Evie berdiri di dermaga memperhatikan Doni yang sedang mengangkut barang-barangnya ke atas kapal. Hari ini Doni akan pergi meninggalkan Wood, membawa serta penyakitnya yang semakin hari semakin memburuk. Doni tersenyum sambil menepuk-nepukan kedua tangannya ketika kegiatannya sudah selesai.
"Apa kau yakin?" tanya Evie ragu, ia ingin Doni tetap ada disini.
"Lebih dari sekadar yakin, ini harus" jawab Doni tegas sambil berjalan ke arah Evie.
"Sudah berpamitan dengan Wood?"
"Aku tak akan berpamitan dengannya sebelum aku pergi karena dia pasti akan menahanku. Jadi tolong berikan ini kepadanya"
Evie menatap nanar sebuah flashdisc kecil di tangan Doni yang kini ada di tangannya. Salam terakhir atau apa? Evie tak tau.
"Aku akan berpamitan setelah pergi. Pastikan agar Wood tak sampai menerbangkan helikopter, dan pesawat jetnya, apalagi mengarungi lautan dengan Yatch miliknya hanya untuk menyusulku. Aku tak mau ia menemukanku"
"Menurutku mudah saja untuk Mr. Wood agar bisa menemukanmu"
"Tentu saja. Dia bisa melakukan segalanya. Cukup pastikan agar dia tak mengejarku"
"Aku tak berani jamin"
"Kau mau pergi kemana?" tanya Evie tiba-tiba tapi Doni hanya tersenyum dan berbalik, lalu berjalan menaiki kapal.
"Aku akan naik kapal mengarungi lautan penyesalan"
Doni menumpang kapal nelayan yang sama ketika Evie menginjakan kakinya pertama kali dipulau ini. Evie masih mengenal awak kapalnya, mereka adalah orang-orang baik hati yang terombang-ambing diatas lautan. Salah satu dari mereka tersenyum dan melambaikan tangannya kearah Evie, ia membalasnya.
"Tolong jaga dia" teriak Evie pada si awak kapal.
"Tentu saja nona"
Evie menatap Doni yang kini naik ke dek kapal, tepat diatas tempat penampungan ikan. Di tempat yang sama setiap kali Evie berdiri menatap langit senja di atas lautan. Tapi kini ia melihat senja yang lain, senja yang akan segera berubah menjadi malam tetapi belum tentu pagi hari akan datang menyeruak memecah gelap.
Doni terus melambaikan tangan ketika kapal itu bergerak dan mengecil dikejauhan. Evie tak tau darimana Doni mendapatkan informasi mengenai kapal itu. Dan kini ia ditinggal sendirian ditemani deburan ombak, semilir angin dan burung-burung camar yang kelaparan. Ia masih menggengam erat flashdisc titipan Doni ditanganya. Ia harus pergi dari sini karena hari sudah semakin siang.
---
Ia sampai digedung utama ketika semua orang terutama Mr. Wood terlihat begitu kebingungan. Dia berbicara dari satu orang ke orang lain dengan bahasa yang berbeda. Tapi Evie menangkap samar-samar apa yang sedang ia cari, yaitu Doni. Mr. Wood menoleh, mata birunya terlihat lebih besar meskipun dari kejauhan. Ia berlari menyusul Evie yang berdiri didekat tembok Thomas si Hologram dulu.
"Apa kau melihat Doni?" tanyanya kelelahan, wajahnya merah merona, peluh membasahi keningnya. Evie tak menjawab. Ia hanya mengulurkan genggaman tangannya yang berisi flasdhisc milik Doni lalu membukanya didepan Mr. Wood.
Mr. Wood mengerutkan keningnya sambil menggelengkan kepala tak percaya lalu meraihnya.
"Ia ingin pergi. Jangan menyusulnya"
"Aku tau ada yang tak beres dengannya sejak bertahun-tahun yang lalu"
"Tolong Mr. Wood, itu permintaanya kepadaku"
Mr. Wood tak berkata apa-apa lagi dan kini ia berlari kembali ke ruangannya. Dari jauh ia melihat Mr. Wood melakukan sesuatu dengan matanya. Ia pasti akan menangis.

YOU ARE READING
DREAM
Mystery / Thriller"Menyukai berarti membunuh, mencintai berarti membunuh, menyayangi berarti membunuh, mengasihi berarti membunuh". Kutukan apa yang melarangnya merasakan hal yang manusiawi? Bagaimana cara ia menghadapinya?