-- COMEBACK--
LIVIA POV
" Terlalu banyak yang kulewatkan , aku bahkan berpikir aku tidak akan kembali . . . tapi suaramu terus memenuhi ruang tempatku berada saat itu , sampai mutiara keabadian itu keluar dan menuntunku kembali, kau menghancurkan permata itu membuat jiwa ku dan Calder menghilang, tapi mutiara keabadian itu memberikan kehidupan keduaku.... " ucapnya memberi penjelasan padaku.
Aku memeluk pria didepanku dengan erat , seolah kami telah berpisah dengan sangat lama. " aku mencintaimu . . ." bisiknya membuatku terkekeh. " Aku juga " balasku, membuat Jayde mengeratkan pelukan nya.
Jayde melepas pelukan nya dan menyusupkan jemarinya ketengkukku, menarik wajahku mendekat.
Menciumku dengan menuntut seolah kami tidak akan pernah bertemu kembali.
- - -
Sudah pagi.
Aku membuka mataku dan melirik samping tempat tidurku. Tidak ada siapapun.
Semalam, apa aku bermimpi ?
Tidak , apa itu benar hanya mimpi ? Bagaimana aku melihatnya , menyentuhnya semua itu terasa begitu nyata . . .
Aku memeriksa pakaian yang kukenakan. Kenapa aku mengenakan sweater milik Jayde ?. Aku meneliti bekas merah kehitaman yang hampir ada diseluruh bagian kulitku terutama leher dan pundakku. Ini bukan mimpikan ?
Aku turun dari tempat tidur dan mencoba mencarinya keluar ketika aku merasa seseorang menahan lenganku dan menyandarkan tubuhku ke dinding.
Jayde. Pria itu mengunciku ke dinding dengan kurungan lengan nya.
" apa yang kau pikirkan ? setelah malam kita yang begitu panas , kau pikir itu hanya mimpi ? " tanyanya menatapku dengan tatapan menggoda , membuat mukaku merah padam saat ini. " atau . . . aku perlu mengulanginya untuk meyakinkanmu ? "bisiknya, membuatku bergidik.
Jayde menyapukan bibirnya yang sedingin es dileherku dan menghisapnya , membuat satu lagi bekas merah kehitaman disana, membuatku terkesiap atas apa yang baru saja dilakukan.
" mandilah " ucapku mendorongnya menjauh dan berlari ke dapur. Dia, sangat berbahaya, batinku.
JAYDE POV
" Kenapa keluar dengan rambut basah ? " tanya livia mengambilkan handuk begitu melihatku keluar dari kamar mandi tanpa mengeringkan rambutku.
" sini , biar aku yang keringkan " Livia berjinjit untuk mengeringkan rambutku sementara aku bisa menatap wajah cantiknya sepuasku.
" apa yang kalu lihat ? " tanyanya gugup begitu menyadari aku sedang menatapnya dengan intens.
" istriku yang cantik " jawabku , membuat wanita itu berjinjit dan mendaratkan bibirnya di bibirku sekilas, menciumku.
" bagaimana itu bisa disebut ciuman "dengusku membuatnya tertawa.
Kesempatan kedua ini , aku akan lebih menghargainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK EYES (COMPLETED )
RomanceBagimu mungkin aku terlihat tampan , tapi aku sudah hidup lebih dari itu . . . - Jayde Damien Corvus -