Rooftop

777 41 17
                                    

"Gina, bisa kau datang ke ruang meeting sekarang juga. Ada yang perlu dibereskan" ujar seseorang dari earphone yang selalu terpasang ditelinga kirinya. Evie memijit tombol kecil dibagian belakang daun telinganya lalu menjawab.

"Segera pak."

Dia bangkit sambil menoleh kesana kemari, suara Bobby terdengar semakin menjauh dari tempatnya, menuju tengah pulau. Evie segera berlari sekuat tenaga, terlebih karena dia tak mau berpapasan langsung dengan Bobby. Evie bergidig sepanjang jalan ketika mengingat kelakuan kakaknya.

---

Dia sampai di Meeting Room tepat waktu lalu segera membantu yang lain menyiapkan ruangan. Ia mengelap meja panjang yang terletak paling depan dan meraih balok bening yang bertuliskan nama C. J. Wood dengan huruf kapital. Akan diadakan pertemuan disini dan Mr. Wood sendiri yang akan memimpinnya. Disebelah kiri Mr. Wood adalah Derreck Wood dan disebelah kanannya adalah Kate Karvenagh. Evie sudah tau siapa itu Mr. Derreck, tapi Mrs. Kate, dia baru mendengarnya.

Pekerjaan sudah selesai ketika ia meletakan botol air mineral terakhir. Ruangan ini luas, ada 5 meja kosong didepan yang ditengahnya diisi tiga orang tadi. Lalu ada 100 meja lain didepannya, bangku itu kabarnya akan ditempati para pegawai baru yang akan diberi pengarahan langsung dari Mr. Wood. Evie juga pegawai baru disini, tapi ia tak mau menduduki salah satu bangku disitu, ia takut Bobby menemukannya.

Evie berpapasan dengan Mr. Wood ketika ia baru saja meninggalkan ruangan. Mr. Wood kelihatan baru memotong rambutnya yang berwarna kecoklatan karena rambutnya kini terlihat lebih pendek dan cepak, ia menata bagian atas rambutnya dengan model Spike yang sangat sesuai dengan bentuk wajahnya. Mengenakan celana jeans yang bagian bawahnya dilipat sedikit, dan kemeja hijau kotak-kotak. Pakaiannya tidak terlalu formal, mungkin rapat kali ini adalah rapat yang cukup santai. Evie melihat matanya. Mata birunya yang besar berbinar, bening bagai bagai air laut yang jernih. Jika ia bepergian seperti ini keluar pulau, pasti tak akan ada satu orang pun yang akan menyangka bahwa ia adalah CEO perusahaan yang cukup berpengaruh didunia. Melainkan seorang pemuda tampan dan flamboyan di pertengahan usia 20an.

"Sudah selesai?" tanyanya pada Evie sambil memutar kepalanya kepenjuru ruangan.

"Sudah."

"Bagus sekali. Terima kasih".

Evie menangguk karena itu semua memang sudah tugasnya.

"Aku tak melihatmu diruang makan. Kau kemana?"

"Duduk sebentar dipantai."

"O ya. Sekarang makan sianglah dulu. Aku tak mau pegawaiku menjalankan pekerjaannya dengan perut kosong."

Evie tersenyum lalu melihat serombongan orang yang tengah berjalan kearahnya dari belakang punggung Mr. Wood. Mereka adalah pemuda pemudi berbakat yang pastinya pintar dan berasal dari seluruh penjuru dunia, kebanyakan dari mereka kelihahatan seumuran dengan Mr. Wood. Sebenarnya Evie ingin segera pergi tapi tubuh Mr. Wood ini sama sekali tak bergeming, berdiri diambang pintu menghalangi jalannya. Evie mulai mencari akal, ia memijit salah satu tombol disampingnya sehingga daun pintu yang satunya bisa terbuka lebar. Mr. Wood mengerutkan dahinya ketika Evie meminta izin untuk meninggalkan ruangan dan berjalan menuju celah yang baru saja terbuka daun pintunya. Mr. Wood mengangguk.

Dia berjalan memunggungi rombongan yang bergerak masuk keruang meeting dan bersyukur karena Mr. Wood tak memintanya melakukan hal lain sehingga ia tak perlu berlama-lama disana. Tapi ada yang aneh, Evie merasakan adanya sepasang mata keji yang menusuk tulang belikatnya. Sepasang mata itu pasti milik salah seorang dari rombongan itu. Mungkin saja Bobby ada disitu, ia bergidik, menggelengkan kepala, tapi kemudian ia mengangguk. Bobby sangat cerdas dan pintar, bukan tidak mungkin jika ia bekerja disini juga.

DREAMWhere stories live. Discover now