PART 1
kita tidak akan tahu sampai kapan takdir akan terus mempermainkan kita? Yang jelas takdir apapun yang kita miliki. Itulah sebaik-baiknya takdir kita.
"Apa kamu yakin, ingin melamar kerja di sini?" tanya wanita paruh baya itu. Kemudian menyeruput teh hangat yang sudah terhidang diatas meja yang berada tepat didepannya.
"Iya Nyonya. Insya Allah, saya yakin." jawab Salsha.
"Tapi, Nak. Kamu masih terlalu muda untuk bekerja disini." tutur wanita paruh baya itu. Lalu ia meletakan kembali cangkir itu kembali ketempatnya semula. Sebut saja namanya ' Theresia Rosa Melina ' Panggil saja dengan sebutan ' Melina '.
"Saya sangat mengerti, Nyonya. Tapi saya sungguh membutuhkan pekerjaan ini." Salsha menundukkan kepalanya. Salsha sangat tau seharusnya diusianya yang sekarang ini. Ia tidak seharusnya bekerja. Melainkan, seharusnya ia lebih fokus dengan pendidikannya.
Tapi apalah daya Tuhan sudah menggariskan takdir hidupnya harus berjalan seperti ini. Menanggung beban yang tak seharusnya ditanggung oleh gadis seusianya.
Melina, ia melihat Salsha yang menundukkan kepalanya lantas berdiri dari duduknya. Ia berjalan lalu duduk disamping dimana Salsha duduk disana. Melina dudukan bokongnya tepat di samping Salsha.
Melina menyentuh kedua bahu Salsha dengan lembut. Melina berusaha menyalurkan sedikit kekuatannya. Melina tahu gadis yang saat ini berada disampingnya itu, sangatlah rapuh. Ketika Ia melihat sorot matanya dengan jelas, ada terbesit kerapuhan di balik manik mata coklatnya.
Salsha, ia mengangkat kepalanya. Ketika ia merasakan ada kedua tangan yang menyentuh kedua bahunya dengan lembut. Lalu ia menoleh kesamping. Guna melihat siapa empu sang tangan.
"Nyonya." beo Salsha sedikit terkejut. Saat ia mengetahui siapa pemilik tangan yang menyentuh kedua bahunya itu. Ia tidak menyangka dengan respon tindakan Melina.
Melina tersenyum, "Salsha... Apa saya boleh bertanya sesuatu sama Kamu? " tanya Melina.
Salsha menganggukkan kepalanya. "Silahkan, Nyonya." ucap Salsha mempersilahkan Melina untuk bertanya.
"Kenapa diusia kamu yang saat ini. Kamu harus memilih bekerja disini? Bukan seharusnya, diusia kamu yang sekarang. Kamu harusnya fokus dengan menempuh dalam jenjang pendidikan?" tanya Melina.
"Sebenarnya saya terpaksa, Nyonya. Saya terpaksa harus berhenti sekolah." jawab Salsha.
"Kenapa harus berhenti" tanya Melina. "Apa orang tua kamu tidak mau membiayai sekolah kamu?"
Salsha menggelengkan kepalanya lemah. "Orang tua saya sudah tiada, Nyonya." lirih Salsha seraya menundukkan kepalanya dalam. Ada rasa sesak yang menyeruak didalam rongga dadanya.
"Maafkan saya, Salsha. Saya benar-benar tidak tahu." sesal Melina. Andai saja ia tahu? Pertanyaannya akan melukai gadis ini. Mungkin lebih baik ia diam.
Salsha mendongakkan kepalanya. Ia menatap lekat Melina yang saat ini berada disampingnya. Lalu Salsha menggelengkan kepalanya.
"Tidak usah meminta maaf,Nyonya. Saya tidak apa-apa dan Saya juga mengerti." ujar Salsha dengan senyum tulus yang mengembang dibibirnya yang ia tunjukan untuk Wanita paruh baya itu.
Melina tersenyum. Ia membalas senyum tulus yang Salsha tunjukan untuknya. "Kamu yakin? Mau bekerja disini?" tanya Melina sekali lagi.
Salsha menganggukkan kepalanya mantap. "Iya, Nyonya. Saya sangat yakin." jawab Salsha mencoba meyakinkan Melina.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LIFE ( END)
Teen Fiction"Gue bukan milik lo!" desis Salsha. "Gue gak perduli. Lo setuju atau tidak. Bahkan lo menolak atau menerima sekalipun. Yang harus lo ingat. Mulai sekarang, lo milik gue! Dan itu tidak akan merubah keputusan gue!" "Jadi, apapun yang sudah gue gengga...