18. Letter

890 90 16
                                    

Seperti biasanya, pagi di kota Yokohama selalu dipadati dengan orang-orang yang berlalu-lalang melakukan aktivitas mereka. Ada yang pergi bekerja, bersekolah, membuka toko ataupun kedai dan kegiatan lainnya.

Sama halnya seperti Chuuya yang sudah kembali bekerja. Tapi, hari ini adalah hari pertama ia mengerjakan tugas kantornya di apartemen, hingga kira-kira sampai empat atau enam bulan ke depan.

Memang sulit bagi Chuuya, bekerja dengan dirinya yang harus selalu duduk di kursi roda sampai ia boleh berjalan tanpa kursi roda ataupun kruk. Hampir semua hal yang ingin ia lakukan, harus membutuhkan bantuan orang lain. Sangat menyusahkan dan Chuuya tidak suka itu. Tapi, ada Kōyō yang dengan tulus dan sabar merawatnya.

Bahkan, sebagian tugas Chuuya dengan terpaksa mulai hari ini akan diambil alih oleh Kōyō. Seperti memasak dan berbelanja persediaan pangan. Hari inipun, Kōyō yang memasak sarapan untuk Dazai, juga untuk mereka berdua pastinya.

Sekarang Chuuya hanya berdua dengan Kōyō di ruang tamu, karena Dazai sudah berangkat bekerja. Mengerjakan tugas kantor mereka sambil berbicara mengenai banyak hal.

"Chuuya", suara lembut Kōyō memanggil Chuuya.

Yang dipanggil hanya berdeham sebagai sahutan.

"Dazai tidak melakukan sesuatu yang memperlambat pemulihan kakimu kan?"

Chuuya menggeleng, "Tidak. Memangnya ada apa?".

Kōyō yang begitu penasaran, kembali bertanya. Untuk memastikan.

"Kau serius?"

Chuuya hanya mengangguk dengan wajah polos. Kōyō menatapnya beberapa detik sampai pada akhirnya kembali sibuk pada tugasnya. Sama seperti Chuuya yang kembali mengerjakan tugasnya, hingga kemudian Chuuya mematung seakan mengingat sesuatu, bahkan sampai ada rona merah menghiasi pipinya.

Chuuya's POV.

Apa yang dimaksud Anee-san itu tentang aku dan Dazai semalam ya?
Memangnya suaraku terdengar sampai kamarnya? Tidak mungkin kan?

Tapi, bagaimana jika memang terdengar sampai sana? Bukankah Dazai sudah menutup pintu kamar kami dengan rapat?

Ah, aku benar-benar tak mengerti maksud pertanyaan Anee-san. Dia memang hanya bertanya atau mendengar suaruku semalam?.

Chuuya's POV end.

Kōyō tidak menyadari Chuuya yang mematung dengan rona merah di pipinya. Meskipun tangannya sibuk dengan laptopnya, tapi pikiran Kōyō tidak tertuju pada tugas kantornya.

Kōyō's POV.

Aku semalam tidak salah mendengar kan? Jelas-jelas aku mendengar suara Chuuya... ah, sudahlah semalampun Dazai bilang tidak akan memasukinya kan? Aku harap hal itu tidak memperlambat pemulihan kaki Chuuya.

Sudahlah, biarkan saja. Tapi kalau sampai terjadi sesuatu dengan kaki Chuuya dan itu karena Dazai.. awas saja si bocah maniak bunuh diri itu.

Kōyō's POV end.

•••

--Kantor Detektif--

Suasana kantor nampak tenang tanpa suara perdebatan antara Dazai dan Kunikida. Karena mereka berdua sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Meskipun untuk saat ini, sekali lagi, untuk saat ini Dazai tidak membuat keributan, tapi sejak tadi dia sibuk menuliskan sesuatu di atas kertas dengan senyuman yang terus mengembang. Tidak ada yang menyadari hal itu, karena yang lain benar-benar memanfaatkan momen langka saat ini untuk segera menyelesaikan tugas mereka.

[✓] LoyaltyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang