Grava tidak ikut dengan kami, meskipun sejatinya dia sudah menjadi sekutu kami karena Crane, Dia mengatakan bahwa ia tidak ingin turun tangan. Grava memberi kami tempat untuk beristirahat, makan, dan berbagai macam senjata. Tidak hanya itu, dia turut membantuku menyusun rencana. Walau aku tahu, satu rencana tidak akan cukup melawan penguasa dunia ini, jadi aku harus menyiapkan rencana yang lain.
"Bergeraklah saat matahari mulai terbenam, para De Ax memang sering berkeliaran saat malam hari, tapi mereka tidak akan mendekati pantai. Air pantai di sini, sangat berbahaya untuk mereka. Selama aku menyusuri pantai, mungkin setidaknya hanya lima persen De Ax yang berkeliaran di sana. Kalian akan tersamarkan dengan bau, meskipun begitu berusahalah untuk tidak menarik perhatian." Meskipun terlihat sederhana, itu adalah peringatan yang cukup untuk kami supaya selalu bersiaga.
Pasir yang basah menghampiri sepatu kainku. Di ujung sana, lautan telah terbentang, sedang pasang. Aromanya bukan seperti aroma laut yang asin, baunya asam. Sesuai perkataan Grava, tidak ada De Ax yang terlihat, mungkin lebih tepatnya belum terlihat. Crane berhenti tepat di depan sebuah pohon yang mirip dengan pohon kelapa, bedanya buah pohon itu berwarna merah tua, dan beberapa warna biru.
Dalam hitungan detik, suara tusukan pisau mengacaukan fokusku. Di belakangku, Varnie sudah menusuk De Ax. Bukan hanya Varnie, tetapi Crane juga demikian. Tidak dari satu sisi, tapi seluruh sisi mengurung kami, seolah mereka sudah menunggu kedatangan kami. Varnie, Crane dan aku saling berdekatan.
"Apa kita harus menyerangnya?" tanya Varnie pelan. Pisaunya masih menodong para De Ax kecil yang semakin bertambah jumlahnya.
"Kita tidak bisa berpikir lambat, bunuh saja semuanya," balas Crane.
Varnie mengangguk. "Kau benar."
Lawan? Lawan sama saja dengan membunuh, kan? Apa, apa yang harus aku lakukan? Oh, Harvel, tenang, lakukan seperti biasa.
Aku mengambil rubikku, mulai mengotak-atiknya. Tubuhku sesekali menghindari serangan para De Ax, walau luka tetap tidak bisa dihindari. Rubik yang sudah kuputar dua kali secara aksen, lalu memutar bagian atas ke bawah, lantas berputar tiga kali secara sendirinya, menghasilkan warna merah penuh di setiap sisi. Tidak ada warna yang lain. menandakan kami dalam bahaya.
Oh, tidak. "Crane! Varnie! Berlindung!" teriakku seketika.
Sayangnya teriakanku sudah sangat terlambat. Guncangan menghampiri kaki kami, menyisakan getaran yang sangat besar. Tanah bergetar, terbuka lebar. Kami masuk ke dalam perangkap bawah tanah, terjatuh di dalam lubang di sekitar pantai. Para De Ax yang tadi menyerang kami ikut jatuh beberapa dan langsung dihabisi oleh Crane.
Tubuhku terasa sakitnya, terbanting dari ketinggian sekitar sepuluh meter. Entah aku harus bersyukur karena sempat ditahan oleh tubuh Crane, luka di tubuhku jadi tidak terlalu parah. Sedangkan Varnie dapat mendarat dengan kedua kakinya secara sempurna. Kami bertiga saling mendekat, mencari pencahayaan sedikit. Crane menghidupkan obor yang sudah disediakan oleh Grava sebelumnya, kemudian melihat ke sana ke mari.
Dari sini aku bisa mendengar suara berdecit seperti tikus, sangat berisik, seperti ada banyak jumlahnya. Crane berjalan pelan menuju lorong gelap yang berada di sebelahnya. Ia dan Varnie bisa berjalan tanpa suara sedikit pun, tapi aku merasa sulit. Berjalan tanpa suara bukanlah keahlianku. Crane tetap terdiam selama beberapa menit perjalanan. Varnie di belakangku masih terus bersiap, berjaga jika ada musuh yang menyerang.
Bau amis menyambut hidung kami. Amis darah, serta bau busuk lainnya. Itu menjijikkan, bahkan seperti mencium aroma ribuan tikus yang mati di jalanan. Aku dengan segera menutup mulut dan hidungku. Aroma ini sama seperti bau De Ax yang dibunuh Varnie, tetapi ini jauh lebih busuk. Membuat pikiranku membatalkan semua rencana yang ada.
![](https://img.wattpad.com/cover/262329287-288-k508285.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RUBIK [TAMAT]
Fantasy⚠Mengandung Kata Kasar dan Kekerasan⚠ Kehidupan itu singkat, sesingkat saat aku menyadari jika aku telah ditinggalkan oleh banyak orang. Suatu hari, terjadi keretakan di seluruh dunia. Tidak hanya ruang, namun juga waktu, membawaku ke dunia yang ant...