Makan Malam

564 49 2
                                    

"Siapa namamu?". Tanya pria tersebut ketika Evie baru saja duduk.

"Gina".

"Apa keahlianmu?".

"Saya lancar berbahasa Inggris  dan Spanyol. Saya juga mahir menjalankan sistem komputer". Evie mulai ragu. Kemampuan berbahasanya memang benar, tapi soal sistem komputer ia tak terlalu yakin akan sangat dibutuhkan ditempat secanggih ini. Komputer disini berbeda dengan komputernya dirumah. Evie menunduk, kepalaya terasa semakin berat.

"Kau punya kartu identitas?". Tanyanya.

"Hilang dalan perjalanan pak". Jawab Evie dengan suara pelan dan terdengar kurang meyakinkan.

"Baiklah.. Kau akan kutempatkan sebagai Cleaning Service. Itu juga kalau kau bersedia". Ucap Pak Tomo kepadanya.

"Iya. Pak. Saya mau. Saya akan mengerjakan apapun".

"Kau pasti tak punya tempat tinggal. Kau temui lagi Doni, aku sudah mengatakan padanya untuk mengantarmu mess pegawai".

Evie terperangah. Bagaimana ia tau mengenai Doni? Ia datang sendiri kesini meskipun tadi sempat mengikuti langkah Thomas si Hologram. Tapi ia tak berani banyak bertanya, ia baru saja diterima bekerja.

Setelah berpamitan ia melangkah lagi keluar, samar-samar ia melihat kursi yang didudukinya tadi mengilang. Ia akan menemui Doni, mungkin ia berada ditempat awal mereka bertemu.

Ia melangah lagi menyusuri ruangan, matanya terpukau akan tanpilan dinding yang lebih mirip layar yang super panjang. Menampilkan gambar serta fungsi bangunan yang ada ditempat tersebut ataupun keindahan alamnya. Ia amat sangat ingin menyentuh dinding itu ketika menampilkan gambar musim gugur. Daun-daun terlihat mulai berjatuhan dari pohon di layar besar yang tingginya puluhan kali tinggi badannya. Ia mendongak, dilangit-langit pun ada layar yang menampakan langit biru dengan sedikit awan tipis yang indah. Angin lembut muncul entah dari mana disertai bunyi desiran daun yang tertiup angin. Merasakan cuaca lembab dan dingin ala musim gugur.Ia ingin berlama-lama disini, menikmati musim gugur imajiner yang begitu nyata. Tapi ia harus segera pergi menemui Doni.

Dia berdiri menatung di pintu masuk ketika melihat Doni tengah berbincang dengan seorang pria. Pakaiannya rapih dan bagus, ia juga gagah. Mereka berdua saling tertawa, sang pria menepuk pundak Doni lalu meninggalkannya. Doni menyadari keberadaannya sehingga dengan pelan ia menjuju ke tempat Doni berada.

"Siapa pria tadi?". Tanya Evie ketika mereka mulai berjalan menuju mess pegawai.

"Mr. Dereck. Salah satu pemegang saham tertinggi disini".

"Apa dia ada hubungan keluarga dengan pemilik Circle80.inc?". Tanyanya lagi.

"Ya, ia adalah paman dari Mr. Wood. Mr. Wood adalah pemilik, pemimpin sekaligus pemegang saham terbesar disini".

Evie mulai berfikir. Mr Dereck, Mr. Wood. Jika terlihat dari tampangnya mungkin usia Mr. Dereck sekitar 50 tahunan. Dan jika mendengar penjelasan dari Doni mengenai Mr. Wood yang terkesan begitu profesional dan banyak pengalaman dalam memegang perusahaan sebesar ini, sepertinya usianya sudah 70 tahunan atau bahkan lebih. Ia tersenyum lagi dan terus berjalan.

Mess pegawai berada di belakang apartemen mewah yang sudah beres 100%. Bangunan Mess juga lebih mirip apartemen ukuran standar dan ketika ia memasuki kamarnya ia menemukan satu kamar tidur beserta kamar mandi.

"Kalau kau lapar datanglah ke gedung utama. Akan ada makanan untuk sarapan, makan siang dan makan malam khusus pegawai". Ujar Doni. Evie mengangguk.

"Dimana kamarmu?". Tanya Evie.

"Kamarku ada di lantai empat. MKP565. Kalau kau mau mampir"

"Ya tentu. Lain kali".

"Baikah, sekarang lebih baik kau beristirahat atau membereskan barang-barangmu. Aku masih banyak pekerjaan".

Evie mengangguk lalu ia pergi menjauh lalu menghilang dibaik pintu lift. Ia masuk untuk mencoba kamar barunya. Kamarnya cukup nyaman, satu ranjang yang ukurannya sangat pas dengan tubuhnya, ada lemari besar dan cermin yang bisa digulung ke atas seperti tirai, ada layar transparan didekat dindinh, sama seperti di ruangan pak Tomo, tapi ukurannya sedikit lebih kecil. Dindingnya dipasangi wallpaper indah yang menggambarkan musim gugur. Ia berjalan ke kamar mandi yang didepannya terdapat balkon tapi ia tak berniat melongok keluar. Hingga akhirnya ia memilih memasuki kamar mandi, ada toilet, bath up dan shower, dia mulai berdecak dan segera meraih kimono yang tergantung dibalik pintunya. Ia masuk lalu mengunci pintu. Tubuhnya sangat lengket dan berbau tidak sedap. Seperti anak kecil, ia berlari kecil menuju bath up lalu menyalakan kerannya, air hangat segera keluar dengan derasnya. Ada banyak pilihan sabun mandi disini, wangi buah, bunga, dan kayu yang kesannya ini adalah mandi parfume. Wanginya memabukan tapi menyenangkan ketika ia mencobanya satu-persatu hingga akhirnya, ia memilih sabun dan shampo yang beraroma bunga mawar yang lembut. Ia membuka semua bajunya, baju yang ia bawa dari rumah. Lalu menyimpannya dalam keranjang pakaian kotor. Hingga ia akhirnya ingat bahwa ada mesin cuci di lorong dekat balkon. Ia memasukan tubuhnya kedalam air hangat yang penuh busa sabun, memanjakan diri yang kelelahan dan penat. Ia sudah mulai melupakan mimpi-mimpinya.

Mandi yang menyegarkan, harum bunga mawar dari tubuhnya membuatnya rileks dan bersemangat. Hingga akhirnya ia berdiri di bawah gulungan cermin dan menarinya kebawah hingga akhirnya muncullah kaca besar yang rata tanpa cacat ataupun tergores didepannya. Ia menatap dirinya sendiri yang terbungkus kimono putih, menyentuh wajahnya yang kurus dan adanya cekungan aneh dimatanya. Ia menyentuh rambutnya yang panjang sepunggung. Rambut ini, ia harus melakukan sesuatu terhadap rambutnya. Ia ingin melupakan masa lalu dan memulai kehidupan baru disini. Ia meraih sebuah gunting di nakas tepat dibagian bawah layar transparan, lalu mengarahkannya ke rambutnya. Ia memotong rambutnya sendiri tanpa keraguan sedikitpun, menyisakan rambutnya yang hanya sebatas pundak, ia juga mengatur poninya agar sedikit menyamping. Ia menatap dirinya lagi di cermin.

"Tak terlalu buruk. Aku cukup berbakat". Ujar Evie pada dirinya sendiri. Lalu segera berganti pakaian dan membereskan kamarnya.

---

Pekerjaan memberskan kamar sudah selesai. Ia menjatuhkan tubuhnya diranjang yang empuk dan bernafas penuh kelegaan. Seseorang mengetuk-ngetuk pintu kamarnya.

"Gina, kau mau makan malam tidak?". Ujar Doni dari luar sana. Evie segera bangkit.

"Ya, tunggu sebentar".

Evie membereskan baju dan rambutnya didepan cermin lalu menggulungnya kembali. Ia cepat-cepat menemui Doni, mereka berdua berjalan menuju gedung utama.

Sudah banya orang disini, dengan canggung Evie mulai mengambil piring dan sendok lalu berbaris mengantri sepanjang meja prasmanan. Ada terlalu banyak makanan disini, dari yang berkuah, garing, penuh sayuran, daging dan buah. Evie sudah mulai kebingungan melihat makanan yang begitu banyak hingga akhirnya ia memilih makanan yang sama dengan yang dipilih Doni. Kentang rebus yang dibumbui, omelet daging dan sedikit salad. Doni mengambil pancake jeruk, tapi ia memilih yang strawberry.

Mereka memilih duduk di bangku ke enam yang masih kosong, tapi disitu sudah ada seorang pria muda yang sedang menyantap pasta daging dan jamur. Evie duduk dan meminum air putih yang tadi ia ambil.

"Selamat malam Mr. Wood. Bagaimana kabar anda?".

Mendengarnya Evie hampir tersedak dan memaksa cairan masuk ke tenggorokannya yang terasa kering dan perih mengerikan. Ia terus terbatuk-baruk hebat hingga Doni memintanya untuk minum sedikit lagi, pria muda yang tadi Doni panggil dengan nama Mr. Wood itu juga mulai membantunya dengan menepuk-nepuk punggungnya. Matanya mulai berair dan pandangannya agak samar. Wajahnya memerah, antara nyeri dan malu. Ia tau, ia pasti sedang menjadi bahan tatapan semua orang disini. Mr. Wood. Apakah benar dia adalah Mr. Wood petinggi Circle80.inc?.

DREAMWhere stories live. Discover now