04. Xrov [2]

73 25 1
                                    

Lima jam berlalu, kami memutuskan beristirahat di rumah kecil milik Xrov. Varnie tertidur di atas kursi rotan bergoyang, sangat tenang tetapi penuh waspada. Ketika siara derit terdengar, ia terbangun begitu saja dengan pisau di genggamannya. Sedangkan Xrov sibuk berburu sejak dua jam yang lalu.

Aku menghela napas sejenak, memikirkan apa yang baru saja terjadi padaku hari ini. Keretakan dunia, diserang monster bermata sebelas, hampir diserang bunga liar, dan Varnie yang hampir dimakan Xrov.

Awalnya Xrov memang marah saat Varnie menyatakan bahwa ia adalah monster menjijikkan. Akan tetapi, Xrov tidak memiliki niat untuk membunuh Varnie. Memakannya hanya akan meninggalkan candu, dan berakhir menyerang dirinya sendiri, dia tidak akan mau melakukannya. Ia menjelaskan itu padaku ketika ia melepaskan genggaman tentakelnya dari lehe Varnie.

Xrov kembali dengan hewan liar yang ia seret dengan tentakelnya. Hewan itu adalah kuda berkepala dua dengan enam kaki. Xrov menjatuhkan kuda buruannya, kemudian duduk di depan teras rumahnya.

"Terjaga, Nak?"

Aku mengangguk pelan, kemudian ikutan duduk di sebelah Xrov. Satu tangannya sibuk mengupas kulit kuda, satunya lagi sibuk mengelus ilalang. Matanya fokus menatap sungai yang semakin pasang. Entah bagaimana ceritanya mahkluk ini bisa melakukan tiga hal sekaligus dalam satu waktu.

"Jadi, kamu salah satu korban keretakan dunia yang masuk ke tempat ini?" Satu matanya menatapku, satunya lagi beralih menatap kudanya yang selesai dikuliti.

Aku kembali mengangguk. Xrov bergumam pelan, kemudian bersenandung kecil. Ia memang terlihat menyeramkan, terlebih dengan matanya yang vertikal dan melihat secara acak itu, tapi ia jauh lebih ramah selama tidak menyinggung soal 'monster'. Ia lebih terlihat seperti sosook pria berhati lembut.

"Apa tidak ada yang mau kamu tanyakan, Nak? Kamu jauh lebih tenang dari temanmu itu yang sangat berisik itu. aku akan dnegan senang hati membantumu," ujarnya sambil tertawa pelan.

Mataku yang sejak tadi fokus memperhatikan kegiatan Xrov, kini menundukkan kepala, lentas mengelus tengkukku. "Karena terlalu banyak yang terjadi pada saya, saya sendiri bingung ingin bertanya apa."

"Santai dan katakan saja."

Setelah beberapa kali menghela napas, aku akhirnya mulai berbicara. "Anda ini sebenarnya siapa? Dalam satu perkenalan anda langsung tahu bahwa saya bukan berasal dari dunia ini."

Bibir Xrov tersenyum lebar, matanya terlihat sayu menatapku. "Aromamu. Aku sudah mengeliling dunia ini. Tempat bersalju, penuh hujan, gurun pasir, tropis, atau semuuanya, tidak ada yang aromanya sepertimu. Aku juga sudah hidup ratusan tahun. Jadi aroma itu merupakan perbedaan yang jelas."

Xrov terdiam sejenak, ia telah selesai memotong daging kuda buruannya. Kemudian tangannya kembali sibuk mencari air untuk mencuci tangan, kemudian kedua tangan itu kembali seperti awalnya. Satu tangan Xrov bergerak lagi, membawa dua minuman ke teras rumah, ia memberikannya satu untukku, dan satu lagi sudah mulai ia teguk.

"Aku hidup di bawah banyak pemerintahan, mau itu manusia ataupun mahkluk seperti kami. Pada dasarnya kami adalah mahkluk perpindahan yang mengalami pencampuran sel-sel dalam tubuh sehingga membuat kami menjadi seperti ini, cukup banyak sebenarnya. Di awal mula sang Ibu yang hanya memakan hewan kecil, kemudian hewan yang cukup besar. Kami mengalami gejala chimera secara keseluruhan. Kami diberkati kekuatan, yang pada akhirnya disalahgunakan oleh penerus pertama. Kami disebut sebagai De Ax." Xrov kembali meneguk minumannya. Kini tatapannya tertuju pada sinar bulan, seolah-olah sedang mengingat kenangan-kenangan dalam hidupnya entah itu indah ataupun pahit.

Chimera. Aku tahu itu, dokter Jimmy pernah menyinggung hal itu. Chimera atau kimerisme adalah simtoma pada makhluk hidup yang memiliki dua atau lebih populasi sel yang berasal dari fenotipe genetik yang berbeda. Tiap populasi sel tersebut berasal dari zigot yang berbeda. Zigot yang berbeda? Bagaimana mungkin?

RUBIK [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang