggam lembut jemari Asahi yang gemetar.
"Gwaenchana, Hyung ...," ucapnya.
Asahi yang masih berusaha menenangkan diri mulai membalas tatapan khawatir milik anak di depannya, Junghwan mulai mengusap-ngusap punggung tangan Asahi sedang tangan yang satunya memeluk sebuah buku gambar.
"Hyung kenapa?"
"Kenapa kau di sini?" Asahi balik bertanya dan mulai melepaskan tangannya dari Junghwan.
Junghwan yang mendengar pertanyaan ketus Asahi menatap sang kakak dengan takut. "A-aku ada tugas menggambar, a-apa Hyung bisa mengajariku?"
"Tidak, keluarlah."
"Tapi-"
"Keluar!" bentak Asahi.
Junghwan yang mendengar itu tersentak dan mulai mundur dengan takut. Ia belum pernah mendengar Asahi membentak seperti itu.
Asahi yang melihat raut ketakutan milik Junghwan tersadar dengan tindakannya barusan dan mulai menarik napas berat.
"Maafkan aku." Asahi berusaha melembutkan suaranya. "Pergilah ke Yedam Hyung dulu, kau bisa minta diajari olehnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sloth Bear | Asahi [END]
Fanfiction⚠️ Trigger Warning! Depictions of mental illnesses (PTSD, GAD, depression, etc), manipulation towards minor, guilt tripping, bullying, self-harm, suicide, abuse, and murder. 🍃 Cover by haloviu_ 🍃 All illustrations in this book are owned by avogado...