10. Jaxword [2]

39 17 0
                                    

Dua menit berlalu setelah adu mulut dengan Jaxword. Dia kini melepaskan ikatan yang sejak tadi melilit tanganku. Aku berusaha menahan rasa takutku saat melihat telapak tanganku yang sudah hancur, dipenuhi oleh darah. Luka di mana-mana, dicampur dengan pasir dan keringat. Aku harap tanganku tidak terinfeksi.

"Rhema! Kau tak apa?" teriak Jaxword.

Gadis penyihir itu mengangkat kepalanya, menatap Jaxword mantap. "Ya! Saya baik!"

Jaxword terdiam sejenak, ia menatapku kesal, kemudian beralih menatap penyihirnya. "Sembuhkan dia. Jangan terlalu memaksakan dirimu," balas Jaxword.

Gadis penyihir bernama Rhema itu mengangguk dan mendekatiku. Wajahnya jauh terlihat lebih buruk saat dilihat dari dekat. Terlihat pucat, bibirnya kering, napasnya juga terdengar sangat kasar. Rhema memegang tangan kananku, kemudian mulai mengucapkan mantra.

Cahaya kekuningan terasa hangat mengelilingi tanganku, membersihkan lukaku, kemudian menyembuhkannya. Bentuk tanganku kembali seperti semula. Rhema kembali memegang tangan kiriku, melakukan hal yang sama. Aku tidak bisa berkutik.

Setelah cukup yakin, aku berbicara pelan. "Aku akan membantumu keluar dari sini."

Ia tidak bersuara membalasku. Lalu ketika tangannya kembali menyentuh telapak tanganku ia menjawab, "Tidak perlu. Saya lebih nyaman di sini, bersama tuan Jaxword." Kalimat tersebut seperti tidak perlu pertimbangan apa-apa darinya.

"Kau terpaksa, kan, mengatakannya?" Aku menarik tangannya, membuatnya mengeluarkan wajah kesal.

Tanganku ditepis oleh Jaxword, ia sudah berada di depanku, sangat cepat. Tubuhnya menangkap Rhema dalam pelukannya. "Jangan pernah menyentuh penyihirku."

Aku terdiam sebentar, berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Jaxword mempunyai kekuatn untuk mengendalikan orang lain. sedangkan Rhema adalah seorang penyihir dan tidak menutup kemungkinan jika ia bisa mengendalikan Jaxword. Hanya saja, dua mahkluk ini terlihat memiliki hubungan tanpa paksaan.

Hubungan?

Rhema kembali ke tempatnya, Crane sudah menyingkir, begitu juga dengan Varnie, ia masih berakting bahwa ia berada dalam pengaruh Jaxword. Kini aku dan Jaxword saling berhadapan.

Aku harus bertahan, dua menit? Tidak, melihat serangan Jaxword akan sangat sulit. Namun, waktu kami juga tipis, salah-salah nyawaku bisa hilang dalam hitungan detik.

"Kau dalam keadaan terbaik, jadi tidak akan ada lagi yang menganggapku melawan mahkluk lemah." Setelah mengucapkan itu, tubuh Jaxword bergerak, melepaskan satu pukulan di wajahku, dan dengan cepat ia kembali ke tempat sebelumnya.

Wah, aku sudah knockout di awal. Aku menggeleng pelan, mencari keseimbangan, kemudian mulai fokus menatap Jaxword. Kakiku menyiapkan kuda-kuda, sambil tanganku bersiap untuk menahan serangan Jaxword. Tulang hidungku rasanya patah karena serangan itu.

"Kau tak akan bisa mengenaiku," ujarku pelan.

Jaxword menghela napas kasar, tubuhnya kembali bergerak. Tangannya bersiap, kemudian melepaskan satu pukulan. Meleset, pukulan itu mengenai dinding, membuat sedikit suara bangunan yang akan roboh. Membuatku menatap ngeri hasil dari pukulannya itu.

Apa aku akan tetap hidup jika terkena serangannya?

Jaxword bergerak lagi, kali ini lebih cepat dari sebelumnya. Beberapa pukulannya meleset, beberapa lagi bisa kutahan. Satu pukulannya mengenai para De Ax bawahannya, membuat kepala De Ax itu putus.

Kenapa jika mengenaiku hal seperti itu tidak terjadi? Apa dia menahan kekuatannya? Untuk apa?

Satu menit berlalu, Jaxword di depanku terlihat tidak kelelahan sedikit pun. Tangannya masih terus meluncurkan serangan demi serangan. Tanganku mulai merasakan pembengkakkan, mungkin luka dalam dan menimbulkan memar. Hanya saja, aku harus menyusun rencana untuk kabur dari tempat ini.

RUBIK [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang