Breta

25 6 3
                                    

Evie duduk dimejanya, ia tengah mengatur ulang jadwal Mr. Wood karena terdapat banyak perubahan, James mengiriminya banyak salinan undangan pertemuan dan rapat via email yang harus ia sesuaikan dengan jadwal Mr. Wood. Ketika mengerjakannya ia baru sadar jika jadwal Wood tak sesibuk CEO lain, tak seperti ayahnya yang setiap minggu pasti pergi keluar kota bahkan keluar negeri hanya untuk urusan pekerjaan.

"Tapi jadwalnya mendadak padat begini? Apa Mr. Wood tak akan keberatan?" ujar Evie disela pekerjaannya.

Sementara itu Mr. Wood, James dan Natalie akan pulang sore hari ini setelah menghadiri acara pertemuan di Washington. Natalie sudah meneleponnya tadi hanya untuk menanyakan padanya oleh-oleh apa yang ingin ia bawakan untuknya.

Evie menatap jam tangan yang terpasang ditangan kirinya, jam tangan dari Doni. Jam itu menunjukan bahwa saat ini sudah masuk waktu makan siang, jadi Evie segera membereskan pekerjaannya dan berjalan santai ke ruang makan.

---

Diruang makan ia melihat Bobby yang sedang berbaris di antrian, Bobby rupanya menyadari kehadiran Evie jadi ia tersenyum kepadanya, tapi Evie sama sekali tak membalas senyumannya. Senyuman apa itu? Memuakkan. Batinnya. Lalu ia pergi ke kamarnya, ia mengurungkan niatnya untuk makan siang.

---

Langit jingga menjadi latar belakang yang indah ketika sebuah Helikopter mendarat mulus dihelipad tepat diatas gedung utama, Evie menggengam cardigannya yang tertiup angin dari baling-baling helikopter sambil melangkah mendekat. Ia melihat Wood turun dan segera meraih tas jinjingnya sambil memegang lengan Wood, pria itu terlihat lemas, sepertinya Jet Lag.

"Langsung istirahat ya, saya sudah rapikan kamarnya." ajak Evie, rambutnya yang berkibar membuatnya kesulitan memandang kedepan. Wood mengangguk pelan. James dan Natalie menyusul dari belakang.

---

Wood langsung tidur dikamarnya, sementara Evie, Natalie dan James berkumpul diruang tengah apartemen Wood.

"Bagaimana pertemuannya?" tanya Evie antusias.

"Ya begitu, menurutmu bagaimana?" jawab James yang tengah merebahkan tubuhnya di sofa panjang.

"Apa ada masalah Natalie?"

"Hmmm, masalah kecil..." jawab Natalie. "Mereka meragukan kemampuan Mr. Wood dalam mengelola Cilcle80.Inc. Alasannya klasik, karena Mr. Wood terlalu muda bagi mereka."

"Iya, mereka para tua bangka yang terlalu banyak bicara, mereka terus menerus memojokan Mr. Wood sementara orang yang dipojokkan diam saja. Mereka mungkin iri terhadap Wood karena mereka suskes ketika usianya sudah tidak muda lagi. Sementara anak-anak mereka tak ada yang bisa mereka harapkan untuk mengurus bisnis yang mereka bangun susah payah."

"Iya, kau kenal Jonathan Bauer? Seseorang melihatnya tengah berjudi di Macau, dan dia kalah banyak! Tapi tentu saja berita itu tak akan tersebar, mengingat ayahnya yang seorang penting di perusahaan media, sebusuk apapun kelakuannya posisinya tetap aman" Natalie mulai bergosip.

"Dasar anak-anak manja"

"Apa Mr. Wood jadi tertekan gara-gara itu?"

"Sepertinya iya, Evie, ketika dia bangun nanti tolong berikan makanan untuknya, ia belum makan apa-apa. Sekalian kau ajak bicara, pasti dia sedang down sekarang. Sayang sekali, pertemuan pertama yang ia hadiri ternyata jadi seperti ini"

"Baiklah, kalian pasti lelah, jadi istirahatlah.Biar aku yang menjaga Mr. Wood"

Natalie dan James mengangguk lalu pergi meninggalkan apartemen Mr. Wood. Sementara Evie berjalan ke ruang makan untuk mengambil beberapa makanan untuknya dan untuk Mr. Wood, karena ia juga lapar. Tapi ketika ia sampai makanannya sudah habis, jadi ia pergi ke dapur untuk meminta beberapa potong daging ayam, sayuran, dan bumbu masakan. Ia akan memasak di apartemen Wood karena ada pantry kecil disana.

-----

Ia meletakan masakannya dipiring lalu dibawa ke meja makan, ia merapikannya, ia sudah lama tak memasak, tapi bukan berarti ia tak bisa memasak, tentu saja bisa, ia sudah terbiasa membantu ibunya didapur. Ketika ia sedang mencuci peralatan masaknya ia mendengar seseorang membuka pintu lalu melangkah kearahnya. Ia menoleh..

"Mr. Wood! Sudah bangun. Sebaiknya makan dulu. Natalie bilang anda belum makan" ujar Evie sambil meneruskan kegiatan memcucinya, sedikit lagi.

"Iya, ini kau yang masak?" Evie mengangguk.

"Kalau begitu aku akan makan bersamamu."

"Oh, sebaiknya anda duluan saja yang makan, saya masih harus mencuci."

"Itu bisa dilanjutkan nanti ketika aku sudah selesai makan."

"Baiklah..." Evie berbalik, melepas lalu menggantung celemeknya di kapstok lalu duduk didepan Wood.

Mereka berdua makan dalam diam, tak ada yang berbicara. Evie senang karena sepertinya Wood menikmati masakannya karena ia makan dengan sangat lahap. Ketika ia menghabisakan makanannya Wood meraih segelas air putih didepannya, lalu meneguknya pelan.

"Gina? Apa aku terlihat meragukan?" tanya Wood tiba-tiba.

"Tidak, tentu saja tidak. Siapa yang bilang seperti itu?" Evie tau apa yang sedang Wood bicarakan.

"Mereka, dulu mereka relasi ayahku, mereka sangat dekat, dan senantiasa selalu mendukung satu sama lain. Tapi aku tak menyangka kalau ternyata mereka akan menyerangku seperti itu." tatapan Wood kosong, wajahnya terlihat lesu.

"Jangan terlalu difikirkan, anggap saja itu sebagai cambuk semangatmu!"

"Tapi salah satu dari mereka meminta 70% saham Breta *anak perusahaan Circle80 yang bergerak di bidang produksi pesawat terbang* jika aku gagal membuka pulau ini dalam waktu 1 bulan."

"Bagimana bisa begitu? Bukannya targetnya masih 2 bulan lagi?" Evie terkejut mendengar penjelasan Wood.

"Ia berani berkata seperti itu karena selama ini Breta menggunakan onderdil pesawat yang diproduksi perusahaannya. Aku tak habis fikir kenapa ayah tak sekalian membangun pabrik onderdilnya."

"Mr. Wood, tak tau kenapa. Aku merasa jika ada yang janggal, aneh. Breta dan pabrik onderdil pesawat itu, kenapa ia tiba-tiba minta 70% saham, itu bahkan lebih dari setengahnya."

"Sepertinya ada orang yang sudah lama mengincar Breta, bahkan ketika Breta baru berdiri, ia seakan menunggu Breta sampai cukup besar dan kuat lalu memisahkannya dari Circle80.Inc. Menguasai Breta sepenuhnya" Ujar Wood, Evie mengangguk.

"Breta adalah sektor bisnis yang sangat strategis. Hampir semua negara memesan pesawat kepada Breta. Perusahaan onderdil pesawat itu juga turut menunjang kualitas pesawat pabrikan Breta dengan menyertakan alat-alat terbaiknya. Aku rasa..." Evie berhenti ketika Wood mulai berbicara

"Rupanya mereka sudah merencanakan ini sejak lama. Soal pulau ini, bahkan ayahku sama sekali tak menyukai proyek ini karena ia pikir proyek pulau ini terlalu mengada-ngada dan tentunya memakan banyak modal dan sumber daya. Dan kalau proyek ini gagal, ruginya tidak sedikit. Tapi aku menyukai proyek gila ini, jadi aku melanjutkannya." Evie mengangguk. "Soal Breta, aku akan mencari tau siapa dalang dibalik permintaan 70% saham itu. Aku tak akan menyerahkan Breta begitu saja. Divisi 2 milik kita pasti bisa membuat onderdil yang lebih baik darinya. Jadi tolong kau atur jadwal rapatku dengan Mrs. Kate sekaligus seluruh tim di Divisi 2."

"Segera Mr. Wood!"

DREAMWhere stories live. Discover now