Keesokan harinya Wood mengadakan rapat dadakan dengan Divisi 2 yang dihadiri oleh Mr. Wood, Mrs. Kate, James, dan beberapa perwakilan teknisi handal dari Divisi 2. Sebenarnya Evie dan Natalie juga turut hadir, tapi mereka lebih memilih duduk di sisi lain, tepatnya di ujung meja panjang. Wood membuka rapatnya.
"Langsung saja, saat ini Circle80.Inc sedang dalam masalah. Masalah ini bermula pada proyek pulau yang secara tidak langsung berimbas pada Breta."
"Maksudnya Mr. Wood?" tanya Mrs. Kate yang duduk di samping kirinya tak mengerti.
"Breta terancam lepas dari Circle80.Inc jika pulau ini tak bisa dibuka untuk publik dalam jangka waktu 1 bulan."
"Kenapa bisa begitu?!" Ujar Mrs. Kate setengah berteriak, ia juga sama terkejutnya dengan Evie.
"BOP Corp, maksudku Mr. Devon Kloss. Mengancam akan menghentikan pasokan onderdil kepada Breta jika pulau ini tak juga rampung dalam waktu satu bulan." jawab James, "dan jika pulau ini benar-benar gagal sementara kita masih menginginkan agar Breta tetap beroprasi secara normal dan berada didalam ruang lingkup Circle80.Inc, ia berkata bahwa ia bersedia kembali memasok produknya asalkan ia punya 70% saham Breta. Itu artinya, seluruh saham Mr. Wood yang ada pada Breta akan berpindah padanya. Secara otomatis ia akan diangkat sebagai Direktur Utama Breta." Mendengar penjelasan James Mrs. Kate menghembuskan nafasnya kasar.
"BOP Corp itu dulu hanya pabrik kecil. Mereka jadi sebesar ini karena Mr. Devon Kloss memenangkan tender pengadaan onderdil waktu itu. Dan aku akui, produk pabrikan mereka memang bagus, apalagi mereka juga membuat onderdil pesawat dengan kualitas paling baik hanya untuk Breta." Ujar Mr. Kate.
"Apa yang sebenarnya ia inginkan Mr. Wood?" tanya James, matanya menatap Wood lekat-lekat. "Jika ia berhasil merebut Breta bukan tidak mungkin jika Circle80.Inc adalah tujuan utamanya!"
"Benar, James!" Sahut Natalie, James mengalihkan pandangan pada salah satu pada rekan kerjanya itu. "Oleh karena itu kita tak boleh kehilangan Breta. Karena Breta adalah perusahaan yang paling diistimewakan oleh mendiang Mr. John Wood, Ayahnya Mr. Wood, hampir 40% pendapatan kita berasal dari Breta."
"Oke, sudah berapa jauh pembangunan pulau ini?" tanya Mr. Wood. Seorang teknisi yang terduduk didepan Mr. Kate angkat bicara.
"Saya yang bertanggung jawab dilapangan memastikan bahwa proyek pulau ini sudah berjalan 95%. Lebih cepat dari dugaanku, jika anda ingin pembangunannya dipercepat kami akan menambah jumlah pekerja."
"Lakukan apapun yang diperlukan, dan aku ingin Mrs. Kate membentuk tim yang nanti akan ditugaskan di pabrik Breta untuk mempelajari onderdil yang digunakan Breta untuk membuat pesawat, terutama onderdil buatan BOP Corp. Sebisa mungkin kalian teliti, cari tahu dan buat sesuatu yang jauh lebih baik dari buatan BOP Corp." Mr. Wood menatap Mr. Kate yang dibalas dengan anggukan. "Aku tak mengerti, kenapa ini semua seakan-akan membuat Breta bergantung sepenuhnya pada BOP Corp."
"Kalau begitu, James, besok pergilah ke Breta bersama tim yang telah dibentuk Mrs. Kate. Temui Mr. Hady Frank dan katakan apa yang tengah terjadi padanya, jelaskan semuanya. Tegaskan padanya bahwa jabatannya di Breta sedang terancam."
"Baik, Mr. Wood" jawab James.
"Natalie, tetap awasi perputaran keuangan kita, pantau perubahan nilai saham Breta dan BOP Corp, karena aku tahu bahwa kabar ini sudah sampai ke telinga CEO yang hadir disana, mereka pasti akan mulai memainkan cara licik untuk menurunkan nilai saham Breta. Awasi pergerakan BOP Corp, cari tahu dengan siapa saja mereka berhubungan dan menjalin kerja sama"
"Baik. Mr. Wood"
"Tapi, kenapa ia bersikeras dengan pulau ini? Ada apa sebenarnya?" tanya Mrs. Kate, semua orang mengerutkan keningnya.
"Aku sendiri yang akan mencari tahu soal itu, karena kehilangan Breta sama saja dengan kehilangan kepercayaan ayahku. Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan Breta." ujar Wood penuh keyakinan.
"Maaf, Mr. Wood." ujar Evie menginterupsi. "Apa kita tak bisa berusaha menguasai BOP Corp? Akan lebih mudah jika kita membeli sahamnya." Evie mengedarkan pandangannya, semua orang menatapnya aneh. Apa yang terjadi? "Apa kita tak punya sepersen pun saham BOP Corp?" tanya Evie ragu.
"Sayangnya tak punya," jawab Natalie. "kita tak punya sepeserpun saham di BOP Corp jadi kita tak bisa mengusik mereka, dan juga nilai saham mereka semakin tinggi pasca mereka memenangkan tender onderdil untuk pesawat tempur milik Inggris."
"Kau tau. Semacam standar ganda," tambah James, "mereka sepertinya sudah mempersiapkan segalanya. Jika proyek pulau ini gagal, dan kita bersikeras mempertahankan Breta sedangkan kita tak mau mengikuti keinginannya yang otomatis membuatnya gagal menguasai Breta, ia jelas masih punya cadangan lain yaitu proyek pesawat tempur milik Inggris, nilainya pasti tak kalah besar dengan Breta. Tau sendiri kan? Inggris tak pernah main-main dalam hal menambah kekuatan pasukan perangnya."
"Dan juga," tambah Natalie. "BOP corp sudah lama tidak menjual sahamnya."
Evie mengangguk. Kenapa semuanya mendadak rumit hanya karena satu hal. Breta, entah mengapa sejak awal, ketika Mr. Wood mulai membahas masalah Breta dengannya ia merasa ada yang janggal dengan perusahaaan itu. Bukan pada perusahaannya, tapi pada orang-orang yang ada dibalik berdirinya Breta. Ketika Evie mengetahui bahwa Breta bahkan tak memiliki pabrik onderdilnya sendiri dan selama ini Breta hanya bisa mengandalkan produk dari BOP Corp ia terkejut, janggal. Bahkan untuk mendirikan sebuah pabrik onderdil untuk Breta sebenarnya mudah saja bagi perusahaan sebesar Circle80.Inc, tapi apa yang terjadi? Apa selama ini Circle80.Inc tengah dikelabui? Kecolongan? Apa ada seseorang yang cukup kuat, yang punya kuasa mengatur segalanya agar Breta bisa tunduk pada BOP Corp?
Jika mereka terpaksa membangun pabrik onderdil khusus untuk Breta, sudah jelas akan sangat sulit. Spesifikasi dan keunggulan pesawat buatan Breta pasti memerlukan waktu bertahun-tahun untuk membuat setiap komponennya sempurna. Meskipun disini mereka punya para teknisi dan ilmuan handal tetap saja BOP Corp sudah punya pengalaman lebih dalam hal menangani Breta. BOP Corp juga pasti tak akan menyerahkan ilmuan dan teknisi mereka pada Circle80.Inc, mereka tak bodoh. Yang difokuskan kali ini adalah menjaga agar jangan sampai kualitas Breta menurun. Jangan sampai.
"Setidaknya," ujar Wood sambil menatap Evie yang tengah sibuk dengan fikirannya sendiri, "aku hanya perlu fokus untuk menyelesaikan proyek pulau ini. Oleh karena itu, aku perintahkan kalian tambah sistem pengamanan, siapkan orang-orang khusus untuk berjaga di pantai, dermaga dan rooftop. Perintahkan orang-orang IT untuk mempertebal sistem pertahanan informasi dan komunikasi kita. Jangan sampai ada yang keluar, atau masuk tanpa diketahui." Wood diam sejenak, "Pastikan tak ada yang mengganguku, kekacauan ini membuatku frustasi."
Mendengar itu Evie langsung mengangkat wajahnya dan memalingkannya kearah Wood. Wajah itu berubah, wajah yang biasanya terlihat santai, ramah, dan tenang mendadak menjadi tegang dan keras, ia kelihatan sedang menahan emosi. Itu adalah pertama kalinya ia melihat Wood dengan raut wajah seserius itu. Evie merasa khawatir padanya, ia takut jika Wood tetap dibiarkan dengan emosinya seperti ini ia bisa melakukan sesuatu yang merugikan. Dia CEO, harus tetap tenang menghadapi setiap konflik, tapi ia tak bisa melakukan apa-apa melainkan hanya duduk diam sambil menatapnya. Tak disangka Wood menggerakkan bola matanya dan tanpa sengaja mata keduanya bertumbukan, mereka bertatapan dalam waktu sepersekian detik, menyadari itu Evie langsung tertunduk kembali sambil meremas-remas tangannya.
"Dimatanya, bukan hanya ada emosi. Tapi semangat, keyakinan, dan harapan. Mr. Wood, kuharap semuanya akan berjalan lancar. Aku akan membantumu meskipun tak kau minta, karena aku sudah berjanji pada Doni untuk menggantikan posisinya disisimu" batin Evie.

YOU ARE READING
DREAM
Mistero / Thriller"Menyukai berarti membunuh, mencintai berarti membunuh, menyayangi berarti membunuh, mengasihi berarti membunuh". Kutukan apa yang melarangnya merasakan hal yang manusiawi? Bagaimana cara ia menghadapinya?