Aku mengatur pernapasanku, menyiapkan kuda-kuda dan memperhatikan apa yang ada di hadapanku. Varnie, atau mungkin Rubx, ia sudah berubah seperti anak kecil umur sembilan tahunan. Bola matanya hilang, cairan hitam terus keluar dari kedua lubang matanya. Bajunya berwarna abu-abu, senyumannya lebar hingga mencapai sisi-sisi wajahnya yang lain. Ia menampakkan deretan taringnya, dengan aroma menjijikkan yang mengelilingiku. Permata warna-warni itu sudah berada di dahinya sekarang.
Bagaikan disengat listrik, tubuhku bergetar hebat saat satu jari anak itu menyentuh tubuhku. Di kepalaku terputar sebuah cerita, mirip seperti dongeng. Anak itu tersenyum kecut, kemudian berbicara.
"Kematian." Satu kata ringan yang keluar dari mulut anak kecil, seperti kutukan dalam hidup.
Aku mundur satu langkah, menutup telingaku. Kini dalam pikiranku, anak itu kembali muncul, berbicara dengan sosok tua renta. Kaki kecilnya mengikuti nenek yang berjalan menuju sebuah sungai. Ia tertawa ringan sembari membantu nenek itu mengangkat seember air. Tapi, cerita itu berhenti saat tubuhnya menjatuhkan nenek itu ke dalam sungai.
Tubuhku serasa disengat listrik lagi. Aku harus sadar, meskipun nanti kakiku hancur, aku harus tetap sadar. Aku harus ingat saat Zhroo mengatakan bahwa Rubx menggunakan kekuatan ilusi untuk melawan musuhnya. Saat ini, Rubx dan Varnie ada di luar tempat ini. Lantas siapa anak kecil ini?
Satu pukulan lepas dari anak itu, menyisakan luka di tanganku. Bajuku sudah robek sejak tusukkan yang dibuat oleh Dixcard menjadi semakin parah dengan pukulan yang dilepas anak itu. Ia menyerang secara babi buta, dan menendangku dengan kaki kecilnya.
Ia tertawa ringan sambil mengentakkan kaki-kakinya. Ia menepuk tangannya dan tersenyum lebar setelah berhasil menjatuhkanku. Kakinya bergerak lagi sesekali melompat-lompat ria dalam jalannya. Aku tidak bisa menyentuhnya sejak tadi. Ia layaknya anak kecil yang sedang bermain dengan ria tanpa peduli atas apa yang ia lakukan.
Hanya dia yang bisa menyentuhku. Bagaimana ini?
"Jatuhlah."
Tubuhku terpelanting jauh, keluar dari ruangan warna-warni itu. Bagaikan suara kaca pecah, ruangan tadi berubah menjadi cahaya berwarna biru cerah, dan hilang seperti dituip angin. Semuanya terlihat kacau.
Crane sudah berwajah pucat, tangannya yang putus sudah tertutup rapat bagaikan sehabis diamputasi. Zhroo dengan jari-jarinya yang mengeluarkan tali kehidupan terus bergerak ke sana kemari, berusaha menangkap Rubx yang terus bergerak.
Itu Rubx? Dia seperti Jaxword, bertubuh manusia. Kaki-kakinya panjang seperti Saxphon, dan rambutnya menegak ke atas seperti Dixcard. Matanya berwarna-warni layaknya rubik. Kakinya lincah berlari ke sana kemari, menghindar setiap tali kehidupan atau bahkan tebasan pedang dari Crane.
Napasku tertahan saat tatapan mataku saling bertukar pandangan dengan Rubx. Ia tersenyum lebar, menampilkan deretan giginya yang berwarna-warni juga, mirip seperti rubik. Ia meregangkan tubuhnya, lalu mengeluarkan kukunya yang panjang. Ia bergerak lincah lagi, kemudian berteriak nyaring.
"Mendekatlah."
Bagaikan ada tali tambang di tubuhku, aku tertarik ke depan, kemudian leherku sudah berada dalam kedua tangannya. Ia mencekikku pelan. Napasku menderu kencang menatapnya.
Jika aku bergerak sedikit saja, rasanya aku bisa mati hanya dengan terkena goresan dari kukunya yang setajam pisau.
Di belakang sana, anak kecil yang menyerangku berulang kali kini mendekati Rubx.
"Ah, keretakan dunia. Manusia-manusia di sebrang sana sangat lezat. Apakah kau juga salah satunya?"
Tubuhku menegang. Aku harus tenang, tapi rasanya sangat sulit. Tali kehidupan Zhroo tidak bisa menyelamatkanku. Saat satu tali itu mau mencapaiku, ada tentakel yang menghalaunya. Tentakel itu berasal dari tubuh bagian belakang milik Rubx.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUBIK [TAMAT]
Fantasy⚠Mengandung Kata Kasar dan Kekerasan⚠ Kehidupan itu singkat, sesingkat saat aku menyadari jika aku telah ditinggalkan oleh banyak orang. Suatu hari, terjadi keretakan di seluruh dunia. Tidak hanya ruang, namun juga waktu, membawaku ke dunia yang ant...