Asahi menunduk dengan takut karena melihat ayah dan ibunya kembali bertengkar. Lagi-lagi itu karena dirinya.
Seunghyun melarang Sandara yang berniat untuk menggantikan Asahi berbelanja stok dapur. Sandara tentu tak membiarkan anak tirinya yang bahkan masih sulit untuk berjalan itu pergi dan harus pulang membawa berbagai belanjaan berat seorang diri.
"Aku sudah pulang dari pekerjaanku, Junghwan juga bisa aku titipkan kepadamu. Kenapa aku masih tidak boleh menggantikannya?" tanya Sandara.
"Sudah kubilang itu tugasnya!"
"Dia sakit! Aku tak masalah selagi dia sehat, tapi anak itu baru saja diobati dari rumah sakit, biarkan dia istirahat. Kau hanya senang membuatnya kesulitan, Seunghyun."
"Kau membawanya ke rumah sakit?" Seunghyun membelalak menatap istrinya. "Aku sudah mengatakan padamu anak itu tak boleh ke rumah sakit lagi! Kau ingat apa yang terjadi saat aku terakhir kali membawanya ke rumah sakit?! Aku juga sudah mengatakan padamu untuk tidak membuang-buang uang untuk anak sialan itu lagi!"
"Itu uangku dan dia anakmu! Aku juga punya anak, Seunghyun, aku seorang ibu! Apa kau melihat seberapa buruk luka di perutnya? Apa aku harus membiarkannya kesakitan tanpa diobati? Kau bebas memperlakukan anakmu itu, tapi berhentilah melarangku untuk membantunya saat sakit!"
"Kau jadi tak fokus mengurus anak-anak semenjak anak itu datang. Aku menyesal telah membiarkanmu menerima anak itu di sini."
"Dan aku menyesal telah menikah denganmu."
"SANDARA!"
Seunghyun hampir menampar Sandara, tetapi Asahi langsung menghalanginya.
"Sudah...." Asahi yang juga ketakutan itu berkata lirih, ia mulai meneteskan air matanya. "Aku akan pergi berbelanja, Eomma. Aku tidak apa-apa." Asahi mulai berbalik ke arah Sandara dan menghapus air matanya.
Asahi segera mengambil dompet berisi uang untuk kebutuhan belanja itu dari meja dan pergi dari sana.
***
Beruntung ibunya telah membawanya ke rumah sakit. Kali ini ia diobati dengan baik dan telah meminum obat pereda nyeri, itu cukup membuatnya membaik meski ia belum bisa berjalan dengan terlalu cepat.
Asahi melangkah keluar dari pintu supermarket, kedua tangannya yang telah memerah itu menjinjing berbagai belanjaan yang berat.
Kini Asahi mulai melihat-lihat jalan raya sambil menimbang.
Apa ia harus pulang naik bis? Ia kemungkinan akan berdiri sepanjang perjalanan mengingat ini sudah jam pulang kantor.
Asahi pun mulai berpikir untuk naik taksi, kebetulan ia masih menyimpan uang yang diberikan Yedam siang tadi dan itu masih bersisa banyak, atau ia harus menghubungi Hyunsuk saja? Kakaknya itu mungkin sudah pulang dari tempat les dan bisa mampir untuk menjemputnya sebentar. Ah, tidak, jangan, Asahi telah cukup merepotkan Hyunsuk.
"Hana, ponselku tertinggal di mobil. Aku akan mengambilnya dulu, kau tunggu di sini."
Dada Asahi menyesak mendengar nama itu. Ia menoleh ke sampingnya dengan gugup dan mendapati seorang wanita tengah tersenyum ke arah pria yang baru saja pergi.
Hana, nama itu.
Tatapan Asahi kini tak sengaja terkunci dengan tatapan wanita di sebelahnya yang baru saja menoleh.
Wanita dengan rambut terurai panjang dan berparas cantik itu pun terlihat bingung melihat anak di sebelahnya yang menatapnya dengan tatapan aneh.
Tidak, Asahi mengingat paras itu. Foto yang diberikan Yoshi, dia benar-benar Hana. Ibunya.
"Eomma."
Kata itu tak sengaja terlepas dari mulut Asahi.
***
Asahi dan wanita bernama Hana itu kini berada di samping gedung supermarket yang cukup sepi. Wanita itu juga telah meminta izin suaminya untuk pergi sebentar.
"Apa yang kau mau?" tanya wanita itu.
Asahi pun bicara dengan tergagap. "Apa k-kau benar-benar Eomma? A-aku Asahi."
"Lalu?"
Asahi menghela napasnya berat, ia sekuat tenaga menahan air matanya. "Aku Asahi..."
"Kutanya apa yang kau mau? Kau mau uang? Aku akan memberikannya sekarang juga."
"Aku Asahi, Eomma. Katakan kalau kau benar-benar ibuku ...." Asahi terisak, ia tak bisa lagi membendung tangis.
Asahi tak tahu apa arti air mata itu, ia marah, sedih, takut, tapi entah kenapa ia juga merasakan sedikit perasaan bahagia, entah kenapa ia juga merasakan perasaan berharap.
Asahi telah melihat kembali wajah orang yang telah melahirkannya itu setelah sekian lama. Bukankah seharusnya ia sedih karena wanita itu ternyata masih hidup? Ia seakan melupakan tekadnya dulu untuk membenci wanita itu.
"Ya, aku ibumu. Sudah?"
Asahi meletakan barang-barang dari genggamannya itu ke aspal dan mendekat ke arah Hana.
"Jangan menyentuhku!" bentak Hana.
Asahi tersentak. Bibirnya kini bergetar. "Tapi kau Eomma.. Eommaku.."
"Aku hanya melahirkanmu, sialan! Jangan mengganggu hidupku lagi, aku sudah memiliki keluarga!"
Asahi semakin menjatuhkan air matanya.
Kata-kata itu sangat menusuknya. Sungguh, umpatan, cacian, dan makian ayahnya bahkan tak pernah sesakit ini. Jantungnya benar-benar seakan diremas dengan sangat keras.
"Kenapa Eomma meninggalkanku?" tanya Asahi.
"Aku tak peduli lagi denganmu, kau tidak berguna. Kau tahu? Ayahmu bahkan lebih memilih memberikan uang kepadaku setiap bulan daripada menerimamu waktu itu."
Asahi semakin terisak, hatinya sakit sekali.
"Eomma ...."
"Berhenti memanggilku begitu!" Hana mengarahkan telunjuknya ke arah Asahi. "Karena mengandungmu tubuhku tak lagi bagus, kau tahu? Aku tak mau lagi memiliki anak karenamu, kau juga tak berguna setelah lahir."
"Eomma ...."
"Apa kau tuli?"
Hana mendorong tubuh Asahi hingga membuat anak itu terhuyung.
"Kau bahkan sangat lemah seperti itu, benar-benar tidak berguna."
Asahi mulai menunduk. Isakannya kini semakin menjadi.
"Ah, setidaknya sekarang kau sudah membuat keluarga itu lebih menderita karena keberadaanmu, benar kan? Kau sedikit berguna untuk itu," ucap Hana.
"Ini." Hana mengeluarkan lembaran uang dari tasnya, ia melemparkan lembaran itu ke wajah Asahi. "Ambil itu dan jangan menggangguku lagi."
Hana
---------🍃
Maapin y mba irene, visualnya dipinjem dulu. Wkwk.
Btw maafin kalo tulisannya agak berantakan. Aku buru-buru mau up, soalnya bakal sibuk ngurus urusan kampus beberapa waktu ke depan, jd lebih baik up sekarang.
Lov u.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sloth Bear | Asahi [END]
Fanfiction⚠️ Trigger Warning! Depictions of mental illnesses (PTSD, GAD, depression, etc), manipulation towards minor, guilt tripping, bullying, self-harm, suicide, abuse, and murder. 🍃 Cover by haloviu_ 🍃 All illustrations in this book are owned by avogado...