Sinar matahari menyelinap masuk melalui celah jendela, menyinari seorang pria ginger di ranjang, membuat tidur si pria ginger terusik. Mata pria itu mengerjap-ngerjap untuk memperjelas pandangannya. Ia menoleh ke sampingnya.
Di sampingnya, pria brunette masih terlelap dengan nyaman. Tangan si pria ginger tergerak mengusap kepala si brunette, turun ke pipi, lalu ke bibir. Wajah mereka begitu dekat, hingga hembusan nafas si brunette begitu terasa di wajah si ginger.
Tiba-tiba, tanpa membuka matanya, si brunette menyambar bibir si ginger setelah menyingkirkan jari dari bibirnya.
"Mmppphh?!?!", terkejutnya si ginger karena ciuman tiba-tiba itu.
Si brunette menyudahi ciumannya, "Kau sudah pasti tahu kan, bibirku ini diciptakan bukan sekedar untuk disentuh olehmu, Chuuya"
Pria ginger itu adalah Chuuya Nakahara, kekasih si brunette.
"Dazai?! Sejak kapan kau bangun?", tanya Chuuya dengan wajah merona, dan si brunette itu adalah Dazai Osamu.
"Sejak kau mengusap rambutku", jawab Dazai santai.
Chuuya langsung memalingkan wajahnya dan menyibakkan selimut, lalu beranjak dari ranjang. Tapi, Dazai mencekal tangannya.
"Kau mau kemana?", tanya Dazai.
"Mandi", singkat, padat, dan jelas jawaban Chuuya, tanpa menoleh ke Dazai.
"Ayo, mandi bersama", ucap Dazai santai.
Chuuya yang mendengar ucapan tak berdosa dari Dazai, langsung menoleh ke arah Dazai dengan wajah kesal, "Tidak. Kita sudah melakukannya kan semalam? Sudah, lepaskan aku, nanti aku bisa terlambat"
"Maka dari itu, ayo mandi bersama. Menghemat waktu. Tapi, tunggu.. tadi kau mengatakan 'kita sudah melakukannya semalam' kan? padahal aku hanya mengajakmu mandi bersama, lho"
Chuuya yang menyadari ucapannya, merasa begitu malu. Wajahnya kembali merona, tapi ia juga kesal dengan Dazai yang selalu menggodanya.
"Oh aku mengerti. Kau ingin Morning Sex kan? Baik, ayo lakukan", Dazai dengan tampang tak berdosanya, beranjak dari ranjang, menarik tangan Chuuya membawanya berjalan menuju kamar mandi.
Chuuya dengan cepat melepas paksa cekalan tangan Dazai, membuat Dazai menoleh ke arahnya.
"Ada apa Chuuya? kau tidak ingin melakukannya di kamar mandi? ingin di ranjang ya? atau kau ingin melakukannya di balkon? kita belum pernah lho melakukannya di balkon. Apalagi kamar apartemen kita berada di lantai 13, wah pasti menyenangkan bukan?"
BUGH!
Satu pukulan menghantam pipi Dazai. Sudah cukup ucapan Dazai membuat Chuuya jengkel dan malu.
Dazai meringis, mengusap-usap pipinya, "Hmm, ada apa Chuuya?"
"TEME!!!", sebenarnya Chuuya masih belum puas mendaratkan satu pukulan di pipi Dazai, tapi karena ia takut terlambat sampai kantor, ia memutuskan untuk langsung ke kamar mandi tanpa memedulikan Dazai yang masih mematung.
BAM!
Pintu kamar mandi tertutup, Dazai terkekeh melihat Chuuya yang kesal dan malu karena godaannya. Hal itu membuat Dazai sangat ingin menerkamnya, membawa Chuuya ke ranjang, lalu membuat Chuuya meneriaki namanya berkali-kali.
Sambil menunggu Chuuya mandi, Dazai menyiapkan sarapan untuk mereka berdua sebelum berangkat bekerja.
•••
Mereka berdua sama-sama sudah rapi, dan kini mereka sedang sarapan. Selama sarapan, Chuuya tidak mengeluarkan sepatah katapun, padahal biasanya saat sarapan mereka berdua pasti mengobrol.
Dazai yang menyadari hal itu, terus memperhatikan Chuuya. Wajahnya tampak kesal, tapi juga ada rona di pipinya. Dazai mengerti sekarang.
"Chibi?", panggil Dazai.
Chuuya tidak merespon, masih fokus pada sarapannya.
"Cutie?", Dazai memanggil lagi.
Chuuya masih tetap tidak merespon. Tapi wajahnya terlihat seperti menahan sesuatu.
"Chuuya?", lagi, Dazai memanggilnya.
Tangan Chuuya bergetar, tapi tetap saja masih belum merespon.
Dazai membuang nafasnya berat.
"Chuuya Nakahara", nada suara Dazai mulai serius.
Chuuya tersentak, dan langsung melihat ke Dazai yang sedari tadi ada di depannya, dan kini menatapnya dengan tatapan serius.
"Kau marah padaku?", tanya Dazai.
"A-aku hanya kesal padamu", Chuuya mejawab sambil memalingkan wajahnya.
"Ah, baiklah. Aku minta maaf, ok?", tangan Dazai bergerak menggenggam tangan Chuuya.
Dazai tersenyum melihat Chuuya yang selalu saja memalingkan wajahnya saat malu dan itu adalah salah satu hal yang Dazai suka dari Chuuya.
Melihat Chuuya yang masih memalingkan wajahnya, terlintas suatu hal di benak Dazai. Dazai sedikit beranjak dari duduknya, membungkuk sedikit untuk mendekatkan dirinya pada Chuuya.
Cup.
"Sekali lagi, aku minta maaf, Chibi", satu kecupan mendarat di pipi Chuuya yang sudah sangat merah seperti tomat.
"Tch! ya baiklah"
•
•
•~To be continued~
Oi oi oiyahoo Minna..
Sebelumnya sorry, ini gue ngomongnya pakek 'Lo-Gue' aja ya(:
Soalnya ngerasa aneh kalo pakek 'Aku-Kamu' ಥ_ಥ
*beda lagi kalo buat story(:
Kenalan dulu, gue Mozza
Ini 1st time gue bikin cerita yaoi ಥ‿ಥ
jadi, gomen kalo ceritanya gak sebagus mereka yang uda pro(:
Semoga kalian suka sama cerita gue (◠‿◕)
Kalian bisa bantu support gue dengan vote/comment, gue juga dengan senang hati menerima kritik dan saran kalian ( ◜‿◝ )♡
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Loyalty
RomanceKesetiaan bukan tentang siapa yang paling lama bersama, tapi tentang diri yang mengerti hatinya milik siapa. Hal itu akan dibuktikan di hubungan Dazai dan Chuuya. ••• Bungō Stray Dogs © Kafka Asagiri Cover and story © Mozza666 ••• 🎖️ #1 double blac...