[Revisi] 50.0 | Numb

1.2K 216 33
                                    

Halo semuanyaa~~~ 🤍🤍🤍🤍
Makasih banyak buat kalian semua yang udah bantu aku dan selalu support aku selama ini. Aku nggak pinter nulisin kata-kata yang baik, tapi yang jelas aku bener-bener berterima kasih banget sama kalian 🥲 Semoga kalian sehat-sehat terus yaaa 🤍🤍🤍🤍

Aku mau ngasih informasi. Di mulai dari chapter ini sampai chapter terakhir, ada banyak revisi yang aku buat. Banyak tambahan scene-scene baru. Aku juga ngelakuin revisi mayor di bagian narasi dan dialognya.

Jadi, kalau berkenan, boleh dibaca ulang dari chapter ini yaaa, supaya nyambung sampai akhir juga.

Selamat membaca 🤍🤍🤍

---------🍃🍃🍃--------🍃🍃🍃

Asahi memandangi lukisan besar dengan pigura kayu di depannya. Sudah bermenit-menit tubuhnya tak bergerak di sana dan hanya memandang lukisan itu.

Itu lukisan sang ibu. Itu lukisan yang sama dengan yang pernah ditunjukkan Paman Junmyeon dulu.

Ya, lukisan itu adalah potrait dirinya.

Sepuluh tahun yang lalu Paman Junmyeon membawanya ke sini untuk pertama kali. Ia melihat sendiri lukisan-lukisan yang ada di galeri milik ibunya ini.

Ternyata benar, ibunya banyak menggambar rupa seseorang. Ada beberapa lukisan lain di galeri itu yang menyerupai wajahnya juga, kanji 'Asa' juga tertulis di sana.

Tak semua lukisan ibunya memiliki tulisan kanji tersebut. Ia semakin meyakini bahwa lukisan-lukisan itu memanglah potrait dirinya.

Selama bertahun-tahun Asahi bertanya-tanya, apa isi hati sang ibu yang sebenarnya? Apakah dari lubuk hati yang terdalam, ibunya diam-diam sedikit mencintainya? Tapi kenapa sang ibu tega menyakiti dirinya sampai sedemikian rupa?

Sama seperti sang ayah. Ia juga tak mengerti dengan isi hati pria itu yang sebenarnya. Ia masih mengingat bagaimana sang ayah menangis saat berusaha membunuhnya. Ia masih ingat bagaimana sang ayah meminta maaf saat menenggakkan paksa cairan pembersih ke dalam mulutnya.

Kenapa juga ayahnya harus menangis dan meminta maaf? Kenapa tidak langsung membunuhnya saja?

Entah apa isi hati sang ayah yang sebenarnya. Entah apa juga isi hati sang ibu yang sebenarnya. Yang jelas, itu tak akan menutup fakta bahwa mereka berdua telah melakukan hal yang keji padanya.

Hatinya masih sakit, ingatan itu juga tak pernah hilang, tapi ia sudah memutuskan untuk tak membenci mereka. Ia tak peduli jika orang lain menganggapnya naif, ia tetap ingin memaafkan ayah dan ibunya. Setidaknya dengan begitu, ia berharap hatinya bisa menjadi sedikit lebih ringan. Setidaknya dengan begitu, ia berharap hatinya bisa menjadi sedikit lebih tenang. Trauma itu memang masih menjangkiti kepalanya, rasa sakit itu juga masih seringkali terasa. Namun, ia tak mau terus menerus memupuk rasa bencinya. Ia ingin menjalani kehidupannya dengan rasa tenang.

Ya, hidupnya sudah kembali berjalan. Hidupnya kini sudah jauh membaik. Ia sangat berterima kasih pada Paman Junmyeon karena telah mengangkatnya sebagai anak. Pria itu bahkan menyuruhnya untuk memanggil dengan sebutan 'Papa'. Kini, ia dapat memiliki hidup yang normal seperti kebanyakan orang. Ia tak lagi disiksa, ia tak lagi dipaksa mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga, ia tak lagi dipukuli saat melakukan kesalahan, ia juga tak lagi dirisak oleh siapa-siapa. Ia sudah menjalani hidup yang normal.

Sekarang, ia juga sudah tak lagi duduk di kursi roda. Kakinya sudah kembali berfungsi sempurna berkat pengobatan yang ayah angkatnya fasilitasi. Jadi, ia sudah bisa beraktivitas dengan normal tanpa harus malu dengan keadaannya lagi.

Asahi menjalani homeschooling sampai lulus SMP, tetapi melanjutkan sekolah formal saat SMA. Ia juga telah lulus dari perguruan tinggi dengan gelar sarjana seni murni. Sekarang, ia sudah bisa menghasilkan uang dengan mandiri lewat pekerjaan seninya.

Sloth Bear | Asahi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang