Bobby!!!

587 43 9
                                    

Evie sudah mulai tenang, tidak lagi terbatuk-batuk dan mulai makan dengan baik. Disampingnya ada Doni dan didepannya ada Mr. Wood.

"Are you allright?". Tanya pria didepannya. Evie hanya bengong dan mendadak tak dapat mengatakan apa-apa.

"I'm allright. Dont worry about me". Katanya pelan. Dia kembali menundukan wajahnya. Berusaha fokus dengan makanan didepannya.

Mr. Wood. Nama lengkapnya adalah Clarkson Jordan Wood tapi dia lebih suka dipanggil Mr. Wood. Usianya bukan 70 tahunan Evie jelas salah besar. Dia masih muda, bahkan terlalu muda untuk memimpin perusahaan besar seperti ini. Kulitnya putih dan sangat Amerika, itu terlihat dari bagaimana caranya berbicara dalam bahasa Inggris. Selama ini Evie lebih mendalami bahasa Inggris versi United Kingdom dan dia kurang begitu cocok dengan bahasa inggris United State. Evie mengintip dari poninya yang sengaja tak ia pangkas. Usianya sepertinya tak jauh berbeda dengan Bobby, sekitar 25 sampai 27 tahun. Bibirnya kecil dan hidungnya mancung. Alisnya tipis dan selalu bergelombang lucu ketika ia berbicara. Bulu matanya lentik seperti anak perempuan. Matanya biru terang, besar dan bulat melebihi ukuran normal bola mata, seperti bola mata yang sering ia dapati pada boneka yang menyerupai bayi. Wajahnya sempurna, seperti lukisan klasik dari jaman Renaissance.

Evie mulai fokus lagi dengan makanannya dan meneguk minumannya pelan.

"Wah, kenapa anda makan malam disini?". Tanya Doni kepada Mr. Wood yang kesannya bukan seperti pegawai dengan pemimpin. Tapi kawan dengan kawan.

"Well, sesekali makan bersama orang-orangku. Setiap hari makan dikantor itu membosankan". Jawab Mr. Wood dengan bahasa Indonesia yang sempurna. Evie berdecak kagum.

"Kapan Pulau ini akan dibuka secara resmi?". Tanya Doni lagi.

"Ya, kita harus membereskannya dulu. 3 bulan lagi, itu sudah lebih dari cukup. Katakan padaku kalau kau punya masukan?". Katanya pada Doni.

"Tentu. Mr. Wood".

Mata Evie berputar membayangkan saat pertama kali ia sampai disini. Pulau ini jika dilihat dari luar seperti pulau kosong yang tak berpenghuni, hanya pohon dan suara deburan ombak yang menghantam pantai. Tapi ketika ia berjalan ke bagian pulau yang lebih dalam, ia melihat sesuatu yang belum dilihat sebelumnya ditempat lain. Sangat canggih dan futuristic. Layar transparan, dinding bergambar, atap yang berubah warna, Thomas si hologram, warna indah yang dipantulkan kaca bangunan ketika terkena matahari. Jalan lebar di darat dan udara. Ia seperti berada di tempat lain, di dunia yang biasa dia lihat di film bertema Science Fiction, atau tempat Distopia tanpa pemimpin yang mengekang bahkan mendekati Utopia. Dia masih takjub dengan keadaan disekelilingnya, tiba-tiba Mr. Wood menghacurkan lamunannya.

"Kamu bekerja disini?". Tanyanya.

"Ya".

"Sebagai apa?".

"Cleaning Service".

"Oke. Selamat bekerja sama dengan kami".

Evie mengangguk. Makanannya sudah habis dan ia ingin cepat kembali kekamarnya.

---

Besoknya, ia berkutat dengan alat pembersih lantai yang ada di depannya. Ia berjongkok memandang setiap sisinya guna mencari tau apa yang harus dia lakukan agar alat ini bisa bergerak. Bentuknya pipih lebar, dia belum melihat benda semacam ini dimanapun hingga seorang Cleaning Service pria datang mendekatinya.

"Bingung ya?". Tanyanya. Evie mengangguk.

Dia tersenyum, lalu memijit banyak tombol dan panel.

"Yang merah untuk mengatur kecepatan, yang biru untuk mengeringkan dan yang kuning untuk membersihkan".

Evie masih bingung. Ada banyak tombol disana. Mendadak ia berfikir bahwa ia tengah membersihkan lantai dengan keyboard komputer. Lalu Cleaning Service tadi pergi. Ia melanjutkan pekerjaannya.

Menjelang siang dan pekerjaannya sudah selesai. Evie memutuskan diri untuk jalan-jalan di pantai. Sekadar duduk-duduk sambil melihat laut. Ia mulai berjalan sendirian, menjauhi segala hal canggih dibelakangnya hingga ia sampai dipantai. Pasirnya yang kehitaman dan gradasi warna hijau dan biru air laug justru terlihat sangat eksotis. Dia duduk, menikmati deburan ombak dan semilir angin. Penuh kedamaian, sehingga secara tak sadar, ia jatuh terlelap.

---

Ia bangun, lalu buru-buru memeriksa jam tangannya. Masih jam satu siang. Dia mengangkat kepalanya ketika mendengar suara orang-orang yang bercakap-cakap di dermaga. Dia bangkit, berjalan menuju sumber suara. Tapi sepertinya ia mengenal salah satu dari banyak suara itu. Suara yang membuat hidupnya selalu merasa terancam. Dengan ragu ia berjalan lalu mengintip dari balik pepohonan. Evie kaget bahkan hampir terjungkal ketika melihat pemandangan didepannya.

"Itu Bobby! Jelas-jelas itu Bobby. Apa yang sedang ia lakukan disini?". Evie bergumam tak percaya. Mendadak dia menyadari bahwa dunia ini benar-benar sempit.

Bobby bersama lima orang lain dab Mr. Derreck mulai berjalan meninggalkan dermaga menuju bagian dalam pulau. Evie terjatuh, dia merasa pelariannya sejauh ini sia-sia. Dia pikir ini adalah tempat yang paling pas untuk memulai hidup baru. Tapi dia salah. Kakaknya sekarang ada disini.

---

DREAMWhere stories live. Discover now