Isyarat

530 23 1
                                    

Liat gambar mata diatas. Itu bisa dibilang gambaran ekspresi matanya Wood. Cuma dikit sih, tapi gak apa-apa lah yah.. Hehe

Ada yang tau siapa pemilik gambar mata diatas?. Sosok Wood sendiri sebenarnya terinspirasi dari orang itu. Dia aktor asli Amerika, tapi ada banyak juga yang bilang kalo dia aktor Inggris, dan itu salah besaaar. Gambar itu juga dibuat oleh salah satu fansnya.

Dia termasuk salah satu dari 5 aktor Hollywood dengan Mata Terindah versi Cosmopolitan. Dia juga memerankan sosok Iconic di salah satu Film yang berhasil memborong 13 penghargaan Oscar dari berbagai kategori.

Ada yang tau? Kalau tau bisa jawab di Coment. Next part aku dibeberin deh siapa orangnya :D. Hahaha

---

"Hey Bobby, apa masih lama?" tanya Evie seakan sakit dimatanya bukan masalah serius.

"Hmmm?"

"Apa masih lama?" tanya Evie sekali lagi. Bobby melirik jam ditangan kanannya.

"Tunggu 5 menit lagi."

"5 menit lagi!!" Evie setengah berteriak. Ia kaget terlebih karena ia tak mau berlama-lama menahan rasa sakit ini seorang diri. "5 menit lagi katanya?" Evie bergumam.

"Sabarlah sedikit." itu adalah pertama kali Bobby mengucapkan kata 'sabar' kepadanya. Kata yang tepat, sabar disini punya dua kemungkinan, tetap sabar lalu matanya buta, atau sabar kemudian matanya cacat. Evie menelan ludah, tak ada pilihan bagus.

"Oke. Sekarang tinggal 4 menit benar begitu?" kata Evie. Ibu jari dan telunjuk tangan kirinya menahan kelopak matanya agar tak berkedip, sesuatu menggenangi matanya lalu meleleh ke pelipisnya. Itu pasti air mata, matanya terlalu lama terbuka. Tapi ini bukan air mata karena menangis, bukan.

Bobby diam saja. Wood berjalan kearahnya dan menggoyang-goyangkan tubuhnya. Tindakannya justru semakin memperparah sakit dimatanya.

"Kau tak apa-apa? Kenapa apa dengan mata kirimu?"

"Tak apa. Cairannya sedang bekerja." berpura-pura seperti ini ternyata membuatnya pusing, diminta bersabar oleh Bobby justru malah membuatnya ingin memuntahkan semua sarapannya. Ia tak tau kenapa perasaannya kepada Bobby berubah drastis. Dahulu ia sangat menakutinya dan tak mau berdekatan dengannya. Tapi sekarang, ia malah setuju untuk menjadi kelinci percobaan untuk penelitian kakaknya.

Apa semua ini karena Wood beserta pengaruh yang dibawanya. Mungkin saja, bagaimana pun tak ada satu orang pun yang berani mengusik seorang Mr. Wood.

"2 menit lagi." ujar Bobby.

"Kenapa prosesnya memakan waktu begitu lama untuk manusia?" kata Wood. Bobby tak menjawab, ia sepertinya benar-benar serius ingin membuat adiknya cacat.

Kesabarannya ternyata berbuah manis, sedikit demi sedikit perih dan sakit dimatanya hilang. Pandangan sebelah matanya yang tadi terlihat kabur dan suram kini sudah agak nyata dan jelas. Ia bisa menangkap mata Wood yang besar dan alis yang bergelombang menatapnya dengan penuh khawatir. Ia mengedipkan matanya hati-hati, memeras air mata yang menutupi pandangan matanya. Kini matanya telah kembali seperti semula, tak samar dan tak sakit. Evie tersenyum, entah karena apa. Mungkin karena penglihatan matanya bisa kembali normal, atau ini hanya senyum palsu. Karena Evie tak tau apa yang akan dilakukan Bobby selanjutnya, bisa jadi ini hanya permulaan.

"Selesai. Lihat dirimu!" Bobby menyerahkan sebuah cermin kepadanya. "Tetap hidup. Dan cari tau apa yang berbeda di dirimu."

Evie meraihnya dan melihat bayangan wajahnya dari cermin itu. Masih wajahnya, tapi ada sedikit yang ganjil.

"Akhirnya aku punya teman." Wood menepuk kedua tangannya gembira, mulutnya menganga lebar.

Evie kembali menatap pantulan wajahnya dicermin. Inilah yang dimaksud Wood, tak lain dan tak bukan adalah warna mata kirinya yang cenderung coklat gelap ketimbang hitam. Evie tersenyum karena Bobby ternyata tak membuatnya cacat. Apa Heterochomia juga bisa dibilang cacat? Menurutnya bukan. Itu hanya kelainan gen yang langka, tak semua orang memiliki warna mata seperti itu. Tapi itu dulu, sekarang segalanya sudah berbeda. Evie mendongak, mengangkat sebelah alisnya kearah Bobby. Seakan-akan ia bertanya dalam bahasa yang hanya dimengerti dirinya sendiri dan Bobby.

DREAMWhere stories live. Discover now