Keponakan Tersayang

58 5 0
                                    

Evie kembali mengerjakan pekerjaannya setelah sarapan, ia sesekali memperhatikan Natalie yang berkutat sendiri didepan komputernya. Tepat sesaat setelah Wood menampakan diri diruangannya ia berujar "Mr. Wood kurasa kau melupakan sesuatu."

"Iya, aku juga tengah mencari sesuatu, tapi apa?" Wood mengusap-usap dagunya. "Aku tak menemukannya. Apa kau bisa membantuki Natalie?" mendengar itu Natalie tersenyum lebar.

"Kurasa anda perlu melihat ini, dan mulai merancang langkah-langkah strategis untuk menyerang BOP Corp."

Wood berbalik dan mulai mengikuti Natalie menatap layar komputernya. Mata Wood berbinar, senyum tipis terlukis diwajahnya. Sementara Evie hanya diam ditempatnya tanpa ada niat untuk ikut bergabung.

"Kurasa 50% sudah cukup untuk membungkam BOP Corp. Jadi, Natalie tugasmu sekarang adalah hubungi mereka, ingatkan mereka mengenaiku. Aku akan membuat mereka bergerak menindas BOP Corp." Ujarnya pada Natalie. "Sedangkan aku akan menghubungi James, ia baru saja take off 20 menit yang lalu." Wood mengeluarkan ponselnya dan mulai menghubungi James yang saat ini sedang berada dalam pesawat menuju Jerman, tempat dimana Breta berada.

"Anda kejam Mr. Wood. Tapi aku suka. Haha!" Natalie tertawa sambil mulai mengetik sesuatu dikomputernya, jarinya sangat lincah menari diatas keyboard.

"Ah, James!" teriak Wood. "Misi untukmu diubah. Sekarang juga kau buatkan aku pertemuan dengan CEO BOP Corp, Mr. Devon Kloss. Secepatnya. Ah iya, sertakan juga Mr. Hady Frank. Ini penting."

"Kenapa mendadak sekali Mr. Wood?" tanya James diujung sana.

"Aah, itu karena Natalie yang terlalu lamban menyadarkanku." Wood menoleh memandang Natalie sambil sedikit mengejeknya, Natalie hanya mendengus kesal. Tapi ia tidak marah sama sekali, Wood jelas sedang bergurau.

"Ah, kenapa aku terlalu emosi ya hanya gara-gara ini?" Wood mendongakan kepalanya setelah selesai berbicara via telepon dengan James. Ia memejamkan matanya seakan sedang menghirup sesuatu yang segar. "Tapi aku harus memastikan siapa yang selama ini membuat Breta bergantung pada BOP Corp." Wood mengedarkan pandangannya menatap Natalie dan Evie bergantian, ia mengharapkan sesuatu dari keduanya tapi ia tak mendapatkan apa-apa. Keduanya hanya diam.

"Lebih baik aku menemui pamanku, sekalian menanyakan kondisi Divisi 1."

"Biar saya antar Mr. Wood" Evie mengajukan diri. Ia mulai berdiri dan meraih tablet didepannya. Wood tersenyum.

---

Ia memutuskan untuk mengikuti Mr. Wood menemui Mr. Derreck karena ia tak tau apa lagi yang harus dia kerjakan. Dia sudah lama memperhatikan kesibukan dua rekan kerjanya. Keduanya sibuk dengan tuga masing-masing, Natalie ditugaskan untuk memperhatikan pergerakan dana, harga saham, mencari data-data penting yang akan sangat diperlukan bagi perusahaan. Sedangkan James ia lebih sering ditugaskan keluar pulau, menemui kolega Bisnis, menghadiri rapat yang seharusnya dihadiri Mr. Wood, membuat pertemuan ini dan itu. Tapi ia, Evie tak pernah menerima tugas spesifik selain mengatur jadwal Mr. Wood dan mengikutinya kemana pun ia pergi.

Ia benar-benar menggantikan Doni untuk tetap berada disamping Mr. Wood.

Wood tiba-tiba berhenti, jadi Evie juga ikut berhenti. Ia melihat Mr. Derreck dan Bobby berdiri didepan mereka. Evie mendengus kesal, karena entah sejak kapan Bobby selalu mengekori Mr. Derreck. Ia mendengar desas-desus bahwa Bobby adalah ilmuan kesayangannya. Apalagi pasca EPCL itu, Evie mengingat-ngingat matanya yang tadi pagi ia tatap melalui pantulan cermin. Warna matanya tetap tidak berubah, warna matanya masih berbeda antara kiri dan kanan.

"Kuperhatikan akhir-akhir ini dia selalu ada didekatmu Mr. Derreck?" tanya Wood tiba-tiba, Evie mendadak menolehkan kepalanya kearah Wood. Itu pertanyaan yang sama persis, yang baru saja terlintas dibenaknya.

"Sekarang ia adalah asistenku." jawab Mr. Derreck enteng sambil menepuk pundak Bobby, Bobby hanya tersenyum. "Kau mau kemana Wood?"

"Aku mau menemuimu"

"Kalau begitu mari kita keruanganku." ajak Mr. Derreck, Wood melangkahkan kakinya menyamai jarak dan langkah dengan Mr. Derreck. Otomatis sekarang Evie dan Bobby berjalan beriringan dibelakang keduanya, Evie sama sekali tak mau menatap wajahnya jadi dia memutuskan wajahnya untuk terus mendongak agar mendapat jarak pandang yang lebih luas. Sementara Bobby, Evie benar-benar tak menghiraukan kakaknya yang sedari tadi menunduk.

----

"Ada apa Wood?" tanya Mr. Derreck ketika semuanya duduk disofa diruangannya.

"Ini soal Breta. Ada beberapa hal yang ingin kutanyakan."

"Apa itu? Katakan."

"Apa kau tahu siapa orang yang turut andil ketika pembentukan Breta selain ayahku?"

"Aku, aku juga ikut bertanggung jawab atas Breta. Saat itu aku dan Ayahmu yang menyusun ide awalnya."

"Siapa lagi?"

"Ada banyak, tapi yang paling berperan besar adalah ayahmu, buktinya ia mengantongi hampir 70% saham Breta. Bisa dibilang 70% itu adalah uangnya sendiri yang dijadikan modal."

"Sedangkan aku," tambah Mr. Derreck "aku yang saat itu baru lulus kuliah S3 bisa apa? Aku tak punya banyak uang bahkan untuk membeli 1% saham Breta, aku bukan ayahmu yang seorang jenius bisnis diusia yang terbilang sangat muda"

"BOP Corp?"

"BOP Corp!?" tanya Mr. Derreck. Keningnya berkerut.

"Iya, BOP Corp." ulang Wood. "Apa yang terjadi?"

"Aku tak mengerti, apa ada masalah dengan BOP Corp? Baiklah, aku akan segera menghubungi Mr. Devon." ujar Mr. Derreck buru-buru mengambil ponsel di saku jasnya tapi Wood langsung menghentikannya.

"Tak perlu, biar aku yang mengurusnya. Kau urus saja Divisi 1. Kulihat akhir-akhir ini terjadi banyak kekacauan disana." Wood menatap Bobby dengan tatapan tajam, menusuk. Evie diam saja sedari tadi. Pandangannya beralih kearah Mr. Derreck.

"Jangan kau kira aku tak tahu, aku tahu segalanya. Apa perlu ku ingatkan padamu siapa aku sebenarnya? Aaah, yang jelas aku tidak seperti ayahku." Wood diam sejenak, lalu menyeringai tipis. "Untuk kali ini aku memaafkanmu, tapi kalau sekali lagi kau berani mengusikku, aku tak akan segan-segan padamu, aku tak peduli biarpun kau adalah paman kandungku." Wood berdiri seraya meraih tangan Evie yang sedari tadi terdiam, dia berusaha mencerna semua perkataan Wood yang baru saja masuk ke otaknya.

"Baiklah, aku akan pergi. Urusanku sudah selesai disini. Ayo Gina!" Wood menarik tangannya, Evie menurut.

Semuanya diam sesaat, terjadi kecanggungan luar biasa disana. Ia melihat wajah Mr. Derreck yang menegang. Apa yang dimaksud Mr. Wood. Apa Mr Derreck adalah orang dibalik semua ini? Jika benar apa alasannya? Evie berusaha mengolah informasi yang tengah berputar diotaknya sambil mengikuti Wood keluar dari ruangan Mr. Derreck, ia melihat jelas pintu itu tertutup dibelakangnya

"Jadi Bobby," ujar Mr. Derreck kepada Bobby yang sedari tadi terus menunduk, tepat setelah Wood dan Evie keluar dari ruangannya. "apa menurutmu gadis itu akan benar-benar memimpikan keponakanku tersayang? Kapan kira-kira? Apa bisa dipercepat?"

"Apa?" Bobby terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan Mr. Derrect.

"Jangan pura-pura bodoh. Kau mengerti maksudku kan? Aku sudah tak sabar." Mr. Derreck menyenderkan punggungnya. "Dia lolos dari begitu banyak percobaan pembunuhan, bahkan ia sama sekali tidak mengalami trauma mendalam yang bisa mengganggu kesehatan fisik, mental bahkan psikisnya. Mengusiknya melalui BOP Corp juga tidak berpengaruh karena ia ternyata lebih cerdas dari dugaanku. Keponakanku bukanlah orang biasa, oleh karena itu untuk menghancurkannya aku juga membutuhkan sesuatu yang tak biasa."

---

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 06, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DREAMWhere stories live. Discover now