Napasku tertahan, mataku tidak bisa melihat dengan jernih. Detik selanjutnya, darah segar mengalir dari luka yang diakibatkan oleh Dixcard. Napasku mulai menderu kencang, tanganku menahan bekas luka tadi. Besar, seperti tubuhku sedang berlubang.
Kakiku bergerak mundur dengan kaku, darah masih tidak berhenti mengalir. Semuanya terdengar nyaring di sekitarku.
"Harvel!" Crane berteriak kencang.
Tanganku bergetar, napasku tidak teratur, tatapanku benar-benar kacau.
Crane bagaimana ini? Aku akan mati? Bagaimana dengan janjiku pada mereka semua? Aku benar-benar akan mati? Tubuhku jatuh di sekitaran batang pohon yang telah ditebang karena kartu Dixcard tadi. Darah masih tidak kunjung berhenti dari tubuhku. Tanganku terus merasakan darah hangat dari lubang itu.
Zhroo berlari mendekatiku, mulai mengeluarkan cahaya kuning yang sangat gelap. Di depan sana, pertarungan tidak bisa dihentikan. Pertarungannya semakin sengit, Dixcard beberapa kali berhasil membanting tubuh Asheera dan Crane.
"Harvel! Fokus!" Zhroo berteriak di hadapanku.
Wajahnya yang pucat penuh dengan keringat membasahinya. Kegiatan Zhroo menjadi dua kali lebih cepat. Ia memotong sedikit rambut putihnya, kemudian meremuknya. Rambutnya berubah menjadi serbuk. Ia menebarkan serbuk itu di luka yang ada di perutku.
"Fokus, tatap aku. Lakukan pernapasan perut, kemudian tahan dan keluarkan secara perlahan. Kau mengerti?" ucapnya dengan cepat.
Aku mengangguk kasar, sesekali menegak air liurku.
"Satu .... dua .... tiga."
Aku mulai menarik napasku panjang, kemudian menahannya di perut. Secara perlahan, aku mengeluarkan lagi napasku. Wajah Zhroo mulai berubah perlahan. Mulutnya komat-kamit membaca mantra, membuat serbuk putih tadi berubah menjadi cahaya putih yang hangat. Cahaya itu perlahan memasuki sel tubuhku, membuat partikel penyusun atom yang ada di tubuhku. Darah perlahan mulai berkurang, lukaku perlahan menutup.
Napasku menderu kencang, dalam hitungan lima menit, lukaku menghilang. Aku seperti kehilangan akal sehatku. Bagaimana jika aku mati tadi? Bagaimana jika luka itu lebih dalam dari perkiraanku. Bagaimana jika-
"HARVEL!"
Di detik itu juga aku seharusnya tahu, sedikit pun aku tidak bisa mengalihkan kefokusanku dari apa pun. Di depanku, Crane sedang menghalangiku supaya tidak berhadapan langsung dengan tubuh besar Dixcard. Tangan kirinya yang menggenggam pedang lebar, putus. Insting liarku berkata, setelah ini aku akan mati sungguhan.
Tubuhku terlempar jauh akibat tendangan Crane. Semua yang ada di hadapanku perlahan bergerak seperti mode lambat. Darah muncrat dari tangan Crane yang putus. Tali cahaya Asheera yang berusaha mengendalikan Varnie, dan Varnie dengan pisau khas miliknya yang siap memenggal kepala Dixcard.
"ARGGHH!" Dengan satu erangan dari Dixcard, membuat angin di sekitar kami berhembus kencang.
"Membeku." Aku tidak punya pilihan lain.
Dalam dua detik, waktu berhenti, melapisi warna biru di sekitarku. Udara berhembusan pelan, darah Crane tak lagi muncrat, teriakan Asheera terhenti. Di sebelah kananku, Zhroo yang tengah berlari juga membeku. Aku bisa menggunakan kekuatan sang mulut manis untuk kedua kalinya.
Tapi, kenapa?
"Varnie? Kenapa?"
Varnie menghela napas pelan. "Kerja bagus, Harvel."
Aku menatap gadis berambut jamur itu tidak percaya. "Tadi itu benar, kan? Kau yang membekukan waktu juga, kau yang mengendalikan kartu-kartu Dixcard itu? Saat melawan Saxphon juga begitu!"

KAMU SEDANG MEMBACA
RUBIK [TAMAT]
Fantasy⚠Mengandung Kata Kasar dan Kekerasan⚠ Kehidupan itu singkat, sesingkat saat aku menyadari jika aku telah ditinggalkan oleh banyak orang. Suatu hari, terjadi keretakan di seluruh dunia. Tidak hanya ruang, namun juga waktu, membawaku ke dunia yang ant...