Hening sejenak. Aku mulai menjaga jarak dari Varnie. Aku tahu ini. sejak menyerang Saxphon, suara itu bukan hanya khayalan belaka.
Apa-apaan itu tadi? Apa mata keluarga Delux bisa berubah warna seperti itu? Aku tidak tahu hal itu karena Varnie atau pun tidak pernah menceritakannya.
Varnie menautkan kedua alisnya, kemudian mengangkat kedua bahunya. "Aku punya kekuatan penyembuh, Harvel, apa kau lupa?"
"Tidak, bukan begitu. Tapi kartu-kartu itu juga tidak menyerangmu kan? Sebenarnya--"
"Harvel, kau yakin tidak salah lihat?"
Apa? Kenapa Varnie jadi menyudutkanku? Delapan mata menatapku kebingungan, tapi dua lagi menatapku dengan tatapan tajam, merendahkanku dan meremehkanku.
"Apa karena pendarahan tadi, kau jadi salah lihat, Harvel?" Asheera bersuara di sebelahku.
Aku menunduk, menatap kartu-kartu yang jatuh tadi. Kenapa rasanya aku tertekan? Seolah-olah pandangan itu kembali terukir di kepalaku. Sakit, kepalaku rasanya berputar-putar. Seperti film kehidupanku sedang dimulai.
"Harvel!"
Aku menegakkan kepalaku, menatap Asheera yang berteriak. "Ah, maaf aku hanya kebingungan. Mungkin kau benar, aku hanya salah lihat," ujarku. Tubuhku rasanya menggigil, takut jika aku adalah korban selanjutnya yang akan dibunuh Varnie.
Kami kembali berkumpul setelah kartu tidak lagi menyerang kami. Zhroo menyiapkan strategi. Ia berkata bahwa serangan ini bisa saja milik Dixcard untuk memperingatkan kami supaya tidak masuk ke wilayahnya. Hanya saja, setelah itu aku merasa tuli. Aku hanya bisa mendengar suara nyaring menusuk telingaku, tidak bisa mendengar strategi penuh milik Zhroo.
Rasa takut mulai mengelilingi tubuhku. Tanganku yang bergetar kembali memutar rubik. Aku memutar sisi atas dua kali ke kanan, memutar bagian bawah ke kiri, kemudian memutar bagian belakang ke atas. Nyangkut. Dengan kaki yang masih terus berjalan, mengikuti mereka semua, tanganku masih fokus memutar rubik. Hingga akhirnya, bagian kanan kuputar ke bawah, rubik berputar tiga kali dengan sendirinya dan menghasilkan warna putih di tengah, kemudian dikelilingi warna merah, dan sudut kiri bawah berwarna hijau.
Apa akan ada yang menolong kami seperti saat itu? Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan. Tenang, tetap tenang, Harvel. Tidak apa, semuanya pasti akan baik-baik saja. Pasti akan ada yang menolong kami, aku harus berpikir hal yang baik. Makanya semua akan baik-baik saja.
Saat kami sudah mencapai sisi dalam hutan, hal yang sudah berat, menjadi berat lagi. Oksigen serasa hilang, keberadaannya tipis. Kami seperti berebut oksigen sekarang. Jika oksigen semakin sedikit, mereka semua pasti akan lebih mudah kelelahan. Ini terlalu menyiksa.
"Dixcard." Crane mengeluarkan suara. Tatapannya lurus pada sosok yang tertutup kabut tipis.
Sosok itu bertubuh tinggi, dengan badan yang cukup besar. Rambutnya lurus tegak ke atas. Tangannya empat, dua di kiri dan dua di kanan. Dua tangannya di bawah memegang sebuah sabit, dan dua tangan bagian atasnya memegang kartu.
Sosok itu bergerak cepat, berlari mengitari sisi kanan kami, kemudian melempar kartunya. Kartu itu menebang dua pohon, dan masih terus bergerak, mulai mengejar kami, layaknya sebuah boomerang.
"Apa pun yang terjadi, jangan sampai terpisah!" teriak Zhroo sembari menghindari kartu terbang.
Asheera berlari mendekati Crane, membantu menyerang Dixcard dari jarak yang dekat. Crane terus mengayunkan pedang lebarnya, kemudian bertukar posisi dengan Asheera yang terus menyerang dengan sihirnya. Zhroo terus mengelilingi pohon-pohon, membuat banyak kartu mengikutinya. Apa rencananya tadi?

KAMU SEDANG MEMBACA
RUBIK [TAMAT]
Fantasy⚠Mengandung Kata Kasar dan Kekerasan⚠ Kehidupan itu singkat, sesingkat saat aku menyadari jika aku telah ditinggalkan oleh banyak orang. Suatu hari, terjadi keretakan di seluruh dunia. Tidak hanya ruang, namun juga waktu, membawaku ke dunia yang ant...