16. Hubungan Kekeluargaan

18 10 0
                                    

Aku baru menyadari ini beberapa detik lalu. Saxphon yang terdiam, tangan yang terluka, dan kaki yang terus menyerang. Ditambah sisi bibir yang mengeluarkan darah. Saxphon tidak baik-baik saja.

Kekuatan milik Saxphon sama miripnya dengan sang mulut manis. Hanya saja cara mengaktifkannya yang berbeda. jika sang mulut manis hanya perlu sugesti dan langsung berbicara, maka Saxphon perlu bernyanyi.

Ia mengalami luka yang cukup berat sejak melawan Asheera. Jika menggunakan kekuatan berlebihan maka ia akan mati. Saxphon menyadari itu dan dia hendak menyandera kami cukup lama sampai kekuatannya kembali pulih.

"Crane, kau hanya perlu jawab ya atau tidak. Apa sang mulut manis benar-benar mati oleh sang ibu para De Ax?"

Crane menatapku kaget, begitu juga dengan Rhema dan Saxphon. Saxphon menggeram, tubuhnya bergerak cepat, sangat cepat dari yang aku duga. Ia menggerakkan tangannya melepaskan satu pukulan di tubuhku. Berbeda dengan Jaxword, Saxphon tidak peduli bagaimana kondisi lawan. Tidak ada yang bisa kujadikan pancingan emosi untuk Saxphon, ini rumit.

"CRANE!"

Crane tersentak dengan teriakanku, kemudian mengangguk. "Iya."

Lebih tepatnya, sang ibu pernah bersama sang mulut manis, kemudian berakhir tragis dengan dimakan. Menjijikkan. Bisa-bisanya seperti itu.

"Jadi kau marah padaku karena bisa saja ayahku sang mulut manis, Saxphon?"

di dunia ini aku mengorbankan akal sehatku. Sang ibu para De Ax menikahi sang mulut manis, lantas memiliki anak, si anak emas. Anak emas terus berkembang, memiliki keturunan dan lainnya. Saxphon memiliki tali keturunan yang sama dengan si anak emas, majikannya Xrov. Oleh karena itu, dalam beberapa kasus Saxphon tidak bisa membunuhku.

"DIAM!" Saxphon menjatuhkan rubikku. Tubuhnya kembali bergerak cepat, mencekik leherku. Kuku-kukunya yang tajam menggores kulit leherku. Jika ini terjadi lebih jauh lagi, kepalaku hanya akan lepas dari tubuhku.

Dengan napas yang tersengal, aku kembali bersuara. "Bergeraklah Varnie, Asheera."

Satu pukulan lepas layaknya bom, Saxphon terhantam jauh, menembus dinding yang ada di sebelahku. Tubuhku jatuh dengan paru-paru yang rakus mencari oksigen. Di hadapanku, Varnie dan Asheera kembali muncul dengan napas yang tersengal juga.

Asheera tidak membuang waktu, tubuhnya dengan gesit melepas Rhema dan Crane yang tergantung di atas sana. Asheera kembali lagi di hadapanku, mengulurkan tangannya. Senyuman kecut kutampilkan, meraih tangan Asheera dan berdiri dari tempatku.

"Tidak kusangka ada yang bisa menyimpulkan tentang sang mulut manis seperti ini." Asheera membuka suara. Tangannya mengeluarkan cahaya hangat dan menyembuhkanku dengan mantra seorang elf.

"HARVEL!"

Lagi-lagi, teriakan itu selalu menggema dipikiranku, kemudian kejadian yang tidak kuduga akan terjadi.

Terlalu buruk. Saxphon memukulku sangat keras, menembus dua dinding di belakangku. Mulutnya tidak henti mengucapkan mantra, begitu juga dengan tangannya yang tidak henti memukul tubuhku. Jika aku mendiagnosa sendiri, maka tulangku sudah patah, tulang rusukku bisa saja sudah menembus paru-paruku dan dalam hitungan detik aku akan mati.

Jangan bercanda!

Kenapa? Bukannya tadi dia tidak bisa bergerak lagi? Jangan bercanda. Kepalaku sudah sakit sejak tadi dipukulinya, ditambah hantaman dinding ini, kepalaku bisa bocor, sial!

Aku berusaha melepas cekikan satu tangan dari Saxphon. Tanganku berusaha memukulnya, kuku-kukuku berusaha mencakar Saxphon. Dia tidak mau melepaskanku. Satu pukulan terakhir, jika berlanjut aku bisa kehilangan kesadaranku.

RUBIK [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang