Setelah satu De Ax raksasa berhasil dikalahkan Crane, kami kembali bergerak menuju arah utara, tempat persembunyian Dixcard berada. Dari yang dikatakan Asheera, Dixcard berada di kota sebelah. Mau bagaimanapun, kami tidak bisa bergerak melalui jalur udara karena itu terlalu mencolok. Hingga akhirnya mereka memutuskan melalui hutan-hutan dan melawan para De Ax yang sedang berpergian.
Mereka mirip seperti rombongan yang ingin mencari tahu siapa pembunuh para pendiri. Karena populasi manusia tak lagi banyak, aku yakin dalam sebentar mereka akan tahu siapa yang membunuh para De Ax.
"Asheera, simpan pedangmu, biar Kakak saja yang menyerangnya."
Aku menegakkan kepalaku. Serang? Apa yang mau mereka serang?
Di depanku, Asheera sudah menyimpan pedangnya, Varnie dan Crane masih bersiap, berjaga-jaga. Zhroo, menghela napas pelan, pedangnya bergerak pelan. Zhroo bergerak lincah, namun terlihat sederhana.
Satu tebasan lepas, darah berceceran setelah itu. Selang beberapa detik, sosok hewan kembali muncul. Hewan itu seperti bunglon, terlihat besar sekali. Zhroo kembali bergerak lagi, menyusuri tubuh hewan itu, berlari ke sana ke mari, kemudian melepas satu tebasan lagi. Dalam hitungan detik, hewan itu meletup, menyisakan uap panas di sekitar kami.
Gerakannya terlalu efisien, itu jelas menghemat energi. Andai saja Varnie bisa seperti itu, pasti bisa mengalahkan banyak musuh dengan mudah.
"Semakin hari, semakin banyak saja hewan modifikasi. Menjengkelkan, akan kupastikan Rubx membayar perbuatannya." Zhroo menggeram sembari membersihkan pedang kayunya. Meskipun terbuat dari kayu, pedang itu mampu menembus leher para De Ax.
Aku yakin Zhroo pasti melapisi pedangnya dengan sihir, kreatif.
"Nona Delux, mau menggunakan sihir? Aku pikir terlalu berbahaya jika menuju tempat Dixcard dengan anggota kita yang seperti ini." Zhroo menatapku, kemudian kembali menatap Varnie. Benar-benar, rasanya aku ingin berkelahi dengannya.
Varnie diam sejenak, ia memperhatikanku, kemudian menatap Zhroo dan mengangguk. "Aku tidak keberatan selagi kalian bisa mengikutiku."
Zhroo mengangguk paham. Ia mengeluarkan tas serut kecil, kemudian memberikan segenggam bubuk sihir pada Varnie, kemudian Crane, Asheera, dan aku. Zhroo hanya menaburkan sedikit bubuk sihir di kakinya, jauh lebih sedikit dari yang ia berikan pada kami. Tangan Zhroo menggenggam Asheera, lalu Asheera menggenggam tanganku. Tanganku yang satunya digenggam Varnie, hingga Crane menggenggam tangan Varnie dan Zhroo.
Zhroo membuka suara, mengeluarkan bahasa aneh, mirip seperti mantra. Dalam hitungan detik, kaki-kaki kami dikelilingi cahaya biru, kemudian cahaya itu seolah-olah masuk ke dalam sel kulit kaki. Aku bisa merasakan sesuatu yang aneh. Otot-ototoku meregang, kemudian menekanku secara tiba-tiba.
Di depanku, Varnie sudah bersiap, kakinya bergerak lincah. Lalu kakiku mulai mengikutinya. Apa ini? Jadi sihir tadi membuat kami bergerak dengan cepat? Ini jauh lebih cepat dari pergerakan yang bisa kulakukan. Bukan seperti dalam kendaliku, tubuhku sesekali terjatuh, namun langsung bergerak lagi mengikuti Varnie dan yang lainnya. Hingga akhirnya dalam sepuluh menit perjalanan, kami berhenti.
Napasku menderu kencang, menatap mereka semua kesal. "Kalian gila!"
Crane, Zhroo, dan Asheera tertawa renyah. "Makanya kubilang lebih baik begini dari pada berjalan berjam-jam," ujar Zhroo.
"Persetan! Lebih baik jalan berjam-jam dari pada secepat ini." Rasanya jantungku sangat tidak aman! Beruntung karena aku membutuhkan mereka, jadi aku tidak akan memukul mereka.
Ah, melelahkan.
Di depan kami, seperti ada batas penghalang untuk memasuki wilayah yang sangat gelap di sebrang sana. Meski ada cahaya berwarna merah, tetap saja di sana terlalu gelap. Di tanah, perlahan tanaman mengering saat ada sesuatu yang merambat.
Jari-jariku mulai mengotak atik rubik, memutar bagian atas ke kiri, kemudian bagian belakang ke bawah, lalu memutar dua kali bagian kanan ke kiri. Rubik berputar tiga kali sendiri lantas menghasilkan warna merah di sudut kiri, dan sisanya berwarna kuning. Biasanya aku hanya menandakan warna oranye jika tidak terlalu bahaya. Namun, bagaimana menjelaskan yang ini.
"Boleh saya tanya satu hal? Kenapa kamu seperti tidak ingin kehilangan benda itu?"
Aku menatap Asheera, ia terlihat penasaran. Berbeda dengan yang lainnya yang sudah sibuk mencari tahu sesuatu.
Aku mengangkat kedua bahuku pelan. "Benda ini pemberian ayahku."
"Ah, di mana dia sekarang?"
"Di mana? Aku tidak tahu. Aku harap dia bisa di surga. Yang pasti, dia dan ibuku tak lagi bersamaku," jawabku pelan sambil tersenyum kecil. Ini menyakitkan.
Zhroo menatapku, kemudian mengalihkan pandangannya. Ia terlihat menimbang sesuatu, kemudian berjalan ke arah Crane dan berbicara sesuatu.
"Tidak perlu khawatir, Asheera. Aku tidak apa-apa." Aku berjalan menuju Crane, meninggalkan Asheera yang hendak berbicara. Aku tidak mau mengungkit kecelakaan itu.
Aku mengalihkan pandanganku, menatap Varnie dengan dua pisau yang sudah digenggamnya. Di depannya sudah ada mahkluk besar dengan tanduk runcing di atas tubuhnya. Terlalu besar, lebih besar dari Jaxword yang berubah saat itu. Apakah dia juga De Ax?
Bukan hanya Varnie dan Crane yang bersiap, Asheera dan Zhroo sudah mengeluarkan senjata mereka, kemudian menjaga jarak antara aku dan mahkluk itu. Sepertinya mahkluk itu bukan De Ax. Mereka tidak pernah seperti ini sebelumnya meskipun De Ax yang menyerang. Sebenarnya mahkluk apa itu?
Setelah semuanya terasa tenang, mahkluk itu bergerak dengan tubuh yang besar dan suaranya yang nyaring. Ia berteriak, sambil sesekali berusaha menggapai salah satu dari kami. Aku bersiap dengan pedang yang siap menebas apa saja jika aku tidak ragu. Varnie dan Crane bergerak di depan, sedangkan Zhroo terus berlari, menarik perhatian mahkluk itu. Asheera tetap di tempatnya, ia terus mengucapkan mantra yang membuat tubuh Zhroo bersinar.
Mereka semua mengagumkan.
Hanya saja, aku merasakan sesuatu yang aneh. Rubikku, sejak tadi terus bergetar, memutar sendiri bagian-bagiannya. Mataku tidak bisa fokus antara menatap pertarungan mereka atau melihat apa yang terjadi pada rubikku. Perputaran rubikku terlalu cepat, dalam hitungan lima detik rubikku berhenti berputar. Aku tidak bisa tenang melihat warna merah menyeluruh sisi depan.
Apa yang akan terjadi? Jangan sekarang, mereka semua sedang sibuk mengurus mahkluk di depan sana.
Aku menatap mereka satu persatu. Varnie sibuk membantu Crane menyayat bagian tubuh mahkluk itu. Zhroo sibuk berlari entah apa yang dia lakukan.
"SEKARANG!" Zhroo berteriak. Varnie dan Crane bergerak lagi, melawan arah jarum jam, kemudian menusuk senjata mereka ke mahkluk itu. Teriakan mahkluk itu semakin menjadi-jadi. Mahkluk itu menggembung, kemudian meledak dengan cairan biru yang berceceran ke mana-mana.
Ternyata begitu. Zhroo menyiapkan bagian yang bisa saja dihancurkan dengan sekali serang, mengingat bagaimana kekuatan Varnie dan Crane. Pantas saja dia hanya berlari ke sana kemari sembari Varnie dan Crane menarik perhatian mahkluk itu.
Kepalaku terkena sesuatu yang keras. Aku tidak tahu pasti apa itu, tapi asalnya dari mahkluk yang baru saja dikalahkan Zhroo. Memang benar, mahkluk itu tidak berubah seperti De Ax lainnya yang biasanya mengeluarkan uap panas saat mati.
Suara nyaring terus menggerogoti kepalaku, teriakan demi teriakan turut menambah kebisingan. Mulutku tak berhentinya berteriak kesakitan. Ada apa denganku?
"Harvel!"
Aku kehilangan kesadaranku.
***
To Be Continued....
![](https://img.wattpad.com/cover/262329287-288-k508285.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RUBIK [TAMAT]
Fantasía⚠Mengandung Kata Kasar dan Kekerasan⚠ Kehidupan itu singkat, sesingkat saat aku menyadari jika aku telah ditinggalkan oleh banyak orang. Suatu hari, terjadi keretakan di seluruh dunia. Tidak hanya ruang, namun juga waktu, membawaku ke dunia yang ant...