22. Dixcard [3]

22 8 0
                                    

Perlahan kaki kami mulai bergerak mundur, senjata teracung ke depan. Membuatku tersadar bahwa Dixcard yang kami lawan sebelumnya bukanlah Dixcard sesungguhnya. Mataku tertuju pada anggota yang lain. mereka terlihat kaget, memikirkan hal yang sama.

Jika ini Dixcard, siapa Dixcard yang sebelumnya kami lawan?

Sosok Dixcard berteriak, sangat keras. Suaranya berat, mengeluarkan angin kencang, yang menghempaskan kami hingga melewati perbatasan. Beberapa daun turut berterbangan karena itu.

"Jangan pernah memasuki wilayahku. Aku masih menghormati kalian sebagai pendiri yang lama!" teriak Dixcard memperingati.

Menghormati? Apakah keluarga Trapolius termausk ke dalam pendiri? Selain Deluxe dan kerajaan Elf serta peri.

"Kalian yang sudah melanggar perjanjian itu!" balas Zhroo tidak mau kalah. Ia dengan cepat berdiri dari tempatnya, mengacungkan pedang kayunya.

Dixcard bergerak cepat, namun tidak secepat Saxphon. Mataku masih bisa mengikuti pergerakannya. Ia bergerak ke sana ke mari, melontarkan serangan berskala besar dengan sabitnya yang lebar. Ditambah kartu yang terlempar ke sana kemari layaknya boomerang yang terus mengejar kami.

Dixcard melewati perbatasan, menghempaskan satu sabetan dari sabitnya. Menyisakan tanah yang terbelah dua. Kami semua jadi berpencar. Aku berdua dengan Asheera, Varnie berdua dengan Crane, dan Zhroo sudah mulai bergerak dengan caranya sendiri, memutari Dixcard dengan jarak dua hingga tiga pohon yang ada di belakang Dixcard. Peletakan senjata Dixcard berubah. Kedua tangan kirinya memegang kartu-kartu, sedangkan kedua tangan kanannya memegang sabit.

Aku pikir, pola serangannya akan berbeda. Apa yang akan Zhroo pikirkan untuk melawannya?

Tidak ada kartu terbang lagi, ia menarik kartunya dan disimpannya ke dalam kulitnya yang meresap. Kartu itu seperti senjata lanjutan miliknya. Saat salah satu kami berada di jangkauannya, kartu akan lepas dari kulitnya. Namun, saat jaraknya cukup jauh, dia hanya akan mengayunkan sabitnya.

Saat ini, aku dan Asheera tidak berada di dalam jangkauan Dixcard. Tangan Asheera terus mengacung ke depan saat Zhroo berteriak kencang memanggil namanya. Tiga puluh detik, awan hitam mendekati kami, menurunkan kadar hidrogen sehingga membuat seluruh tubuh basah. Di saat yang sama juga, Dixcard disengat petir.

Tubuhku seketika berada di dalam barrier milik Asheera, begitu juga dengan yang lainnya. Tubuh kami aman dari sengatan petir, tetapi tidak dengan hujan. Hal ini tidak berlangsung lama, sebab Dixcard tidak terjatuh sedikit pun, seolah sengatan petir tadi hanya menambah kekuatn untuknya. Varnie dan Crane kembali menyerang di depan sana.

Zhroo mendekati kami, mulai melakukan penyembuhan pada Asheera. Tangannya terus bercahaya saat ia mulai mengucapkan mantra. Cahaya itu tak hanya mengelilingi Asheera, tapi tubuhnya juga.

Aku memperhatikan di depan sana saat kegiatan Zhroo hampir selesai. Dixcard yang ini bisa terluka. Butiran serbuk biru mulai berterbangan seiring dengan pergerakan pedang dari Crane dan sabit dari Dixcard. Kaki mereka lincah ke sana kemari, menebang beberapa pohon saat bergerak.

Kenapa di saat seperti ini, aku tidak berguna sama sekali?

Kakiku mulai bergerak meskipun Zhroo sudah melarangku sejak tadi. Ia terus berteriak supaya aku tetap di tempat yang aman. Aku tahu, ia khawatir dan takut ada lagi korban dari penyerangan para pediri. Namun, aku tidak bisa membiarkan keegoisan mereka yang bekerja. Meskipun demi dunia mereka, ini adalah keegoisanku untk menyeang pendiri dalam waktu dekat.

Aku mulai bergerka mendekati Crane. Pernapasan Crane sangat teratur. Ia menggunakan pernapasan perut, saat ia sedang manarik napas, ia akan menahan dan mengeluarkannya secara perlahan. Pedang lebarnya terus terhunus ke depan, bergantian denganku dan Varnie yang menyerang.

RUBIK [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang