2. Warmth in Winter

4K 307 50
                                    

Ting!
Ting!
Ting!
Ting!
Ting!

Baru saja 10 menit Chuuya mengerjakan tugasnya, kini malah terganggu dengan lima pesan masuk sekaligus. Chuuya yang sedang fokus pada laptop dan beberapa dokumen, memilih untuk menghiraukan pesan masuk di handphonenya.

Hingga, beberapa menit kemudian handphonenya kembali mengganggu dirinya. Kali ini panggilan masuk, Chuuya dengan geram melirik ke layar handphonenya.

Mackerel.

Nama panggilan sayang untuk Dazai dari Chuuya terpampang di layar handphonenya. Chuuya menjawab panggilan masuk itu. Chuuya mengaktifkan mode loud speaker, karena dirinya juga sambil kembali berkutat pada laptopnya.

"CHUUYAAA~ (OI DAZAI! JANGAN BERMALAS-MALASAN, CEPAT KERJAKAN TUGASMU!)", terdengar suara Dazai memanggil Chuuya dengan nada penuh semangat yang diiringi suara kesalnya Kunikida.

"Kau tidak perlu berteriak, bodoh! selain itu, temanmu juga berisik", kesal Chuuya.

"Kunikida memang selalu saja seperti itu denganku. Kau benar, dia berisik. Tapi kau lebih berisik, apa lagi saat kita melakukan hal itu", Dazai menekan kata terakhirnya, bermaksud menggoda Chuuya.

"Tch! Lalu, ada apa kau menelponku?"

"Hanya ingin memastikan. Kau nanti benar akan pulang lebih awalkan sama sepertiku?", tanya Dazai.

"Iya. Sudah ku katakan kan padamu, 5 hari yang lalu Mori-san menetapkan semua bawahannya untuk pulang lebih awal pada tanggal 24", jelas Chuuya.

"Ah, aku tidak sabar ingin memasukimu dan kita akan saling menghangatkan. Percayalah Chuuya, nanti malam suhu dingin akan kalah dengan kegiatan panas kita", Dazai ini memang selalu saja menggoda Chuuya, apa lagi mengenai hal-hal vulgar.

Seketika fokus Chuuya pada tugasnya buyar ketika mendengar kalimat Dazai. Ada rasa malu dan geram dalam dirinya.

"TEME!!! Akan ku hangatkan kau. Tidak, aku akan membuatmu kepanasan. Akan ku bakar kau, Shitty Dazai!"

"Aku tidak sabar terbakar oleh suara-suara merdumu yang meneriaki namaku, Chuuya"

Chuuya yang semakin kesal karena terus-terusan di goda, langsung memutuskan sambungan telpon. Mencoba kembali fokus pada tugasnya, tapi otaknya memutar kembali kalimat yang tadi Dazai ucapkan. Pikirannya malah terbayang dengan bagaimana kegiatan mereka nanti seperti yang Dazai ucapkan, membuat semburat merah tercetak di pipinya.

•••

"Masakanmu tidak pernah mengecewakanku, Chuuya", puji Dazai. Mereka berdua baru saja selesai makan malam.

Memang benar, masakan Chuuya itu rasanya tidak pernah mengecewakan. Tidak seperti Dazai yang hanya bisa memasak makanan instan.

"Heh?! Aku ini memang pandai memasak, tidak sepertimu, bodoh!", Chuuya berbangga diri sambil mendudukkan dirinya di sofa yang juga membawa seelas coklat hangat, diikuti dengan Dazai.

"Malam ini ingin berapa ronde?", tanya Dazai to the point.

"Uhhuuukkhhh.. uhhkk..", Chuuya yang sedang menyesap susu hangatnya sampai tersedak mendengar pertanyaan Dazai.

[✓] LoyaltyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang