PULANG KAMPUNG (JOSSTAP)

641 70 26
                                    

Masih ingat ketika Yin menceritakan salah satu alasannya pergi ke Jogja tanpa mengabari War terlebih dahulu,adalah karena Bang Joss dan Bright pergi ke luar kota?

Begini kisahnya.

Ketika tiga hari yang lalu Toptap meminta ijin untuk tidak masuk kerja karena alasan ada urusan keluarga yang harus ia selesaikan,sebenarnya Joss sudah merasa ada yang tidak beres. Tapi Joss mencoba untuk tidak terlalu ikut campur urusan pribadi Toptap,meski sebenarnya ia merasa sangat khawatir. Joss berusaha untuk tidak terlalu memaksakan perasaannya kepada Toptap,ia tidak mau Toptap merasa tidak nyaman karena hal itu.

Tapi ini sudah tiga hari,dan selama itu pula Joss sama sekali tidak bisa menghubungi Toptap. Ponselnya tidak aktif sejak hari pertama ia tidak masuk kerja. Batas kesabaran Joss sudah habis,jadi ia meminta Bright untuk mengantarkannya ke kosan Win guna mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Toptap.

"Aku beneran nggak tau juga,Bang. Waktu itu Toptap nggak bilang apa apa ke aku. Cuman pamit mau pulang kampung ada urusan mendesak. Aku mau maksa dia ngasih tau juga nggak enak." Jawab Win ketika Joss memintanya untuk memberi tahu semua tentang Toptap.

"Kamu tau nggak kampung nya Toptap dimana? Kalo kita kesana bareng bareng gimana Win??" Tanya Joss lagi.

"Wah,Bang..kalo kayak gitu bukannya kita keliatan terlalu ikut campur masalah pribadinya Toptap ya?" Kali ini Bright menyuarakan pendapatnya.

"Bentar,Yang." Ucap Win sambil memutar badan ke arah Bright yang duduk disampingnya,membuat Bright melakukan hal yang sama hingga posisi mereka sekarang saling berhadapan.

"Apa,hm??" Bright menjawab sambil membetulkan letak rambut Win yang sama sekali tidak terlihat berantakan. Membuat Joss merotasi bola matanya bosan.

"Sebenernya aku juga ngerasa ada yang nggak beres. Aku juga khawatir sama Toptap." Sambung Win lagi lalu ia kembali berbalik menghadap Joss yang duduk di seberang mereka. "Ya udah Bang,kita samperin aja kalo gitu." Lanjutnya dengan meyakinkan,membuat Joss lega setengah mati.

"Ya udah ayok berangkat sekarang." Timpal Joss tanpa berpikir dua kali.

"Loh-" Bright tidak sempat menyela karena Win sudah memberikan tatapan peringatan. "Yowes..yowes..kamu siap siap sekarang,terus ikut aku sama Bang Joss pulang terus kita langsung berangkat." Bright menyerah,dan melirik ke arah Joss yang sudah tersenyum penuh kemenangan.

*****

Pukul sebelas malam ketika mereka bertiga sampai di rumah Toptap. Nyaris tiga jam perjalanan,karena Win sedikit lupa jalan dan membuat mereka tersasar meski tidak begitu jauh.

Joss dan Bright terpana melihat rumah dengan arsitektur jawa kuno dengan halaman yang super luas itu. Keadaan sudah sangat sepi,apalagi letak rumah Toptap yang berada di pedesaan,tidak ada suara lain yang bisa mereka dengar selain suara jangkrik.

"Kesini sekali waktu neneknya Toptap meninggal,maaf ya jadi nyasar gara gara aku lupa jalan." Ucap Win ketika mereka berjalan mendekat ke arah pintu masuk. Joss hanya tersenyum maklum,sementara Bright mengacak rambutnya dengan gemas. Sebenarnya Joss merasa tidak enak hati bertamu malam malam begini,tapi apa boleh buat,rasa khawatirnya telah membutakan logika.

Tok..Tok..Tok...

Joss mengetuk pintu kayu itu dengan sabar,mungkin saja Toptap sudah tidur. Tapi tidak berselang lama,terdengar suara kunci dibuka dari dalam dan ketika pintu terbuka mereka sama sama terlihat terkejut.

Joss,Bright dan Win terkejut melihat wajah Toptap yang jelas tengah berurai air mata,sementara Toptap sendiri terkejut melihat kedatangan ketiga tamu yang sama sekali tidak ia sangka itu. Demi apapun,Joss menahan dirinya sebisa mungkin untuk tidak merengkuh Toptap yang terlihat sangat rapuh itu ke dalam pelukannya.

"Kalian....." Ucap Toptap sambil menyeka air matanya sedikit kasar,tidak ingin terlihat lemah di depan mereka,terutama di depan Joss.

"Maaf,kita bertamu malem malem gini Tap." Win yang menjawab.

"Nggak apa apa. Ayok masuk." Toptap membuka pintu lebih lebar dan mempersilahkan mereka untuk masuk.

"Tap..maaf kalo aku lancang,tapi kayaknya aku sama Win mending pergi aja deh. Biar kamu sama Bang Joss aja." Ucap Bright yang membuat langkah mereka otomatis terhenti. "Sini Bang,kunci mobilnya. Besok telfon aja,aku jemput lagi kesini." Lanjutnya sambil mengulurkan tangan ke hadapan Joss. Joss menghembuskan nafas pasrah sambil menyerahkan kunci mobil,Win sudah ingin protes dan Toptap yang semakin ingin menangis tapi ia tahan,sungguh ia sudah sangat lelah dan sepertinya berdebat bukanlah pilihan yang tepat untuk saat ini. Mungkin saja Joss bisa membantunya. Mungkin. Toptap seperti ingin berharap,tapi ia tidak mau kenyataan semakin mempermainkannya.

Ada hening yang cukup menyiksa sepeninggal Bright dan Win. Toptap masih diam dengan wajah sembabnya,sementara Joss tidak berani membuka percakapan. Mereka hanya duduk di atas lantai yang beralaskan karpet tipis berwarna hijau,tidak ada kursi dan perabot lain disana. Joss bisa menangkap bahwa rumah itu mungkin baru saja di kosongkan.

"Sekarang Bang Joss tau sendiri kan keadaan saya kayak gimana." Setelah terdiam cukup lama,akhirnya Toptap mau berbicara meski Joss tidak suka dengan topiknya.

"Tap..bukan topik ini yang saya mau..saya kesini berharap bisa bantu kamu.." Joss menjawab pelan dengan nada yang terdengar sangat frustasi,menimbulkan sedikit rasa bersalah dalam diri Toptap. Tapi Toptap tetaplah Toptap. Ia tahu Joss adalah orang yang baik. Ia tahu dirinya lelah dan butuh sandaran,dan ia tahu Joss adalah orang yang tepat. Tapi Toptap tidak ingin menyerah,ia tidak mau bersandar pada siapapun. Ia tidak mau jadi pihak yang kembali ditinggalkan.

"Saya nggak punya siapa siapa,Bang..Orang tua saya ninggalin saya dari saya bayi. Saya cuman dibesarin sama nenek,dan sekarang nenek udah meninggal. Saya juga nggak punya apa apa,rumah ini pun udah di jual." Toptap menjawab pilu,ia berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh lagi.

"Saya bisa bantu apa,Tap?? Tolong kasih saya kesempatan untuk bantu kamu.." Kali ini Joss meremas bahu Toptap sambil menatap matanya dalam dalam,berusaha meyakinkan Toptap bahwa ia benar benar tulus. Dan ketika Toptap balik menatap Joss,entah mengapa pertahanan dirinya seakan runtuh. Air mata yang ia tahan justru jatuh semakin deras. Persetan dengan semua,pikirnya.

"Bang Joss bisa balikin rumah ini?? Tolong,Bang..tolong balikin rumah ini..cuman ini yang saya punya.." Ucapnya di tengah tengah tangisan yang membuat hati Joss seperti di sayat sayat. Sakit sekali. Jadi tanpa pikir panjang,Joss segera merengkuh pundak rapuh itu ke dalam pelukannya. Menyalurkan seluruh kekuatan yang ia punya. Membiarkan bajunya basah oleh air mata sang pujaan hati.

.

.

.

TBC

.

.

.

Heran. Termehek mehek banget sih kopel satu ini :((((

Tadi yang minta dobel,nih ku kasih beneran wkwkkw

Maaf ya aku emang labil. Kalo lagi rajin ya begini. Kalo lagi males bisa nggak update berminggu minggu :(((


PANDAWA LIMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang